Saturday 30 January 2016

Riwayat Nabi Daud (016)...^^..

Riwayat Nabi Daud (016)...^^..

Daud bin Yisya adalah salah seorang dari tiga belas bersaudara
keturunan ketiga belas dari Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal
bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran Nabi Isa a.s.
bersama ayah dan tiga belas saudaranya.

*** Thalout Diangkat Sebagai Raja Bani Isra'il.

Setelah Bani Isra'il memasuki Palestin dan menguasainya
di bawah pimpinan Yusya bin Nun, mereka selalu menjadi sasaran
penyerbuan dan serangan dari bangsa-bangsa sekelilingnya,
seperti suku Amaliqah dari bangsa Arab, bangsa Palestin
sendiri dan bangsa Aramiyin. Kemenangan dan kekalahan
di antara meeka silih berganti.

Pada suatu waktu datanglah bangsa Palestin penduduk "Usydud"
suatu daerah dekat Gaza menyerbu dan menyerang mereka dan
terjadilah pertempuran yang berakhir dengan kemenangan bangsa
Palestin yang berhasil, mencerai-beraikan Bani Israil dan
merampas benda keramat mereka yang bernama "Tabout", iaitu
sebuah peti tempat penyimpanan kitab Taurat.

Peti yang disebut Tabout itu adalah merupakan salah satu dari
banyak kurnia yang telah diberikan oleh Allah kepada Bani
Isra'il. Mereka menganggap Tabout itu suatu benda keramat yang
dapat menginspirasikan kekuatan dan keberanian kepada mereka
dikala menghadapi musuh. Maka karenanya dalam tiap medan
perang dibawanyalah Tabout itu untuk memberi kekuatan batin
dan semangat juang bagi mereka, memberi rasa berani bagi
mereka dan rasa takut bagi musuh.

Maka dengan dirampasnya Tabout itu oleh bangsa Palestin
hilanglah pegangan mereka dan berantakanlah barisannya,
retaklah kesatuannya sehingga menjadi laksana binatang
ternakan yang ditinggalkan gembalanya.

Dan memang sejak ditinggalkan oleh Nabi Musa, Bani Isra'il
tidak mempunyai seorang raja atau seorang pemimpin yang
berwibawa yang dapat mengikat mereka di bawah satu bendera dan
menghimpun mereka di bawah satu komando, bila terjadi serangan
dari luar dan penyerbuan oleh musuh. Mereka hanya dipimpin
oleh hakim-hakim penghulu yang memberi tuntunan kepada mereka
dalam bidang keagamaan dan kadangkala menjadi juru damai jika
timbul perselisihan dan sengketa di antara sesama mereka.
Di antara penghulu itu terdapat seorang penghulu yang paling
disegani dan di hormati bernama Somu'il. Kata-katanya selalu
didengar dan nasihat-nasihatnya selalu diterima dan ditaati.

Kepada Somu'il datanglah beberapa pemuda Bani Isra'il yang
merasa sedih melihat keadaan kaumnya menjadi kacau bilau dan
bercerai berai setelah dikalahkan oleh bangsa Palestin dan
dikeluarkan dari negeri mereka serta dirampasnya Tabout yang
merupakan peti wasiat dan benda keramat bagi mereka. Mereka
mengutarakan kepada Samu'il bahwa mereka memerlukan seorang
pemimpin yang kuat yang berwibawa dan mempunyai kekuasaan
sebagai seorang raja untuk menghimpun mereka dan seterusnya
menjadi panglima perang.

Somu'il yang mengenal baik watak mereka dan titik-titik
kelemahan serta sifat-sifat licik dan pembangkang yang meletak
pada diri mereka berkata, " Aku khuatir bahwa kamu akan takut
dan enggan bertempur melawan musuh bila kepadamu diperintahkan
untuk berperang menghalau musuh dari negerimu."

Mereka menjawab, " Bagaimana kami menolak perintah semacam itu
dan enggan maju bertempur melawan musuh sedangkan kami telah
dihina diusir dari rumah-rumah kami dan dipisahkan dari sanak
keluarga kami. Bukankah suatu hal yang memalukan dan menurun
darjat kami sebagai bangsa, bila dalam keadaan yang sedang
kami alami ini, kami masih juga enggan berperang melawan musuh
yang datang menyerang dan menyerbu daerah kami. Kami akan maju
dan tidak akan gentar masuk dalam medan perang, asalkan saja
kami akan dapat pimpinan dari seorang yang cekap, berani serta
berwibawa sehingga komandonya dan segala perintahnya akan
dipatuhi oleh kaum kami semuanya."

Somu'il berkata, " Jika demikian ketetapan hatimu dan demikian
pula keinginanmu untuk memperoleh seorang raja yang akan
memimpin dan membimbing kamu, maka berilah waktu kepadaku
untuk beristikharah memohon pertolongan Allah menunjukkan
kepadaku seseorang yang patut dan layak menjadi raja bagimu."

Di dalam istikharahnya, Somuil mendapat ilham dan petunjuk
dari Allah, agar ia memilih serta mengangkat seorang yang
bernama, "Thalout" menjadi raja Bani Isra'il. Dan walaupun ia
belum pernah mendengar nama itu atau mengenalkan orangnya
Allah akan memberinya jalan dan tanda-tanda yang akan
memungkinkan ia bertemu muka dengan orang itu dan mengenalinya
dengan segera.

Thalout adalah seorang berbadan gemuk dan jangkung, tegak,
kuat dan berparas tampan. Dari pancaran kedua matanya orang
dapat mengetahui bahwa ia adalah seorang yang cerdik, cekap
dan bijaksana, memiliki hati yang tabah dan berani. Ia hidup
dan bertempat tinggal di sebuah desa yang agak terpencil
sehingga tidak banyak dikenal orang. Ia hidup bersama ayahnya
bercucuk tanam dan memelihara haiwan ternak.

Pada suatu hari, di kala Thalout sedang sibuk bersama ayahnya
menguruskan tanah ladangnya, terlepaslah dari kandang seekor
keldai dari haiwan-haiwan peliharaannya dan menghilang sesat.
Pergilah Thalout bersama seorang bujangnya mencari keldai yang
hilang itu di celah-celah lembah dan bukit-bukit di sekitar
desanya, namun tidak berhasil menemukan kembali haiwan yang
terlepas itu. Akhirnya ia mengajak bujangnya kembali karena
khuatir ayahnya akan menjadi gelisah bila ia lebih lama
meninggalkan rumahnya mencari keldai yang hilang itu.

Berkata sang bujang kepada Thalout, " Kami sekarang sudah
berada di daerah Shuf tempat dimana Somu'il berada. Alangkah
baiknya kalau kami pergi kepadanya menanyakan kalau-kalau ia
dapat memberikan keterangan dan petunjuk kepada kami di mana
kiranya kami dapat menemukan keldai kami itu. Ia adalah
seorang nabi yang menerima petunjuk dari Tuhannya melalui para
malaikat dan dia telah banyak kali mengungkapkan hal-hal ghaib
yang ditanyakan oleh orang kepadanya."

Thalout menerima baik cadangan bujangnya dan berangkatlah
mereka berdua menuju tempat tinggal Somu'il. Di tengah-tengah
perjalanan, mereka bertanya kepada beberapa gadis yang
ditemuinya sedang menimpa air dari sebuah perigi, " Di manakah
tempat tinggal Nabi Somu'il ?" " Tidak usah kamu cepat-cepat
meneruskan perjalananmu. Somu'il sebentar lagi akan datang
ke sini. Ia sedang ditunggu kedatangannya di atas bukit oleh
rakyat tempat itu." Para gadis itu menjawab.

Ternyata bahawa belum selesai para gadis itu memberikan
keterangannya, muncullah Somu'il dengan wajahnya yang berseri-
seri memancarkan cahaya kenabian dan kealiman yang
mengesahkan. Thalout segera mendekati Somu'il dan setelah
saling pandang memandang, berkatalah Thalout, " Wahai Nabi
Allah, kami datang menemui bapak untuk memohon pertolongan
iaitu dapatkah kiranya kami diberi keterangan dan petunjuk
di manakah kami dapat menemukan kembali keldai kami yang telah
terlepas dari kandang dan menghilang tidak kami temukan
jejaknya walaupun sudah tiga hari kami berusaha mencarinya."

Somu'il setelah memandang wajah Thalout dengan teliti sedarlah
ia bahwa inilah orangnya yang oleh Allah ditunjuk untuk
menjadi raja pemimpin dan penguasa Bani Isra'il. Ia berkata
kepada Thalout, " Keldai yang engkau cari itu sedang berada
dalam perjalanan kembali ke kandangnya di tempat ayahmu.
Janganlah engkau rungsingkan fikiranmu dan ributkan dirimu
dengan urusan keldai itu. Kerana aku memang mencarimu dan
ingin menemuimu untuk urusan yang lebih besar dan lebih
penting dari soal keldai. Engkau telah dipilih oleh Allah
untuk memimpin Bani Isra'il sebagai raja, mempersatukan
barisan mereka yang sudah kacau-balau serta membebaskan mereka
dari musuh-musuh yang sedang menyerbu dan menduduki negeri
mereka. Dan in sya Allah, Tuhan akan menyertaimu memberi
perlindungan kepadamu dan mengurniakan kemenangan dan
kemujuran dalam segala sepak terajangmu."

Thalout menjawab, " Bagaimana aku dapat menjadi seorang raja
dan pemimpin Bani Isra'il sedang aku ini seorang dusun, anak
cucu Benyamin yang paling papa, terasing dari pengaulan orang
ramai, seorang anak tani dan penggembala haiwan yang tidak
dikenal orang ?"

