Saturday 30 January 2016

Riwayat Nabi Zakaria (022)...^^..

Riwayat Nabi Zakaria (022)...^^..
 
Nabi Zakaria merupakan anak Azir bin Muslim yang berketurunan
silsilah ringkas, Nabi Sulaiman bin Nabi Daud bin Nabi Yaakub
a.s. Isterinya bernama Isya yang bersaudara perempuan kepada
Hannah, iaitu isteri Imran bin Matsan. Imran bin Matsan
merupakan ayah Maryam. Nabi Zakaria adalah ayah dari Nabi
Yahya, putera tunggalnya yang lahir setelah ia mencapai usia
sembilan puluh tahun. Zakaria mendambakan mendapat anak yang
akan menjadi pewarisnya. Siang dan malam tiada henti-hentinya,
ia memanjatkan doanya dan permohonan kepada Allah agar
dikurniai seorang putera yang akan dapat meneruskan tugasnya
memimpin Bani Israil. Ia khuatir, bahawa bila ia mati tanpa
meninggalkan seorang pengganti, kaumnya akan kehilangan
pemimpin dan akan kembali kepada cara-cara hidup mereka yang
penuh dengan mungkar dan kemaksiatan dan bahkan mungkin mereka
akan mengubah syariat Musa dengan menambah atau mengurangi isi
kitab Taurat sekehendak hati mereka.
 
Selain itu, ia sebagai manusia, ingin pula agar keturunannya
tidak terputus dan terus bersambung dari generasi sepanjang
Allah mengizinkannya dan memperkenankan. Nabi Zakaria tiap
hari sebagai tugas rutin pergi ke mihrab besar, melakukan
sembahyang serta menjenguk Maryam, anak iparnya yang
diserahkan kepada mihrab oleh ibunya sesuai dengan nadzarnya
sewaktu ia masih dalam kandungan. Dan memang Zakarialah yang
ditugaskan oleh para pengurus mihrab untuk mengawasi Maryam
sejak ia diserahkan oleh ibunya. Tugas pengawasan atas diri
Maryam diterima oleh Zakaria melalui undian yang dilakukan
oleh para pengurus mihrab, di kala menerima bayi Maryam yang
diserahkan pengawasannya kepadanya itu adalah anak saudara
isterinya sendiri, yang hingga saat itu belum dikurniai
seorang anak pun oleh Tuhan.
 
Suatu peristiwa yang sangat menakjubkan dan menghairankan
Zakaria telah terjadi pada suatu hari, ketika ia datang
ke mihrab sebagaimana biasa. Ia melihat Maryam disalah satu
sudut mihrab sedang tenggelam dalam sembahyangnya sehingga
tidak menghiraukan bapa saudaranya yang datang menjenguknya.
Di depan Maryam yang sedang asyik bersembahyang itu terlihat
oleh Zakaria berbagai jenis buah-buahan musim panas. Bertanya-
tanya Nabi Zakaria dalam hatinya, dari mana datangnya buah-
buahan musim panas ini, padahal mereka masih berada dalam
musim dingin. Ia tidak sabar menanti anak saudaranya selesai
sembahyang, ia lalu mendekatinya dan menegur bertanya
kepadanya,
 
" Wahai Maryam, dari manakah engkau dapat ini semua ?" Maryam
menjawab, " Ini adalah pemberian Allah yang aku dapat tanpa
kucari dan aku minta. Diwaktu pagi dikala matahari terbit aku
mendapatkan rezekiku ini sudah berada didepan mataku, demikian
pula bila matahari terbenam di waktu senja. Mengapa engkau,
bapa saudaraku merasa hairan dan takjub ? Bukankah Allah
berkuasa memberikan rezekinya kepada siapa yang Dia kehendaki
tanpa perhitungan ?"
 
*** Maryam binti Imran.
 
Maryam yang disebut-sebut dalam kisah Zakaria adalah anak
tunggal dari Imran, seorang daripada pemuka-pemuka dan ulama
Bani Isra'il. Ibunya bersaudara, juga ipar kepada Nabi Zakaria
adalah seorang perempuan yang mandul yang sejak bersuamikan
Imran belum merasa berbahagia jika belum memperoleh anak. Ia
merasa hidup tanpa anak adalah sunyi dan membosankan. Ia
sangat mendambakan keturunan untuk menjadi pengikat yang kuat
dalam kehidupan bersuami isteri, penglipur duka dan pembawa
suka di dalam kehidupan keluarga. Ia sangat berkeinginan akan
keturunan sehingga bila ia melihat seorang ibu menggandung
bayinya atau burung memberi makan kepada anaknya, ia merasa
iri hati dan terus menjadikan kenangan yang tak kunjung lepas
dari ingatannya.
 
Tahun demi tahun berlalu, usia makin hari makin lanjut, namun
keinginan tetap tinggal keinginan dan idam-idaman tetap tidak
menjelma menjadi kenyataan. Berbagai cara dicubanya dan
berbagai nasihat dan petunjuk orang diterapkannya, namun belum
juga membawa hasil. Dan setelah segala daya upaya yang
bersumber dari kepandaian dan kekuasaan manusia tidak membawa
buah yang diharapkan, sedarlah isteri Imran, bahawa hanya
Allah tempat satu-satunya yang berkuasa memenuhi keinginannya
dan sanggup mengurniainya dengan seorang anak yang didambakan
walaupun rambutnya sudah beruban dan usianya sudah lanjut.
 
Maka ia bertekad membulatkan harapannya hanya kepada Allah
bersujud siang dan malam dengan penuh khusyuk dan kerendahan
hati bernadzar dan berjanji kepada Allah bila permohonannya
dikabulkan, akan menyerahkan dan menghibahkan anaknya
ke Baitul Maqdis untuk menjadi pelayan, penjaga dan memelihara
rumah suci itu dan sesekali tidak akan mengambil manfaat dari
anaknya untuk kepentingan dirinya atau kepentingan
keluarganya.
 
Harapan isteri Imran yang dibulatkan kepada Allah tidak
tersia-sia. Allah telah menerima permohonannya dan
mempersembahkan doanya sesuai dengan apa yang telah disuratkan
dalam takdirNya, bahwa dari suami isteri Imran akan diturunkan
seorang Nabi besar. Maka tanda-tanda permulaan kehamilan yang
dirasakan oleh setiap perempuan yang mengandung tampak pada
isteri Imran yang lama-kelamaan merasa gerakan janin di dalam
perutnya yang makin membesar. Alangkah bahagia si isteri yang
sedang hamil itu, bahawa idam-idamannya itu akan menjadi
kenyataan dan kesunyian rumah tangganya akan terpecahlah bila
bayi yang dikandungkan itu lahir.
 
Ia bersama suami mulai merancang apa yang akan diberikan
kepada bayi yang akan datang itu. Jika mereka sedang duduk
berduaan tidak ada yang diperbincangkan selain soal bayi yang
akan dilahirkan. Suasana suram sedih yang selalu meliputi
rumah tangga Imran berbalik menjadi riang gembira, wajah
sepasang suami isteri Imran menjadi berseri-seri tanda suka
cita dan bahagia dan rasa putus asa yang mencekam hati mereka
berdua berbalik menjadi rasa penuh harapan akan hari kemudian
yang baik dan cemerlang.
 
Akan tetapi sangat benarlah kata mutiara yang berbunyi,
" Manusia merancang, Tuhan menentukan." Imran yang sangat
dicintai dan sayangi oleh isterinya dan diharapkan akan
menerima putera pertamanya serta mendampinginya dikala ia
melahirkan, tiba-tiba direnggut nyawanya oleh Izra'il dan
meninggallah isterinya seorang diri dalam keadaan hamil tua,
pada saat mana biasanya rasa cinta kasih sayang antara suami
isteri menjadi makin mesra.
 