Berkata Somu'il, " Itu adalah kehendak Allah dan perintahNya.
Dan Dia lebih tahu pada siapa Ia meletakkan amanat dan tugas-
tugasNya. Dialah yang menugaskan dan Dia pulalah yang akan
melengkapi segala kekuranganmu. Bersyukurlah engkau atas
nikmat dan kurniaan Allah ini. Terimalah tugas suci ini dengan
keteguhan hati dan kepercayaan penuh akan pertolongan dan
perlindungan Allah kepadamu." Kemudian dipeganglah tangan
Thalout, diangkatnya keatas seraya menghadap kepada kaumnya
dan berkata,

" Wahai kaumku, inilah orangnya yang oleh Allah telah dipilih
untuk menjadi rajamu. Ia berkewajiban memimpin kamu dan
mengurus segala urusanmu dengan sebaik-baiknya dan setepat-
tepatnya dan kamu berkewajiban taat kepadanya, mematuhi segala
perintahnya dan berdiri tegak di belakang komandinya. Bersatu
padulah kamu di bawah bendera raja Thalout dan bersiap-siaplah
untuk berjuang melawan musuh-musuhmu."

Bani Isra'il yang sedang berkumpul mengerumuni Somu'il
mendengarkan pidato pelantikannya mengangkat Thalout sebagai
raja, tercengang dan terkejut dan dengan mulut ternganga
mereka melihat satu kepada yang lain, berpindahan pandangan
mereka dari wajah Somu'il ke wajah Thalout yang menandakan
kehairanan dan ketidak puasan dengan pengangkatan itu.
Selintas pun tidak terfikir oleh mereka bahwa seorang seperti
Thalout yang papa dan miskin dan tidak dikenal orang ialah
yang akan dipilih oleh Somu'il soal pemilihan dan pengangkatan
seorang raja bagi mereka.

Berkata mereka kepada Somu'il, " Bagaimana seorang seperti
Thalout ini akan dapat memimpin kami sebagai raja padahal ia
seorang yang miskin yang tidak dikenal orang dan pergaulan
sehari-harinya hanya terbatas didesanya. Selain itu ia
bukannya dari keturunan "Lawi" yang menurunkan para nabi Bani
Israil, juga bukan dari keturunan "Yahuda" yang menurunkan
raja-raja Bani Isra'il sejak dahulu kala. Ia pun tidak
memiliki pengalaman dan kecekapan yang diperlukan oleh seorang
raja untuk mengurus serta mempertahankan kerajaannya. Mengapa
tidak dipilih sahaja seorang daripada mereka yang berada
di kota yang pandai-pandai, berpengalaman dan berkeadaan
cukup ?"

Berkata Somu'il menanggapi keberatan-keberatan yang
dikemukakan oleh kaumnya, " Pengurusan kerajaan dan pemimpin
perang tidak memerlukan kebangsawanan atau kekayaan. Ia
memerlukan kecekapan, kebijaksanaan, kecerdasan berfikir dan
kecekapan bertindak. Sifat-sifat itu terdapat dalam diri
Thalout di samping ia memiliki tubuh yang kuat, perawakan yang
tegap dan kekar serta paras muka yang tampan yang memberi
kesan baik bagi orang-orang yang menghadapinya. Selain itu
semuanya, ia adalah pilihan dan tunjukan Allah Yang Maha
Mengetahui dan Maha Mengenal hamba-hambaNya. Maka tidak
patutlah kami memilih orang lain setelah Allah menjatuhkan
pilihanNya."

" Baiklah", kata mereka, " Jika yang demikian itu pilihan dan
kehendak Allah, maka kami tidak dapat berbuat lain selain
menerima kenyataan ini. Akan tetapi untuk menghilangkan
keragu-raguan kami tentang diri Thalout, berilah kepada kami
suatu tanda yang dapat menyakinkan kami bahwa Thalout benar-
benar pilihan Allah."

Somu'il menjawab, " Sesungguhnya Allah telah mengetahui watak
dan tabiat kamu yang kaku dan keras kepala. Imanmu tidak
berada di dalam hati tetapi di kelopak mata. Kamu tidak
mempercayai sesuatu tanpa bukti yang dapat kamu rasa dengan
pancaindera kamu. Maka sebagai bukti bahwa Allah merestui
pengangkatan Thalout menjadi raja kamu, ialah bahawa kamu akan
menemukan kembali peti keramatmu "Tabout" yang telah hilang
dan dirampas oleh bangsa Palestin. Kamu akan menemukan itu
datang kepadamu dibawa oleh malaikat. Pergilah kamu keluar
kota sekarang juga untuk menerimanya."

Setelah ternyata bagi mereka kebenaran kata-kata Somu'il
dengan ditemuinya kembali Tabout yang sudah tujuh bulan berada
di tangan orang-orang Palestin itu, maka diterimalah
pengangkatan Thalout sebagai raja mereka dengan memberikan
bai'at kepadanya dan janji akan taat serta mematuhi segala
nasihat dan perintahnya.

*** Raja Thalout.

Tugas pertama yang dilakukan oleh Thalout setelah dinobatkan
sebagai raja ialah menyusun kekuatan dengan menghimpunkan para
pemuda dan orang-orang yang masih kuat untuk menjadi tentera
yang akan menghadapi bangsa Palestin yang terkenal kuat dan
berani.

Ia menyusun bala tenteranya dari orang-orang yang masih kuat,
tidak mempunyai tanggungan keluarga, tidak mempunyai ikatan-
ikatan dagang usaha sehingga dapat membulatkan tekadnya untuk
berjuang dan memusatkan fikiran dan tenaga bagi mencapai
kemenangan dan menghalaukan musuh dari negeri mereka dengan
semangat yang teguh yang tidak tergoyahkan. Sebagai ujian
untuk mengetahui sampai sejauh mana rakyatnya atau barisan
tenteranya yang disusun itu berdisiplin mengikuti komando dan
perintahnya, Thalout berkata mereka, " Kamu dalam perjalananmu
di bawah terik panasnya matahari akan melalui sebuah sungai.
Maka barang siapa di antara kamu minum dari air sungai itu, ia
bukan pengikutku yang setia yang dapat kupercayai kesungguhan
hatinya dan kebulatan tekadnya. Sebaliknya barangsiapa
di antara kamu yang hanya menciduk air sungai itu seciduk
tangan untuk sekadar membasahi kerongkongannya, maka ia ialah
seorang pengikutku dan tentera yang benar-benar dapat
kuandalkan keberaniannya dan kedisiplinannya."

Ternyata apa yang dikhuatirkan oleh Thalout telah terjadi dan
menjadi kenyataan. Setiba barisan tentera Thalout di sungai
yang dimaksudkan itu, hanya sebahagian kecil sahajalah dari
mereka yang berdisiplin mengikuti petunjuk Thalout secara
tepat. Sedang bahagian yang besar tidak dapat bersabar menahan
dahaganya dan minumlah mereka dari air sungai itu sepuas-puas
hatinya.

Walaupun telah terjadi pelanggaran disiplin oleh sebahagian
besar dari anggota tenteranya, Thalout tetap berkeras hati
melanjutkan perjalanannya menuju ke medan perang dengan
pasukan yang tidak bersatu padu dan berdisiplin sebagaimana ia
menduga dan mengharapkannya. Ia hanya bersandar dan
mengandalkan kekuatan tenteranya kepada bahagian kecil yang
sudah ternyata setia dan patuh kepada perintah dan
petunjuknya. Sedang terhadap mereka yang sudah melanggar
perintahnya dan minum dari air sungai itu, Thalout bersikap
sabar, lunak dan bijaksana untuk menghindari keretakan
di dalam barisan tenteranya sebelum menghadapi musuh.

Tatkala mereka tiba di medan perang dan berhadapan dengan
musuh, sebahagian daripada pasukan Thalout ialah mereka yang
telah melanggar disiplin dan minum dari air sungai, merasa
kecil hati dan ketakutan melihat pasukan musuh yang terdiri
dari orang-orang kuat dan besar-besar dengan peralatan yang
lebih lengkap dan jumlah tentera yang lebih besar di bawah
pimpinan seorang komandan bernama "Jalout".

Jalout, panglima komandan pasukan musuh terkenal seorang
panglima yang berani, cekap dan terkenal tidak pernah kalah
dalam peperangan. Tiap orang yang berani bertarung dengan dia
pasti jatuh terbunuh. Namanya telah menimbulkan rasa takut dan
kecil hati pada bahagian besar dari pasukan Thalout. Berkata
mereka kepadanya, " Kami tidak berdaya dan tidak akan sanggup
menghadapi dan melawan Jalout berserta tenteranya hari ini.
Mereka lebih lengkap peralatannya dan lebih besar bilangannya
daripada pasukan kami."

Akan tetapi kelompok yang setia yang merupakan golongan yang
kecil dalam pasukan Thalout, tidak merasa takut dan gentar
menghadapi Jalout dan bala tenteranya, walaupun mereka lebih
besar dan lebih lengkap peralatannya karena mereka keluar
ke medan perang mengikuti Thalout dengan tekad yang bulat
hendak membebaskan negerinya dari para penyerbu dengan
berbekal tawakkal dan iman kepada Allah. Sejak mereka
melangkahkan kaki keluar dari rumah mereka sudah berniat bulat
berjuang bermati-matian melawan musuh yang telah merampas
rumah dan tanah mereka dan bersedia mati untuk tugas suci itu.

Berkata mereka kepada kawan-kawannya kelompok pengecut itu,
" Majulah terus untuk bertempur melawan musuh. Kami tidak akan
kalah karena bilangan yang sedikit atau kerana kelemahan
fizikal. Kami akan menggondol kemenangan bila iman di dalam
dada kami tidak tergoyahkan dan kepercayaan kami akan
pertolongan Allah tidak menipis. Berapa banyak terjadi sudah,
bahwa kelompok yang kecil jumlahnya mengalahkan kelompok yang
besar, bila Allah mengizinkannya dan memberikan
pertolonganNya. Dan Allah selalu berada di sisi orang-orang
yang beriman, sabar dan bertawakkal."

Dengan tidak menghiraukan kasak-kusuk dan bisikan kelompok
pengecut yang ingin mundur dan melarikan diri dari kewajiban
berperang, Raja Thalout terus maju memimpin pasukannya seraya
bertawakkal kepada Allah memohon pertolongan dan
perlindunganNya.

Setelah kedua pasukan merapat berhadapan satu dengan yang lain
dan pertempuran dimulai, keluarlah dari tengah-tengah barisan
bangsa Palestin, panglima besarnya yang bernama Jalout,
berteriak dengan sekuat suaranya menentang pasukan Thalout
mengajak bertarung seorang lawan seorang. Berulang-ulang ia
berseru dengan suara yang lantang agar pihak Thalout
mengeluarkan seorang yang akan melawan dia bertanding dan
bertarung, namun tidak seorang pun keluar dari tengah pasukan
Bani Isra'il menghadapinya. Kata-kata ejekan dan hinaan
dilontarkan oleh Jalout kepada pihak musuhnya, pasukan Bani
Isra'il yang sedang dicekam oleh rasa takut dan bimbang
menghadapi Jalout yang sudah termasyur sebagai jaguh yang
tidak pernah terkalahkan itu.

Pada saat yang kritis dan tegang itu di mana rasa malu rendah
diri memenuhi dada dan hati para pemimpin pasukan Bani Isra'il
yang sedang memandang satu kepada yang lain, seraya bertanya-
tanya dalam hati masing-masing, gerangan siapakah di antara
mereka yang dapat maju membungkam mulut si Jalout yang
berteriak-teriak itu dan melawannya, datanglah pada saat itu
menghadap raja Thalout, seorang lelaki remaja berparas tampan,
bertubuh kekar dan tegak, sinar matanya memancarkan keberanian
dan kecerdasan. Ia meminta izin dari sang raja untuk keluar
menyambut tentangan Jalout dan menandinginya.

Thalout merasa kagum akan keberanian pemuda yang telah
menawarkan dirinya untuk bertarung dengan Jalout, sementara
orang-orang dari pasukannya sendiri yang sudah berpengalaman
berperang tidak ada yang tergerak hatinya untuk menyahut
cabaran Jalout yang berteriak-teriak melontarkan ejekan dan
hinaan. Thalout dengan cermat memperhatikan perawakan sang
pemuda itu merasa berat dan ragu-ragu untuk memberi izin
kepadanya turun ke gelanggang melawan Jalout. Ia tidak
membayangkan seorang dalam usia semuda itu, yang belum pernah
turun ke medan perang dan tidak berpengalaman bertarung akan
selamat dan keluar hidup dari pertarungan melawan Jalout.

Ia benar-benar bukan tandingannya, kata hati Thalout, bahkan
merupakan suatu dosa bila ia melepaskan pemuda itu bertarung
dengan Jalout. Sayang bagi usianya yang masih muda itu bila ia
akan menjadi korban dan makanan pedang Jalout yang tidak
pernah memberi ampun kepada lawan-lawannya.

Sang pemuda dengan memperhatikan roman muka Thalout dapat
menangkap isi hatinya, bahwa ia ragu-ragu dan bimbang untuk
melepaskannya bertarung dengan Jalout, maka berkatalah ia
kepadanya, " Janganlah engkau terpengaruh oleh usia mudaku dan
keadaan fizikalku yang menjadikan engkau ragu-ragu dan khuatir
melepaskan aku melawan Jalout karena yang menentukan dalam
pertarungan bukanlah hanya kekuatan fizikal dan kebesaran
badan akan tetapi yang lebih penting dari itu ialah keteguhan
hati dan kelicikan bertempur serta iman dan kepercayaan kepada
Allah yang menentukan hidup matinya seseorang hambaNya.

Beberapa hari yang lalu aku telah berhasil menangkap seekor
singa dan membunuhnya, tatkala ia hendak menyergap dombaku dan
sebelum itu terjadi pula, aku menghadang seekor beruang yang
ganas dan berhasil membunuhnya setelah bergulat mati-matian.
Maka bukanlah usia atau kekuatan badan yang merupakan faktor
yang menentukan dalam pertempuran tetapi keberanian dan
keteguhan hati serta kelincahan dan kecepatan bergerak dengan
disertai perhitungan yang tepat, itulah merupakan senjata yang
lebih ampuh dalam setiap pertarungan."

Mendengar kata-kata yang penuh semangat yang keluar dari hati
yang ikhlas dan jujur sedarlah Thalout bahawa pemuda itu
berkemahuan keras ingin melawan Jalout. Ia percaya kepada
dirinya sendiri bahwa ia dapat mengalahkannya maka
diberinyalah izin dan restu oleh Thalout untuk melaksanakan
kehendaknya dengan diiringi doa semuga Allah melindunginya dan
mengurniainya dengan kemenangan yang diharap-harapkan oleh
seluruh anggota pasukan. Kemudian ia diberinya pedang, topi
baja dan zirah baju besi, namun ia enggan mengenakan pakaian
yang berat itu dan pedang pun ia menolak untuk membawanya
dengan alasan ia belum biasa menggunakan senjata itu. Ia hanya
membawa sebuah tongkat beberapa batu kerikil dan sebuah bandul
untuk melemparkan batu-batu itu.

Berkatalah Thalout kepadanya, " Bagaimana engkau dapat
bertarung dengan hanya bersenjatakan tongkat, bandul dan batu-
batu melawan Jalout yang bersenjatakan pedang, panah dan
berpakaian lengkap ?"

Pemuda itu menjawab, " Tuhan yang telah melindungiku dan
taring singa dan kuku beruang akan melindungiku pula dari
pedang dan panah Jalout yang durhaka itu." Lalu dengan
berbekalkan senjata yang sangat sederhana itu, keluarlah ia
dari tengah-tengah barisan Bani Isra'il menuju gelanggang
di mana Jalout sedang menari-nari mengelu-elukan pedangnya
seraya berteriak-teriak mengejek dan menyombangkan diri.

Tatkala Jalout melihat bahwa yang masuk gelanggang hendak
bertanding dengan dia, adalah seorang pemuda remaja tidak
bersenjatakan pedang atau panah dan tidak pula mengenakan topi
baja dan zirah, dihinalah ia dan diejek dengan kata-kata,

" Untuk apakah tongkat yang engkau bawa itu." Untuk mengejar
anjingkah atau untuk memukul anak-anak yang sebaya dengan
engkau ? Di mana pedangmu dan zirahmu ? Rupa-rupanya engkau
sudah bosan hidup dan ingin mati padahal engkau masih muda
yang belum merasakan suka-dukanya kehidupan dan yang masih
harus banyak belajar dari pengalaman. Majulah engkau ke sini
akan aku habiskan nyawamu dalam sekelip mata dan akan
kujadikan dagingmu makanan yang lazat bagi binatang-binatang
di darat dan burung-burung di udara."

Sang pemuda menjawab, " Engkau boleh bangga dengan zirah dan
topi bajamu, boleh merasa kuat dan ampuh dengan pedang dan
panahmu yang tidak akan sanggup menyelamatkan nyawamu dan
tanganku yang masih halus dan bersih ini. Aku datang ke sini
dengan nama Allah, Tuhan Bani Isra'il yang telah lama engkau
hina, engkau jajah dan engkau tundukkan. Engkau sebentar lagi
akan mengetahui pedang dan panahkah yang akan mengakhiri
hayatku atau kehendak Allah dan kekuasaanNya yang akan
meranggut nyawamu dan mengirimkan engkau ke neraka Jahannam ?"

Melihat Jalout melangkah maju, maka sebelum ia sempat
mendekatinya, sang pemuda segera mengeluarkan batu dari
sakunya, melemparkannya dengan bandul tepat ke arah kepala
Jalout yang seketika itu juga mengalirkan darah dengan
derasnya hingga menutupi kedua matanya, lalu diikuti dengan
lemparan batu kedua dan ketiga oleh sang pemuda hingga
terjatuhlah Jalout tertiarap di atas lantai menghembuskan
nafas terakhirnya.

Bergemuruhlah suara teriakan gembira dan sorak-sorai dari
pihak pasukan Bani Isra'il menyambut kemenangan pemuda gagah
perkasa itu atas Jalout, jaguh dan kebanggaan bangsa Palestin.
Dan dengan matinya Jalout hilanglah semangat tempur pasukan
Palestin dan mundurlah mereka melarikan diri tunggang-langgang
seraya dikejar dan diajar tanpa ampun oleh pasukan Thalout
yang telah memperoleh kembali semangat juangnya dan harga diri
serta kebanggaan nasionalnya.