Rasa sedih yang ditinggalkan oleh suami yang disayangi
bercampur dengan rasa sakit dan letih yang didahului kelahiran
si bayi, menimpa isteri Imran di saat-saat dekatnya masa
melahirkan. Maka setelah segala persiapan untuk menyambut
kedatangan bayi telah dilakukan dengan sempurna, lahirlah ia
dari kandungan ibunya yang malang menghirup udara bebas. Agak
kecewalah si ibu janda Imran, setelah mengetahui bahawa bayi
yang lahir itu adalah seorang puteri sedangkan ia menanti
seorang putera yang telah dijanjikan dan bernadzar untuk
dihibahkan kepada Baitulmaqdis. Dengan nada kecewa dan suara
sedih berucaplah ia seraya menghadapkan wajahnya ke atas,
 
" Wahai Tuhanku, aku telah melahirkan seorang puteri,
sedangkan aku bernadzar akan menyerahkan seorang putera yang
lebih layak menjadi pelayan dan pengurus Baitulmaqdis. Allah
akan mendidik puterinya itu dengan pendidikan yang baik dan
akan menjadikan Zakaria, iparnya dan bapa saudara Maryam
sebagai pengawas dan pemeliharanya."
 
Demikianlah maka tatkala Maryam diserahkan oleh ibunya kepada
pengurus Baitulmaqdis, para rahib berebutan masing-masing
ingin ditunjuk sebagai wali yang bertanggungjawab atas
pengawasan dan pemeliharaan Maryam. Dan kerana tidak ada yang
mahu mengalah, maka terpaksalah diundi diantara mereka yang
akhirnya undian jatuh kepada Zakaria, sebagaimana dijanjikan
oleh Allah kepada ibunya.
 
Tindakan pertama yang diambil oleh Zakaria sebagai petugas
yang diwajibkan menjaga keselamatan Maryam ialah menjauhkannya
dari keramaian sekeliling dan dari jangkauan para pengunjung
yang tiada henti-hentinya berdatangan ingin melihat dan
menjenguknya. Ia ditempatkan oleh Zakaria di sebuah kamar
diatas loteng Baitulmaqdis yang tinggi yang tidak dapat
dicapai melainkan dengan menggunakan sebuah tangga. Zakaria
merasa bangga dan bahagia beruntung memenangkan undian
memperolehi tugas mengawasi dan memelihara Maryam secara sah
adalah anak saudaranya sendiri.
 
Ia mencurahkan cinta dan kasih sayangnya sepenuhnya kepada
Maryam untuk menggantikan anak kandungnya yang tidak kunjung
datang. Tiap ada kesempatan ia datang menjenguknya, melihat
keadaannya, mengurus keperluannya dan menyediakan segala
sesuatu yang membawa ketenangan dan kegembiraan baginya. Tidak
satu hari pun, Zakaria pernah meninggalkan tugasnya menjenguk
Maryam.
 
Rasa cinta dan kasih sayang Zakaria terhadap Maryam sebagai
anak saudara isterinya yang ditinggalkan ayahnya meningkat
menjadi rasa hormat dan takzim tatkala terjadi suatu peristiwa
yang menandakan bahawa Maryam bukanlah gadis biasa sebagaimana
gadis-gadis yang lain, tetapi ia adalah wanita pilihan Allah
untuk suatu kedudukan dan peranan besar di kemudian hari.
 
Pada suatu hari tatkala, Zakaria datang sebagaimana biasa,
mengunjungi Maryam, ia mendapatinya lagi berada di mihrabnya
tenggelam dalam ibadah berzikir dan bersujud kepada Allah. Ia
terperanjat ketika pandangan matanya menangkap hidangan
makanan berupa buah-buahan musim panas terletak di depan
Maryam yang lagi bersujud. Ia lalu bertanya dalam hatinya,
dari manakah gerangan buah-buahan itu datang, padahal mereka
masih lagi berada pada musim dingin dan setahu Zakaria tidak
seorang pun selain dari dirinya yang datang mengunjungi
Maryam.
 