Isi cerita di atas dikisahkan oleh Al Quran dalam surah
"Al Baqarah" ayat 246 sehingga 251 yang bermaksud,

" 246@ Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani
Isra'il sesudah Nabi Musa, iaitu ketika mereka berkata kepada
seorang Nabi mereka, " Angkatlah untuk kami seorang raja
supaya kami dapat berperang {di bawah pimpinannya} di jalan
Allah." Nabi mereka berkata, " Mungkin sekali jika kamu nanti
diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang." Mereka
menjawab, " Mengapa kami tidak mahu berperang di jalan Allah,
padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman
kami dan dari anak-anak kami ?" Maka tatkala perang itu
diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa
orang saja di antara mereka. Dan Allah Maha Mengetahui akan
orang-orang yang zalim.

247@ Nabi mereka mengatakan kepada mereka, " Sesungguhnya
Allah mengangkat Thalout menjadi rajamu." Mereka menjawab,
" Bagaimana Thalout memerintah kami padahal kami lebih berhak
mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak
diberi kekayaan yang cukup banyak ?" Nabi mereka berkata,
" Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan
menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa." Allah
memberi pemerintahan kepada siapa yang dikehendakiNya. Dan
Allah Maha Luas pemberianNya lagi Maha Mengetahui.

248@ Dan Nabi mereka mengatakan kepada mereka, " Sesungguhnya
tanda ia akan menjadi raja ialah kembalinya "Tabout" kepadamu
di dalamnya terdapat ketenangan dari Tuhanmu dan sisa dari
peninggalan keluarga Musa dan keluarga Harun, "Tabout" itu
dibawa oleh malaikat. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda bagimu jika kamu orang yang beriman.

249@ Maka tatkala Thalout ke luar membawa tenteranya, ia
berkata, " Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan satu
sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia
pengikutku. Dan barangsiapa tidak merasakan airnya kecuali
orang yang hanya menciduk seciduk tangan, maka ia adalah
pengikutku." Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang
di antara mereka. Maka tatkala Thalout dan orang-orang yang
beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang
yang telah minum berkata, " Tak ada kesanggupan kami pada hari
ini untuk melawan Jalout dan tenteranya." Orang-orang yang
menyakini bahwa mereka akan menemui jalan Allah berkata,
" Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat
mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah dan Allah
berserta orang-orang yang sabar."

250@ Tatkala Jalout dan tenteranya telah nampak oleh mereka,
mereka pun berdoa, " Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas
diri kami dan kukuhkanlah pendirian kami dan tolonglah kami
terhadap orang-orang kafir."

251@ Mereka {tentera Thalout} mengalahkan tentera Jalout
dengan izin Allah dan {dalam peperangan itu} Daud membunuh
Jalout, kemudian Allah memberikan kepadanya {Daud}
pemerintahan dan hikmah {sesudah meninggalkan Thalout} serta
Allah mengajarkan kepadanya apa yang dikehendakiNya."
{Surah Al Baqarah: 246 ~ 251}

*** Pemuda yang menurut cerita yang telah bertanding melawan
dan mengalahkan Jalout dan berhasil membunuhnya adalah Nabi
Daud, sebagaimana ditegaskan dalam ayat 251 surah,
"Al Baqarah".

*** Beberapa Kisah Kehidupan Nabi Daud A.S..

Daud Dan Raja Thalout

Ketika raja Thalout, raja Bani Isra'il mengerahkan orang
supaya memasuki tentera dan menyusun tentera rakyat untuk
berperang melawan bangsa Palestin, Daud bersama dua orang
kakaknya diperintahkan oleh ayahnya untuk turut berjuang dan
menggabungkan diri ke dalam barisan askar Thalout. Khusus
kepada Daud sebagai anak yang termuda di antara tiga
bersaudara, ayahnya berpesan agar ia berada di barisan
belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia ditugaskan hanya
untuk melayani kedua kakaknya yang harus berada dibarisan
depan, membawakan makanan dan minuman serta keperluan-
keperluan lainnya bagi mereka, di samping ia harus dari waktu
ke waktu memberi lapuran kepada ayahnya tentang jalannya
pertempuran dan keadaan kedua kakaknya di dalam medan perang.
Ia sesekali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut
bertempur, mengingatkan usianya yang masih muda dan belum ada
pengalaman berperang sejak ia dilahirkan.

Akan tetapi ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il
berhadapan muka dengan pasukan Jalout dari bangsa Palestin,
Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala mendengar suara Jalout
yang nyaring dengan penuh kesombongan menentang mengajak
berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam
diri sehinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan
menawarkan diri untuk maju menghadapi Jalout dan terjadilah
pertempuran antara mereka berdua yang berakhir dengan
terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan dalam kisah
sebelum ini.

Sebagai imbalan bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka
dijadikan menantu oleh Thalout dan dikahwinkannya dengan
puterinya yang bernama Mikyal, sesuai dengan janji yang telah
diumumkan kepada pasukannya bahwa puterinya akan dikahwinkan
dengan orang yang dapat bertempur melawan Jalout dan
mengalahkannya.

Di samping ia dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula
oleh raja Thalout sebagai penasihatnya dan orang
kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan dihormati serta
disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh
rakyat Bani Isra'il yang melihatnya sebagai pahlawan bangsa
yang telah berhasil mengangkat keturunan serta darjat Bani
Isra'il di mata bangsa-bangsa sekelilingnya.

Suasana keakraban, saling sayang dan saling cinta yang
meliputi hubungan sang menantu, Daud dengan sang mertua,
Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada akhir waktunya, Daud
merasa bahwa ada perubahan dalam sikap mertuanya terhadap
dirinya. Muka manis yang biasa ia dapat dari mertuanya
berbalik menjadi muram dan kaku, kata-katanya yang biasa
didengar lemah-lembut berubah menjadi kata-kata yang kasar dan
keras. Bertanya ia kepada diri sendiri gerangan apakah kiranya
yang menyebabkan perubahan sikap yang mendadak itu ? Adakah
hal-hal yang dilakukan yang dianggap oleh mertuanya kurang
layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya ?
Ataukah mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan
fitnahan orang yang sengaja ingin merusakkan suasana harmoni
dan damai di dalam rumah tangganya ? Bukankah ia seorang
menantu yang setia dan taat kepada mertuanya yang telah
memenuhi tugasnya dalam perang sebaik yang diharapkan ? Dan
bukankah ia selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya
untuk membela dan mempertahankan kekekalan kerajaan
mertuanya ?

Daud tidak mendapat jawapan yang memuaskan atas pertanyaan-
pertanyaan yang melintasi fikirannya itu. Ia kemudian kembali
kepada dirinya sendiri dan berkata dalam hatinya mungkin apa
yang ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari
mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari
pihaknya dan kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh
urusan-urusan dan masalah-masalah peribadi dari mertua yang
tidak ada sangkut pautnya dengan dirinya sebagai menantu.
Demikianlah dia mencuba menenangkan hati dan fikirannya yang
masyangul yang berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan
dan mengambil kisah tentang sikap dan tindak tanduk mertuanya
lebih jauh.

Pada suatu malam gelap yang sunyi senyap, ketika ia berada
di tempat tidur bersama isterinya Mikyal. Daud berkata kepada
isterinya, " Wahai Mikyal, entah benarkah aku atau salah dalam
tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka atau
sesuatu kenyataan apa yang aku lihat dalam sikap ayahmu
terhadap diriku ? Aku melihat akhir-akhir ini ada perubahan
sikap dari ayahmu terhadap diriku. Ia selalu menghadapi aku
dengan muka muram dan kaku tidak seperti biasanya. Kata-
katanya kepadaku tidak selemah lembut seperti dulu. Dari
pancaran pandangannya kepadaku aku melihat tanda-tanda
antipati dan benci kepadaku. Ia selalu menggelakkan diri dari
duduk bersama aku, bercakap-cakap dan berbincang-bincang
sebagaimana dahulu, ia lakukan bila ia melihatku berada
di sekitarnya."

Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air
mata yang terjatuh di atas pipinya, " Wahai Daud, aku tidak
akan menyembunyikan sesuatu daripadamu dan sesekali tidak akan
merahsiakan hal-hal yang sepatutnya engkau ketahui.
Sesungguhnya sejak ayahku melihat bahawa keturunanmu makin
naik di mata rakyat dan namamu menjadi buah mulut yang
disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat bangsa, ia
merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu di kalangan rakyat
makin meluas dan kecintaan mereka kepadamu makin bertambah,
hal itu akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin
mengganggu kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorang
mukmin berilmu dan bukan dari keturunan raja, menikmati
kehidupan yang mewah, menduduki yang empuk dan merasakan
manisnya berkuasa. Orang mengiakan kata-katanya, melaksanakan
segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya.

Ia khuatir akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah
ladangnya dan usaha ternaknya di desa. Kerananya ia tidak
menyukai orang menonjol yang dihormati dan disegani rakyat
apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa seperti
engkau. Ia khuatir bahawa engkau kadang-kadang dapat merenggut
kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali
ke cara hidupnya yang lama, sebagaimana tiap raja meragukan
kesetiaan tiap orang dan berpurba sangka terhadap tindakan-
tindakan orang-orangnya, bila ia belum mengerti apa yang
dituju dengan tindakan-tindakan itu."

" Wahai Daud ", Mikyal meneruskan ceritanya, " Aku mendapat
tahu bahawa ayahku sedang memikirkan suatu rencana untuk
menyingkirkan engkau dan mengikis habis pengaruhmu di kalangan
rakyat dan walaupun aku masih merayukan kebenaran berita itu,
aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang berlaku
waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal
yang malang bagi dirimu."

Daud merasa hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya
kepada dirinya sendiri dan kepada isterinya, " Mengapa terjadi
hal yang sedemikian itu ? Mengapa kesetiaanku diragukan oleh
ayahmu, padahal aku dengan jujur dan ikhlas hati berjuang
di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi
kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah
kemasukan godaan Iblis yang telah menghilangkan akal sihatnya
serta mengaburkan jalan fikirannya ?" Kemudian tertidurlah
Daud selesai mengucapkan kata-kata itu.

Pada esok harinya Daud terbangun oleh suara seorang pesuruh
Raja yang menyampaikan panggilan dan perintah kepadanya untuk
segera datang menghadap. Berkata sang raja kepada Daud yang
berdiri tegak di hadapannya, " Hai Daud fikiranku kebelakangan
ini sangat terganggu oleh sebuah berita yang merungsingkan.
Aku mendengar bahwa bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya
dan mengerahkan rakyatnya untuk datang menyerang dan menyerbu
daerah kita. Engkaulah harapanku satu-satunya, hai Daud yang
akan dapat menangani urusan ini. Maka ambillah pedangmu dan
siapkanlah peralatan perangmu, pilihlah orang-orang yang
engkau percayai di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka
di rumahnya sebelum sebelum mereka sempat datang kemari.
Janganlah engkau kembali dari medan perang kecuali dengan
membawa bendera kemenangan atau dengan jenazahmu dibawa
di atas bahu orang-orangmu."

Thalout hendak mencapai dua tujuan sekaligus dengan siasatnya
ini, ia handak menghancurkan musuh yang selalu mengancam
negerinya dan bersamaan dengan itu mengusirkan Daud dari atas
buminya karena hampir dapat memastikan kepada dirinya bahwa
Daud tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan
perang kali ini. Siasat yang mengandungi niat jahat dan tipu
daya Thalout itu bukan tidak diketahui oleh Daud. Ia merasa
ada udang disebalik batu dalam perintah Thalout itu kepadanya,
namun ia sebagai rakyat yang setia dan anggota tentera yang
berdisiplin, ia menerima dan melaksanakan perintah itu dengan
sebaik-baiknya tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat
yang akan menimpa dirinya.

Dengan bertawakkal kepada Allah, berpasrah diri kepada
takdirNya dan berbekal iman dan takwa di dalam hatinya,
berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju daerah bangsa
Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yang memang telah
menyuratkan dalam takdirNya, mengutuskan Daud sebagai Nabi dan
Rasul. Maka kembalilah Daud ke kampung halamannya berserta
pasukannya dengan membawa kemenangan gilang gemilang.
Kedatangan Daud kembali dengan membawa kemenangan diterima
oleh Thalout dengan senyum dan tanda gembira yang dipaksakan
oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud dengan
penghormatan yang besar dan puji-pujian yang berlebih-lebihan
namun dalam dadanya, makin menyala-nyala api dendam dan
kebenciannya, apalagi disadarinya bahwa dengan berhasilnya
Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya di mata rakyat, makin
naik dan makin dicintainyalah, ia oleh Bani Isra'il sehingga
di mana saja orang berkumpul tidak lain yang dipercakapkan
hanyalah tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya
memimpin pasukan dan kemahirannya menyusun strategi dengan
sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan bangsa Kan'aan dan
membawa kembali ke rumah kemenangan yang menjadi kebanggaan
seluruh bangsa.

Gagallah siasat Thalout menyingkirkan Daud dengan meminjam
tangan orang-orang Kan'aan. Ia kecewa tidak melihat jenazah
Daud diusung oleh orang-orangnya yang kembali dari medan
perang sebagaimana yang ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia
melihat Daud dalam keadaan segar bugar gagah perkasa berada
di hadapan pasukannya, menerima alu-aluan rakyat dan sorak-
sorainya tanda cinta kasih sayang mereka kepadanya sebagai
pahlawan bangsa yang tidak terkalahkan.

Thalout yang dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan
melihat makin meluasnya pengaruh Daud, terutama sejak
kembalinya dari perang dengan bangsa Kan'aan, berfikir jalan
satu-satunya yang akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud
ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana
pembunuhannya sedemikian cermatnya, sehingga tidak akan
menyeret namanya terbawa-bawa ke dalamnya. Mikyal, isteri Daud
yang dapat mencium rancangan jahat ayahnya itu, segera
memberitahu kepada suaminya, agar ia segera menjauhkan diri
dan meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat
itu sempat dilaksanakan. Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran
isterinya yang setia itu, meninggalkan kota diwaktu malam
gelap dengan tiada membawa bekal kecuali iman di dada dan
kepercayaan yang teguh, yang akan inayahnya Allah dan
rahmatNya.

Setelah berita menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui
oleh umum, berbondong-bondonglah menyusul saudara-saudaranya,
murid-muridnya dari para pengikutnya mencari jejaknya untuk
menyampaikan kepadanya, rasa setiakawan mereka serta
menawarkan bantuan dan pertolongan yang mungkin diperlukannya.
Mereka menemui Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi
istirahat seraya merenungkan nasib yang ia alami sebagai
akibat dari perbuatan seorang hamba Allah yang tidak mengenal
budi, baik sesamanya dan yang selalu memperturutkan hawa
nafsunya sekadar untuk mempertahankan kekuasaan duniawinya.
Hamba Allah itu tidak sedar, fikir Daud, bahwa kenikmatan dan
kekuasaan duniawi yang ia miliki adalah pemberian Allah yang
sewaktu-waktu dapat dicabutNya kembali daripadanya.

*** Daud Dinobatkan Sebagai Raja.

Raja Thalout makin lama makin berkurang pengaruhnya dan
merosot kewibawaannya, sejak ia ditinggalkan oleh Daud dan
diketahui oleh rakyat rancangan jahatnya terhadap orang yang
telah berjasa membawa kemenangan demi kemenangan bagi negara
dan bangsanya. Dan sejauh perhargaan rakyat terhadap Thalout
merosot, sejauh itu pula cinta kasih mereka kepada Daud makin
meningkat, sehingga banyak diantara mereka yang lari mengikuti
Daud dan menggabungkan diri ke dalam barisannya, hal mana
menjadikan Thalout kehilangan akal dan tidak dapat menguasai
dirinya. Ia lalu menjalankan siasat tangan besi, menghunus
pedang dan membunuh siapa saja yang ia ragukan kesetiaannya,
tidak terkecuali di antara korban-korbannya terdapat para
ulama dan para pemuka rakyat.

Thalout yang mengetahui bahawa Daud yang merupakan satu-
satunya saingan baginya masih hidup yang mungkin sekali akan
menuntut balas atas pengkhianatan dan rancangan jahatnya,
merasakan tidak dapat tidur nyenyak dan hidup tenteram
di istananya sebelum ia melihatnya mati terbunuh. Kerananya ia
mengambil keputusan untuk mengejar Daud di mana pun ia berada,
dengan sisa pasukan tenteranya yang sudah goyah disiplinnya
dan kesetiaannya kepada Istana. Ia fikir harus cepat-cepat
membinasakan Daud dan para pengikutnya sebelum mereka menjadi
kuat dan bertambah banyak pengikutnya.

Daud berserta para pengikutnya pergi bersembunyi di sebuah
tempat persembunyian, tatkala mendengar bahwa Thalout dengan
askarnya sedang mengejarnya dan sedang berada tidak jauh dari
tempat persembunyiannya. Ia menyuruh beberapa orang daripada
para pengikutnya untuk melihat dan mengamat-amati kedudukan
Thalout yang sudah berada dekat dari tempat mereka
bersembunyi. Mereka kembali memberitahukan kepada Daud bahawa
Thalout dan askarnya sudah berada di sebuah lembah dekat
dengan tempat mereka dan sedang tertidur semuanya dengan
nyenyak. Mereka berseru kepada Daud jangan menyia-nyiakan
kesempatan yang baik ini untuk memberi pukulan yang memastikan
kepada Thalout dan askarnya. Anjuran mereka ditolak oleh Daud
dan ia buat sementara merasa cukup sebagai peringatan pertama
bagi Thalout menggunting saja sudut bajunya selagi ia nyenyak
dalam tidurnya.

Setelah Thalout terbangun dari tidurnya, dihampirilah ia oleh
Daud yang seraya menunjukkan potongan yang digunting dari
sudut bajunya berkatalah ia kepadanya, " Lihatlah pakaian
bajumu yang telah aku gunting sewaktu engkau tidur nyenyak.
Sekiranya aku mahu nescaya aku dengan mudah telah membunuhmu
dan menceraikan kepalamu dari tubuhmu, namun aku masih ingin
memberi kesempatan kepadamu untuk bertaubat dan ingat kepada
Tuhan serta membersihkan hati dan fikiranmu dari sifat-sifat
dengki, hasut dan buruk sangka yang engkau jadikan dalih untuk
membunuh orang sesuka hatimu."

Thalout tidak dapat menyembunyikan rasa terkejutnya bercampur
malu yang nampak jelas pada wajahnya yang pucat. Ia berkata
menjawab Daud, " Sungguh engkau adalah lebih adil dan lebih
baik hati daripadaku. Engkau benar-benar telah menunjukkan
jiwa besar dan perangai yang luhur. Aku harus mengakui hal
itu."