Maka ditegurlah Maryam tatkala setelah selesai ia bersujud dan
mengangkat kepala, " Wahai Maryam, dari manakah engkau
memperolehi rezeki ini, padahal tidak seorang pun
mengunjungimu dan tidak pula engkau pernah meninggalkan
mihrabmu ? Selain itu buah-buahan ini adalah buah-buahan musim
panas yang tidak dapat dibeli di pasar dalam musim dingin
ini."
 
Maryam menjawab, " Inilah pemberian Allah kepadaku tanpa aku
berusaha atau minta. Dan mengapa engkau merasa hairan dan
takjub ? Bukankah Allah Yang Maha Berkuasa memberikan
rezekinya kepada sesiapa yang Dia kehendaki dalam bilangan
yang tidak ternilai besarnya ?"
 
Demikianlah Allah telah memberikan tanda pertamanya sebagai
mukjizat bagi Maryam, gadis suci, yang dipersiapkan olehNya
untuk melahirkan seorang nabi besar yang bernama Isa Al Masih
a.s.
 
Kisah lahirnya Maryam dan pemeliharaan Zakaria kepadanya dapat
dibaca dalam Al Quran surah Ali Imran,
 
" 33@ Sesungguhnya Allah telah memilih Nabi Adam, dan Nabi
Nuh, dan juga keluarga Nabi Ibrahim dan keluarga Imran,
melebihi segala umat (yang ada pada zaman mereka masing-
masing).
 
34@ (Mereka kembang biak sebagai) satu keturunan (zuriat) yang
setengahnya berasal dari setengahnya yang lain. Dan
(ingatlah), Allah sentiasa Mendengar, lagi sentiasa
Mengetahui.
 
35@ (Ingatlah) ketika isteri Imran berkata, ” Tuhanku !
Sesungguhnya aku nazarkan kepadaMu anak yang ada dalam
kandunganku sebagai seorang yang bebas (dari segala urusan
dunia untuk berkhidmat kepadaMu semata-mata), maka terimalah
nazarku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar, lagi Maha
Mengetahui.”
 
36@ Maka apabila ia melahirkannya, berkatalah ia, “ Wahai
Tuhanku ! Sesungguhnya aku telah melahirkan seorang anak
perempuan (sedang yang aku harap-harapkan ialah anak lelaki),
(dan Allah memang mengetahui akan apa yang dilahirkannya itu)
dan memanglah tidak sama anak lelaki dengan anak perempuan,
dan bahawasanya aku telah menamakannya Maryam, dan aku
melindungi dia dengan peliharaanMu, demikian juga zuriat
keturunannya, dari godaan syaitan yang kena rejam (yang
dikutuk dan disingkirkan)."
 
37@ Maka ia (Maryam yang dinazarkan oleh ibunya) diterima oleh
Tuhannya dengan penerimaan yang baik, dan dibesarkannya dengan
didikan yang baik, serta diserahkannya untuk dipelihara oleh
Nabi Zakaria. Tiap-tiap kali Nabi Zakaria masuk untuk menemui
Maryam di Mihrab, ia dapati rezeki (buah-buahan yang luar
biasa) di sisinya. Nabi Zakaria bertanya, ” Wahai Maryam dari
mana engkau dapati (buah-buahan) ini ?” Maryam menjawab,
“ Ialah dari Allah, sesungguhnya Allah memberikan rezeki
kepada sesiapa yang dikehendakiNya dengan tidak dikira."
 