Peringatan yang diberikan oleh Daud belum dapat menyedarkan
Thalout. Hasratnya yang keras untuk mempertahankan
kedudukannya yang sudah lapuk itu menjadikan ia lupa
peringatan yang ia terima dari Daud tatkala digunting sudut
bajunya. Ia tetap melihat Daud sebagai musuh yang akan
menghancurkan kerajaannya dan mengambil alih mahkotanya. Ia
merasa belum aman selama masih hidup dikelilingi oleh para
pengikutnya yang makin lama makin membesar bilangannya. Ia
enggan menarik pengajaran dan peristiwa perguntingan bajunya
dan mencuba sekali lagi membawa askarnya mengejar dan mencari
Daud untuk menangkapnya hidup atau mati.

Sampailah berita pengejaran Thalout ke telinga Daud buat kali
keduanya, maka dikirimlah pengintai oleh Daud untuk mengetahui
dimana tempat askar Thalout berkhemah. Di ketemukan sekali
lagi mereka sedang berada disebuah bukit tertidur dengan
nyenyaknya karena payah kecapaian. Dengan melangkah beberapa
anggota pasukan yang lagi tidur, sampailah Daud di tempat
Thalout yang lagi mendengkur dalam tidurnya, diambilnyalah
anak panah yang tertancap di sebelah kanan kepala Thalout
berserta sebuah kendi air yang terletak disebelah kirinya.
Kemudian dari atas bukit berserulah Daud sekeras suaranya
kepada anggota pasukan Thalout agar mereka bangun dari
tidurnya dan menjaga baik-baik keselamatan rajanya yang nyaris
terbunuh karena kecuaian mereka. Ia mengundang salah seorang
dari anggota pasukan untuk datang mengambil kembali anak panah
dan kendi air kepunyaan raja yang telah dicuri dari sisinya
tanpa seorang pun dari mereka yang mengetahuinya.

Tindakan Daud itu yang dimaksudkan sebagai peringatan kali
kedua kepada Thalout bahwa pasukan pengawal yang besar yang
mengelilinginya tidak akan dapat menyelamatkan nyawanya bila
Allah menghendaki merenggutnya. Daud memberi dua kali
peringatan kepada Thalout bukan dengan kata-kata tetapi dengan
perbuatan yang nyata yang menjadikan ia merasa ngeri
membayangkan kesudahan hayatnya, andaikan Daud menuntut balas
atas apa yang ia telah lakukan dan rancangkan untuk
pembunuhannya.

Jiwa besar yang telah ditunjukkan oleh Daud dalam kedua
peristiwa itu telah sangat berkesan dalam lubuk hati Thalout.
Ia terbangun dari lamunannya dan sedar bahawa ia telah jauh
tersesat dalam sikapnya terhadap Daud. Ia sedar bahawa nafsu
angkara murka dan bisikan iblislah yang mendorongkan dia
merancangkan pembunuhan atas diri Daud yang tidak berdosa,
yang setia kepada kerajaannya, yang berkali-kali
mempertaruhkan jiwanya untuk kepentingan bangsa dan negerinya,
tidak pernah berbuat khianat atau melalaikan tugas dan
kewajibannya. Ia sedar bahawa ia telah berbuat dosa besar
dengan pembunuhan yang telah dilakukan atas beberapa pemuka
agama hanya kerana purba sangka yang tidak berdasar.

Thalout duduk seorang diri termenung membalik-balik lembaran
sejarah hidupnya, sejak berada di desa bersama ayahnya,
kemudian tanpa diduga dan disangka, berkat rahmat dan kurnia
Allah diangkatlah ia menjadi raja Bani Isra'il dan bagaimana
Tuhan telah mengutuskan Daud untuk mendampinginya dan menjadi
pembantunya yang setia dan komandan pasukannya yang gagah
perkasa yang sepatutnya atas jasa-jasanya itu, ia mendapat
penghargaan yang setinggi-tingginya dan bukan sebagaimana ia
telah lakukan, yang telah merancangkan pembunuhannya dan
mengejar-gejarnya setelah ia melarikan diri dari istana. Dan
walaupun ia telah mengkhianati Daud dengan rancangan jahatnya,
Daud masih berkenan memberi ampun kepadanya dalam dua
kesempatan, di mana ia dengan mudah membunuhnya andaikan dia
mahu.

Membayangkan peristiwa-peristiwa itu semunya menjadi sesaklah
dada Thalout menyesalkan diri yang telah terjerumus oleh hawa
nafsu dan godaan Iblis sehingga ia menyia-nyiakan kurnia dan
rahmat Allah dengan tindakan-tindakan yang bahkan membawa dosa
dan murka Allah. Maka untuk menebuskan dosa-dosanya dan
bertaubat kepada Allah, Thalout akhirnya mengambil keputusan
keluar dari kota melepaskan mahkotanya dan meninggalkan
istananya berserta segala kebesaran dan kemegahannya, lalu
pergilah ia berkelana dan mengembara di atas bumi Allah sampai
tiba saatnya ia mendapat panggilan meninggalkan dunia yang
fana ini menuju alam yang baka.

Syahdan, setelah istana kerajaan Bani Isra'il ditinggalkan
oleh Thalout yang pergi tanpa meninggalkan bekas, beramai-
ramailah rakyat mengangkat dan menobatkan Daud sebagai raja
yang berkuasa.

*** Nabi Daud Mendapat Godaan.

Daud dapat menangani urusan pemerintahan dan kerajaan,
mengadakan peraturan dan menentukan bagi dirinya hari-hari
khusus untuk melakukan ibadah dan bermunajat kepada Allah,
hari-hari untuk peradilan, hari-hari untuk berdakwah dan
memberi penerangan kepada rakyat dan hari-hari menyelesaikan
urusan-urusan peribadinya.

Pada hari-hari yang ditentukan untuk beribadah dan menguruskan
urusan-urusan peribadi, ia tidak diperkenankan seorang pun
menemuinya dan mengganggu dalam khalawatnya, sedang pada hari-
hari yang ditentukan untuk peradilan maka ia menyiapkan diri
untuk menerima segala lapuran dan keluhan yang dikemukan oleh
rakyatnya serta menyelesaikan segala pertikaian dan
perkelahian yang terjadi diantara sesama mereka. Peraturan itu
diikuti secara teliti dan diterapkan secara ketat oleh para
pengawal dan petugas keamanan istana.

Pada suatu hari, di mana ia harus menutup diri untuk beribadah
dan berkhalwat datanglah dua orang lelaki meminta izin dari
para pengawal untuk masuk bagi menemui raja. Izin tidak
diberikan oleh para pengawal sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, namun lelaki itu memaksa kehendaknya dan melalui
pagar yang dipanjat sampailah mereka ke dalam istana dan
bertemu muka dengan Daud.

Daud yang sedang melakukan ibadahnya terperanjat melihat kedua
lelaki itu sudah berada di depannya, padahal ia yakin para
penjaga pintu istana tidak akan dapat melepaskan siapa pun
masuk istana menemuinya. Berkatalah kedua tamu yang tidak
diundang itu ketika melihat wajah Daud menjadi pucat tanda
takut dan terkejut, " Janganlah terkejut dan janganlah takut.
Kami berdua datang kemari untuk meminta keputusan yang adil
dan benar mengenai perkara sengketa yang terjadi antara kami
berdua."

Nabi Daud tidak dapat berbuat selain daripada menerima mereka
yang sudah berada didepannya, kendatipun tidak melalui
prosedur dan protokol yang sepatutnya. Berkatalah ia kepada
mereka setelah pulih kembali ketenangannya dan hilang rasa
paniknya, " Cubalah bentangkan kepadaku persoalanmu dalam
keadaan yang sebenarnya." Berkata seorang daripada kedua
lelaki itu, " Saudaraku ini memilki sembilan puluh sembilan
ekor domba betina dan aku hanya memiliki seekor sahaja. Ia
menuntut dan mendesakkan kepadaku agar aku serahkan kepadanya
dombaku yang seekor itu bagi melengkapi perternakannya menjadi
genap seratus ekor. Ia membawa macam-macam alasan dan berbagai
dalil yang sangat sukar bagiku untuk menolaknya, mengingatkan
bahawa ia memang lebih cekap berdebat dan lebih pandai
bertikam lidah daripadaku."

Nabi Daud berpaling muka kepada lelaki yang lain yang sedang
seraya bertanya, " Benarkah apa yang telah diuraikan oleh
saudara kamu ini ?" " Benar", jawab lelaki itu. " Jika memang
demikian halnya", kata Daud, dengan marah " Maka engkau telah
berbuat zalim kepada saudaramu ini dan memperkosakan hak
miliknya dengan tuntutanmu itu. Aku tidak akan membiarkan
engkau melanjutkan tindakanmu yang zalim itu atau engkau akan
menghadapi hukuman pukulan pada wajah dan hidungmu. Dan memang
banyak di antara orang-orang yang berserikat itu yang berbuat
zalim, satu terhadap yang lain kecuali mereka yang benar
beriman dan beramal soleh."

" Wahai Daud.", berkata lelaki itu menjawab, " Sebenarnya
engkaulah yang sepatut menerima hukuman yang engkau ancamkan
kepadaku itu. Bukankah engkau sudah mempunyai sembilan puluh
sembilan perempuan mengapa engkau masih menyunting lagi
seorang gadis yang sudah lama bertunang dengan seorang pemuda
anggota tenteramu sendiri yang setia dan bakti dan sudah lama
mereka berdua saling cinta dan mengikat janji." Nabi Daud
tercengang mendengar jawapan lelaki yang berani, tegas dan
pedas itu dan sekali lagi ia memikirkan ke mana sasaran dan
tujuan kata-kata itu, sekonyong-konyong lenyaplah menghilang
dari pandangannya kedua susuk tubuh kedua lelaki itu. Nabi
Daud berdiam diri tidak mengubah sikap duduknya dan seraya
termenung sedarlah ia bahawa kedua lelaki itu adalah malaikat
yang diutuskan oleh Allah untuk memberi peringatan dan teguran
kepadanya. Ia seraya bersujud memohon ampun dan maghfirah dari
Tuhan atas segala tindakan dan perbuatan yang tidak diredhai
olehNya. Allah menyatakan menerima taubat Daud, mengampuni
dosanya serta mengangkatnya ke tingkat para nabi dan rasulNya.

Adapun gadis yang dimaksudkan dalam percakapan Daud dengan
kedua malaikat yang menyerupai sebagai manusia itu, ialah
" Sabigh binti Sya'igh" seorang gadis yang berparas elok dan
cantik, sedang calon suaminya adalah, " Uria bin Hannan"
seorang pemuda jejaka yang sudah lama menaruh cinta dan
mengikat janji dengan gadis tersebut bahwa sekembalinya dari
medan perang mereka berdua akan melangsungkan perkahwinan dan
hidup sebagai suami isteri yang bahagia. Pemuda itu telah
secara rasmi meminang Sabigh dari kedua orang tuanya, yang
dengan senang hati telah menerima baik uluran tangan pemuda
itu.

Akan tetapi sewaktu Uria bin Hannan berada di negeri orang
melaksanakan perintah Daud berjihad untuk menegakkan kalimah
Allah, terjadilah sesuatu yang menghancurkan rancangan
syahdunya itu dan menjadilah cita-citanya untuk beristerikan
Sabigh, gadis yang diidam-idamkan itu, seakan-akan impian atau
fatamorangana belaka. Pada suatu hari di mana Uria masih
berada jauh di negeri orang melaksanakan perintah Allah untuk
berjihad, tertangkaplah paras Sabigh yang ayu itu oleh kedua
belah mata Daud dan dari pandangan pertama itu, timbullah rasa
cinta di dalam hati Daud kepada sang gadis itu, yang secara
sah adalah tunangan dari salah seorang anggota tenteranya yang
setia dan cekap. Daud tidak perlu berfikir lama untuk
menyatakan rasa hatinya terhadap gadis yang cantik itu dan
segera mendatangi kedua orang tuanya meminang gadis tersebut.

Gerangan orang tua siapakah yang akan berfikir akan menolak
uluran tangan seorang seperti Daud untuk menjadi anak
menantunya. Bukankah merupakan suatu kemuliaan yang besar
baginya untuk menjadi ayah mertua dari Daud, seorang pesuruh
Allah dan raja Bani Isra'il itu. Dan walaupun Sabigh telah
diminta oleh Uria, namun Uria sudah lama meninggalkan
tunangannya dan tidak dapat dipastikan bahwa ia akan cepat
kembali atau berada dalam keadaan hidup. Tidak bijaksanalah
fikiran kedua orang tua Sabigh untuk menolak uluran tangan
Daud hanya semata-mata karena menantikan kedatangan Uria
kembali dari medan perang. Maka diterimalah permintaan Daud
dan kepadanya diserahkanlah Sabigh untuk menjadi isterinya
yang sah.

Demikianlah kisah perkhawinan Daud dan Sabigh yang menurut
para ahli tafsir menjadi sasaran kritik dan teguran Allah
melalui kedua malaikat yang merupai sebagai dua lelaki yang
datang kepada Nabi Daud memohon penyelesaian tentang sengketa
mereka perihal domba betina mereka.

*** Hari Sabtunya Bani Isra'il.

Di antara ajaran-ajaran Nabi Musa a.s. kepada Bani Isra'il
ialah bahawa mereka mewajibkan untuk mengkhususkan satu hari
pada tiap minggu bagi melakukan ibadah kepada Allah mensucikan
hati dan fikiran mereka dengan berzikir, bertahmid dan
bersyukur atas segala kurnia dan nikmat Tuhan, bersolat dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik serta amal-amal soleh.
Diharamkan bagi mereka pada hari yang ditentukan itu untuk
berdagang dan melaksanakan hal-hal yang bersifat duniawi. Pada
mulanya hari Jumaatlah yang ditunjuk sebagai hari keramat dan
hari ibadah itu, akan tetapi mereka meminta dari Nabi Musa
agar hari ibadah itu dijatuhkan pada setiap hari Sabtu,
mengingatkan bahwa pada hari itu Allah selesai menciptakan
makhlukNya.

Usul perubahan yang mereka ajukan itu diterima oleh Nabi Musa,
maka sejak itu, hari Sabtu pada setiap minggu dijadikan hari
mulia dan suci, di mana mereka tidak melakukan perdagangan dan
mengusahakan urusan-urusan duniawi. Mereka hanya tekun
beribadah dan berbuat amal-amal kebajikan yang diperintahkan
oleh agama. Demikianlah hari berganti hari, bulan berganti
bulan dan tahun berganti tahun, namun adat kebiasaan
mensucikan hari Sabtu tetap dipertahankan turun temurun dan
generasi demi generasi.

Pada masa Nabi Daud berkuasa di suatu desa bernama "Ailat"
satu diantara beberapa desa yang terletak di tepi Laut Merah
bermukim sekelompok kaum dari keturunan Bani Isra'il yang
sumber percariannya adalah dari penangkapan ikan, perdagangan
dan pertukangan yang dilakukannya setiap hari kecuali hari
Sabtu. Sebagai akibat dari perintah mensucikan hari Sabtu
di mana tiada seorang melakukan urusan dagangan atau
penangkapan ikan, maka pasar-pasar dan tempat-tempat
perniagaan di desa itu menjadi sunyi senyap, pada tiap hari
dan malam sabtu, sehingga ikan-ikan di laut tampak terapung-
apung di atas permukaan air, bebas berpesta ria mengelilingi
dua buah batu besar berwarna putih terletak ditepi laut dekat
desa Ailat. Ikan-ikan itu seolah-olah sudah terbiasa bahwa
pada tiap malam dan hari Sabtu terasa aman bermunculan di atas
permukaan air tanpa mendapat gangguan dari para nelayan tetapi
begitu matahari terbenam pada Sabtu senja menghilanglah ikan-
ikan itu kembali ke perut dan dasar laut sesuai dengan naluri
yang dimiliki oleh tiap binatang makhluk Allah.

Para nelayan desa Ailat yang pada hari-hari biasa tidak pernah
melihat ikan begitu banyak terapung-apung di atas permukaan
air, bahkan sukar mendapat menangkap ikan sebanyak yang
diharapkan, menganggap adalah kesempatan yang baik dan
menguntungkan sekali bila mereka melakukan penangkapan ikan
pada tiap malam dan hari Sabtu. Fikiran itu tidak disia-siakan
dan tanpa menghiraukan perintah agama dan adat kebiasaan yang
sudah berlaku sejak Nabi Musa memerintahkannya, pergilah
mereka ramai-ramai ke pantai menangkap ikan di malam dan hari
yang terlarang itu, sehingga berhasillah mereka menangkap ikan
sepuas hati mereka dan sebanyak yang mereka harapkan, berbeda
jauh dengan hasil mereka di hari-hari biasa.

Para penganut yang setia dan para mukmin yang soleh datang
menegur para orang fasiq yang telah berani melanggar kesucian
hari Sabtu. Mereka diberi nasihat dan peringatan agar
menghentikan perbuatan mungkar mereka dan kembali mentaati
perintah agama serta menjauhkan diri dari semua larangannya,
supaya menghindari murka Allah yang dapat mencabut kurnia dan
nikmat yang telah diberikan kepada mereka.

Nasihat dan peringatan para mukmin itu tidak dihiraukan oleh
para nelayan yang membangkang itu, bahkan mereka makin giat
melakukan pelanggaran secara demonstratif karena sayang akan
kehilangan keuntungan material yang besar yang mereka perolehi
dan penangkapan ikan di hari-hari yang suci. Akhirnya pemuka-
pemuka agama terpaksa mengasingkan mereka dari pergaulan dan
melarangnya masuk ke dalam kota dengan menggunakan senjata
kalau perlu.

Berkata para nelayan pembangkang itu memprotes, " Sesungguhnya
kota Ailat adalah kota dan tempat tinggal kami, bersama kami
mempunyai hak yang sama seperti kamu untuk tinggal menetap
di sini dan sesekali kamu tidak berhak melarang kami memasuki
kota kami ini serta melarang kami menggali sumber-sumber
kekayaan yang terdapat di sini bagi kepentingan hidup kami.
Kami tidak akan meninggalkan kota kami ini dan pergi pindah
ke tempat lain. Dan jika engkau enggan bergaul dengan kami
maka sebaiknya kota Ailat ini di bahagi menjadi dua bahagian
dipisah oleh sebuah tembok pemisah, sehingga masing-masing
pihak bebas berbuat dan melaksanakan usahanya tanpa diganggu
oleh mana-mana pihak lain."

Dengan adanya garis pemisah antara para nelayan pembangkang
yang fasiq dan pemeluk-pemeluk agama yang taat bebaslah mereka
melaksanakan usaha penangkapan ikan semahu hatinya secara
besar-besaran pada tiap-tiap hari tanpa berkecuali. Mereka
membina saluran-saluran air bagi mengalirkan air laut ke dekat
rumah-rumah mereka dengan mengadakan bendungan-bendungan yang
mencegahkan kembalinya ikan-ikan le laut bila matahari
terbenam pada setiap petang Sabtu pada waktu mana biasanya
ikan-ikan yang terapung-apung itu meluncur kembali ke dasar
laut.