38@ Ketika itu Nabi Zakaria berdoa kepada Tuhannya, katanya,
” Wahai Tuhanku ! Kurniakanlah kepadaku dari sisiMu zuriat
keturunan yang baik, sesungguhnya Engkau sentiasa Mendengar
(menerima) doa permohonan."
 
39@ Lalu ia diseru oleh malaikat sedang ia berdiri sembahyang
di Mihrab, (katanya), “ Bahawasanya Allah memberi khabar yang
mengembirakanmu, dengan (mengurniakanmu seorang anak lelaki
bernama) Yahya, yang akan beriman kepada Kalimah dari Allah,
dan akan menjadi ketua, dan juga akan menahan diri dari
berkahwin, dan akan menjadi seorang Nabi dari orang-orang yang
soleh."
 
40@ Nabi Zakaria berkata, ” Wahai Tuhanku ! Bagaimanakah aku
akan beroleh seorang anak, padahal sebenarnya aku telah tua
dan isteriku pula mandul ?”, Allah berfirman, “ Demikianlah
keadaannya, Allah melakukan apa yang dikehendakiNya."
 
41@ Nabi Zakaria berkata lagi, “ Wahai Tuhanku ! Jadikanlah
bagiku satu tanda (yang menunjukkan isteriku mengandung)."
Allah berfirman, “ Tandamu itu ialah engkau tidak akan dapat
berkata-kata dengan orang ramai selama tiga hari (tiga malam)
melainkan dengan isyarat sahaja, dan ingatlah kepada Tuhanmu
(dengan berzikir) banyak-banyak, dan bertasbihlah memuji Allah
(dengan mengerjakan sembahyang), pada waktu malam dan pada
waktu pagi."
 
42@ Dan (ingatlah wahai Muhammad) ketika malaikat berkata,
“ Wahai Maryam ! Sesungguhnya Allah telah memilihmu, dan
mensucikanmu, dan telah memilihmu (beroleh kemuliaan) melebihi
perempuan-perempuan seluruh alam (yang sezaman denganmu).
 
43@ “ Wahai Maryam ! Taatlah kepada Tuhanmu, dan sujudlah
serta rukuklah (mengerjakan sembahyang) bersama-sama orang-
orang yang rukuk."
 
44@ Peristiwa yang demikian ialah sebahagian dari berita-
berita ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (wahai Muhammad),
sedang engkau tidak ada bersama-sama mereka ketika mereka
mencampakkan qalam masing-masing (untuk mengundi) siapakah
di antara mereka yang akan memelihara Maryam. Dan engkau juga
(wahai Muhammad) tidak ada bersama-sama mereka ketika mereka
berkelahi (tentang perkara menjaga dan memelihara Maryam).
 
45@ (Ingatlah) ketika malaikat berkata, “ Wahai Maryam !
Bahawasanya Allah memberikan khabar yang mengembirakanmu,
dengan (mengurniakan seorang anak yang engkau akan kandungkan
semata-mata dengan) Kalimah daripada Allah, nama anak itu,
Al Masih, Isa Ibni Maryam, seorang yang terkemuka di dunia dan
di akhirat, dan ia juga dari orang-orang yang didampingkan
(diberi kemuliaan di sisi Allah)."
 
46@ “ Dan ia akan berkata-kata kepada orang ramai semasa ia
masih kecil dalam buaian, dan semasa ia dewasa, dan ia adalah
dari orang-orang yang soleh.”
 
47@ Maryam berkata, ” Wahai Tuhanku ! Bagaimanakah aku akan
beroleh seorang anak, padahal aku tidak pernah disentuh oleh
seorang lelaki pun ?” Allah berfirman, “ Demikianlah
keadaannya, Allah menjadikan apa yang dikehendakiNya, apabila
Ia berkehendak melaksanakan sesuatu perkara, maka Ia hanyalah
berfirman kepadanya, " Jadilah engkau", lalu menjadilah ia.”
 
48@ Dan Allah akan mengajarnya ilmu menulis, dan hukum-hukum
aturan ugama, dan juga kandungan kitab-kitab Taurat dan Injil.
 
49@ Dan (akan melantiknya) menjadi seorang Rasul kepada Bani
Israil, (dengan menegaskan kepada mereka), “ Sesungguhnya aku
telah datang kepada kamu, dengan membawa satu tanda (mukjizat)
dari tuhan kamu, iaitu aku boleh membuat untuk kamu dari tanah
liat seperti bentuk burung, kemudian aku tiup padanya lalu
menjadilah ia seekor burung (yang hidup) dengan izin Allah,
dan juga aku boleh menyembuhkan orang yang buta dan orang yang
sopak, dan aku boleh menghidupkan kembali orang-orang yang
mati dengan izin Allah, dan juga aku boleh memberitahu kepada
kamu tentang apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan
di rumah kamu. Sesungguhnya perkara-perkara yang demikian itu,
mengandungi satu tanda (mukjizat) bagi kamu (yang membuktikan
kebenaran bahawa aku seorang Rasul yang diutus oleh Allah
kepada kamu), jika kamu orang-orang yang (mahu) beriman.
 
50@ “ Dan juga (aku datang kepada kamu ialah untuk)
mengesahkan kebenaran Kitab Taurat yang diturunkan dahulu
daripadaku, dan untuk menghalalkan bagi kamu sebahagian (dari
perkara-perkara) yang telah diharamkan kepada kamu, dan juga
aku datang kepada kamu dengan membawa satu mukjizat dari Tuhan
kamu. Oleh itu bertaqwalah kamu kepada Allah dan taatlah
kepadaku."
 
51@ “ Sesungguhnya Allah ialah Tuhanku dan Tuhan kamu, oleh
itu, beribadatlah kamu kepadaNya. Inilah jalan yang lurus.”
 
52@ Maka ketika Nabi Isa merasa (serta mengetahui dengan
yakin) akan kekufuran dari mereka (kaum Yahudi), berkatalah
ia, ” Siapakah penolong-penolongku (dalam perjalananku) kepada
Allah (dengan menegakkan ugamaNya) ?”. Orang-orang
“ Hawariyyuun” (Penyokong-penyokong Nabi Isa) berkata,
“ Kamilah penolong-penolong (utusan) Allah. Kami telah beriman
kepada Allah, dan saksikanlah (wahai Nabi Allah) sesungguhnya
kami ialah orang-orang Islam (yang berserah bulat-bulat kepada
Allah)."
 
53@ “ Wahai Tuhan kami ! Kami telah beriman kepada apa yang
telah Engkau turunkan, dan kami mengikut RasulMu, oleh itu
suratkanlah kami beserta orang-orang yang menjadi saksi (yang
mengakui keesaanMu dan kebenaran RasulMu).”
 
54@ Dan orang-orang (Yahudi yang kafir) itupun merancangkan
tipu daya (hendak membunuh Nabi Isa), dan Allah pula membalas
tipu daya (mereka), dan (ingatlah), Allah sebijak-bijak yang
membalas (dan menggagalkan segala jenis) tipu daya.
 
55@ (Ingatlah) ketika Allah berfirman, “ Wahai Isa !
Sesungguhnya Aku akan mengambilmu dengan sempurna, dan akan
mengangkatmu ke sisiKu, dan akan membersihkanmu dari orang-
orang kafir, dan juga akan menjadikan orang-orang yang
mengikutmu mengatasi orang-orang kafir (yang tidak beriman
kepadamu), hingga ke hari kiamat. Kemudian kepada Akulah
tempat kembalinya kamu, lalu Aku menghukum (memberi keputusan)
tentang apa yang kamu perselisihkan.”
 
56@ Adapun orang-orang kafir, maka Aku (Allah) akan menyeksa
mereka dengan azab yang amat berat di dunia dan di akhirat,
dan mereka pula tidak akan beroleh sesiapa pun yang dapat
menolong.
 
57@ Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
soleh, maka Allah akan menyempurnakan pahala mereka, dan
(ingatlah), Allah tidak suka kepada orang-orang yang zalim.
 
58@ Demikianlah (perihal Nabi Isa), yang Kami membacakannya
kepadamu (wahai Muhammad, adalah ia) sebahagian dari hujah-
hujah keterangan (yang membuktikan kebenarannya), dan dari
Al Quran yang penuh dengan hikmat-hikmat (pengetahuan yang
tepat, lagi sentiasa terpelihara).
 
59@ Sesungguhnya perbandingan (kejadian) Nabi Isa di sisi
Allah adalah sama seperti (kejadian) Nabi Adam. Allah telah
menciptakan Adam dari tanah lalu berfirman kepadanya,
“ Jadilah engkau !” maka menjadilah ia." {Surah Ali Imran}
 
" 2@ (Ini ialah) perihal limpahan rahmat Tuhanmu (wahai
Muhammad), kepada hambaNya Zakaria.
 
3@ (Ingatkanlah peristiwa) ketika Nabi Zakaria berdoa kepada
tuhannya dengan doa permohonan secara perlahan.
 
4@ Ia merayu dengan berkata, " Wahai Tuhanku ! Sesungguhnya
telah lemahlah tulang-tulangku, dan telah putih melepaklah
uban kepalaku, dan aku (wahai Tuhanku) tidak pernah merasa
hampa dengan doa permohonanku kepadaMu.
 
5@ Dan sesungguhnya aku merasa bimbang akan kecuaian kaum
kerabatku menyempurnakan tugas-tugas ugama sepeninggalanku,
dan isteriku pula adalah seorang yang mandul, oleh itu,
kurniakanlah daku dari sisiMu seorang anak lelaki.
 
6@ Yang layak mewarisi daku, juga mewarisi keluarga Nabi
Yaakub, (dan jadikanlah dia) wahai Tuhanku, seorang yang
diredhai serta disukai.”
 
7@ (Nabi Zakaria diseru setelah dikabulkan doanya), ” Wahai
Zakaria ! Sesungguhnya Kami memberikan khabar yang
mengembirakanmu dengan mengurniakan seorang anak lelaki
bernama Yahya, yang kami tidak pernah jadikan sebelum itu,
seorangpun yang senama dengannya.”
 
8@ Nabi Zakaria bertanya, “ Wahai Tuhanku ! Bagaimanakah
caranya aku akan beroleh seorang anak, sedang isteriku adalah
seorang yang mandul dan aku sendiri pula telah sampai had umur
yang setua-tuanya ?”
 
9@ Penyeru itu menjawab, (Demikian keadaannya) janganlah
dihairankan, Tuhanmu berfirman, “ Hal itu mudah bagiKu kerana
sesungguhnya Aku telah menciptakanmu dahulu, sedang engkau
pada masa itu belum ada sebarang apapun.”
 
10@ Nabi Zakaria merayu lagi, “ Wahai Tuhanku ! Jadikanlah
satu tanda bagiku (yang menunjukkan isteriku mengandung).”,
Allah Taala berfirman, ” Tandamu itu ialah engkau tidak akan
dapat berkata-kata dengan orang ramai selama tiga malam,
sedang engkau dalam keadaan sihat.”
 
11@ Maka dia pun keluar mendapatkan kaumnya dari Mihrab
(tempat sembahyangnya), lalu ia memberi isyarat kepada mereka,
“ Hendaklah kamu bertasbih (mengerjakan ibadat kepada Allah)
pagi dan petang.”
 
Nabi Zakaria wafat kerana akibat pembunuhan. Kedua-dua beranak
dibunuh kejam oleh raja mereka dan mati syahid, yakni kematian
yang membawa kepada kebahagiaan di akhirat.

No comments:

Post a Comment