Para nelayan yang makin menjadi kaya karena keuntungan besar
yang mereka peroleh dari hasil penangkapan ikan yang bebas
menjadi makin berani melakukan maksiat dan pelanggaran
perintah-perintah agama yang menjurus kepada kerusakkan akhlak
dan moral mereka.

Sementara para pemuka agama yang melihat para nelayan itu
makin berani melanggar perintah Allah dan melakukan
kemungkaran dan kemaksiatan di daerah mereka sendiri masih
rajin mendatangi mereka dari masa ke semasa memperingatkan
mereka dan memberi nasihat, kalau-kalau masih dapat ditarik
ke jalan yang benar dan bertaubat dari perbuatan maksiat
mereka. Akan tetapi kekayaan yang mereka peroleh dari hasil
penangkapan yang berganda menjadikan mata mereka buta untuk
melihat cahaya kebenaran, telinga mereka pekak untuk mendengar
nasihat-nasihat para pemuka agama dan lubuk hati mereka
tersumbat oleh nafsu kemaksiatan dan kefasiqan, sehingga
menjadikan sebahagian dari pemuka dan penganjur agama itu
berputus asa dan berkata kepada sebahagian yang masih menaruh
harapan, " Mengapa kamu masih menasihati orang-orang yang akan
dibinasakan oleh Allah dan akan dilimpahi hati orang-orang
yang akan dibinasakan oleh Allah dan akan dilimpahi azab yang
sangat keras."

Demikianlah pula Nabi Daud setelah melihat bahawa segala
nasihat dan peringatan kepada kaumnya hanya dianggap sebagai
angin lalu atau seakan suara di padang pasir belaka dan
melihat tiada harapan lagi bahwa mereka akan sedar dan insaf
kembali, maka berdoalah beliau memohon kepada Allah agar
mengajar mereka dengan seksaan dan azab yang setimpal. Doa
Nabi Daud dikabulkan oleh Allah dan terjadilah suatu gempa
bumi yang dahsyat yang membinasakan orang-orang yang telah
membangkang dan berlaku zalim terhadap diri mereka sendiri
dengan mengabaikan perintah Allah dan perintah para hambaNya
yang soleh. Sementara mereka yang mukmin dan soleh mendapat
perlindungan Allah dan terhindarlah dari malapetaka yang
melanda itu.

*** Beberapa Kurniaan Allah Kepada Nabi Daud.

Allah mengutusnya sebagai nabi dan rasul mengurniainya nikmat,
kesempurnaan ilmu, ketelitian amal perbuatan serta
kebijaksanaan dalam menyelesaikan perselisihan. Kepadanya
diturunkan kitab " Zabur", kitab suci yang menghimpunkan
qasidah-qasidah dan sajak-sajak serta lagu-lagu yang
mengandungi tasbih dan pujian-pujian kepada Allah, kisah umat-
umat yang dahulu dan berita nabi-nabi yang akan datang,
di antaranya berita tentang datangnya Nabi Muhammad s.a.w.

Allah menundukkan gunung-gunung dan memerintahkannya bertasbih
mengikuti tasbih Nabi Daud tiap pagi dan senja. Burung-burung
pun turut bertasbih mengikuti tasbih Nabi Daud berulang-ulang.
Nabi Daud diberi peringatan tentang maksud suara atau bahasa
burung-burung. Allah telah memberinya kekuatan melunakkan
besi, sehingga ia dapat membuat baju-baju dan lingkaran-
lingkaran besi dengan tangannya tanpa pertolongan api.

Nabi Daud telah diberikannya kesempatan menjadi raja memimpin
kerajaan yang kuat yang tidak dapat dikalahkan oleh musuh,
bahkan sebaliknya ia selalu memperolehi kemenangan di atas
semua musuhnya. Nabi Daud dikurniakan suara yang merdu oleh
Allah yang enak didengar sehingga kini ia menjadi kiasan bila
seseorang bersuara merdu dikatakan bahawa ia memperolehi suara
Nabi Daud.

Kisah Nabi Daud dan kisah Sabtunya Bani Isra'il terdapat dalam
Al Quran surah, "Saba'" ayat 10 dan 11, surah "An Nisa'" ayat
163, surah "Al Isra'" ayat 55, surah "Shaad" ayat 17 sehingga
ayat 26 dan surah "Al 'Aaraaf" ayat 163 sehingga ayat 165.

163@ Sungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu (wahai
Muhammad), sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nabi
Nuh, dan Nabi-nabi yang diutus kemudian daripadanya, dan Kami
juga telah memberikan wahyu kepada Nabi Ibrahim, dan Nabi
Ismail, dan Nabi Ishak, dan Nabi Yaakub, serta Nabi-nabi
keturunannya, dan Nabi Isa, dan Nabi Ayub, dan Nabi Yunus, dan
Nabi Harun, dan Nabi Sulaiman, dan juga Kami telah memberikan
kepada Nabi Daud, Kitab Zabur. {Surah An Nisa: 163}

10@ Dan demi sesungguhnya, Kami telah memberikan kepada Nabi
Daud, limpah kurnia dari Kami (sambil Kami berfirman), “ Hai
gunung-ganang, ulang-ulangilah mengucap tasbih bersama-sama
dengan Nabi Daud, dan wahai burung-burung (bertasbihlah
bersama-sama dengannya) !” Dan juga telah melembutkan besi
baginya,

11@ (Serta Kami wahyukan kepadanya), “ Buatlah baju-baju besi
yang luas labuh, dan sempurnakanlah jalinannya sekadar yang
dikehendaki, dan kerjakanlah kamu (wahai Daud dan umatmu)
amal-amal yang soleh, sesungguhnya Aku Maha Melihat akan
segala yang kamu kerjakan.” {Surah Saba: 10 - 11}

55@ Dan Tuhanmu (wahai Muhammad) lebih mengetahui akan
sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi, dan
sesungguhnya Kami telah melebihkan setengah Nabi-nabi atas
setengahnya yang lain, dan Kami telah memberikan Kitab Zabur
kepada Nabi Daud. {Surah Al Isra': 55 }

17@ Bersabarlah (wahai Muhammad) terhadap apa sahaja yang
mereka katakan, dan ingatlah akan hamba Kami Nabi Daud, yang
mempunyai kekuatan (dalam pegangan ugamanya), sesungguhnya ia
adalah sentiasa rujuk kembali (kepada Kami dengan bersabar
mematuhi perintah Kami).

18@ Sesungguhnya Kami telah mudahkan gunung-ganang turut
bertasbih memuji Kami bersama-sama dengannya, pada waktu
petang dan ketika terbit matahari.

19@ Dan (Kami mudahkan juga) unggas turut berhimpun (untuk
bertasbih memuji Kami bersama-sama dengannya), tiap-tiap
satunya mengulangi tasbih masing-masing menurutnya.

20@ Dan Kami kuatkan kerajaannya, serta Kami kurniakan
kepadanya hikmah kebijaksanaan dan kepetahan berkata-kata
(dalam menjalankan hukum dan menjatuhkan hukuman).

21@ Dan sudahkah sampai kepadamu (wahai Muhammad) berita
(perbicaraan dua) orang yang berselisihan ? Ketika mereka
memanjat tembok tempat ibadat,

22@ Iaitu ketika mereka masuk kepada Nabi Daud, lalu ia
terkejut melihat mereka, mereka berkata kepadanya, ” Janganlah
takut, (kami ini) adalah dua orang yang berselisihan, salah
seorang dari kami telah berlaku zalim kepada yang lain, oleh
itu hukumkanlah di antara kami dengan adil, dan janganlah
melampaui (batas keadilan), serta pimpinlah kami ke jalan yang
lurus.

23@ ” Sebenarnya orang ini ialah (seorang sahabat sebagai)
saudaraku, ia mempunyai sembilan puluh sembilan ekor kambing
betina dan aku mempunyai seekor sahaja, dalam pada itu ia
(mendesakku dengan) berkata, " Serahkanlah yang seekor itu
kepadaku." dan dia telah mengalahkan daku dalam merundingkan
perkara itu.”

24@ Nabi Daud berkata, ” Sesungguhnya ia telah berlaku zalim
kepadamu dengan meminta kambingmu itu (sebagai tambahan)
kepada kambing-kambingnya, dan sesungguhnya kebanyakan dari
orang-orang yang bergaul dan berhubungan (dalam berbagai-bagai
lapangan hidup), setengahnya berlaku zalim kepada setengahnya
yang lain, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal soleh,
sedang mereka amatlah sedikit !” Dan Nabi Daud (setelah
berfikir sejurus), mengetahui sebenarnya Kami telah mengujinya
(dengan peristiwa itu), lalu ia memohon ampun kepada Tuhannya
sambil merebahkan dirinya sujud, serta ia rujuk kembali
(bertaubat).

25@ Maka Kami ampunkan kesalahannya itu, dan sesungguhnya ia
mempunyai kedudukan yang dekat di sisi Kami serta tempat
kembali yang sebaik-baiknya (pada hari akhirat kelak).

26@ Wahai Daud, sesungguhnya Kami telah menjadikanmu khalifah
di bumi, maka jalankanlah hukum di antara manusia dengan
(hukum syariat) yang benar (yang diwahyukan kepadamu), dan
janganlah engkau menurut hawa nafsu, kerana yang demikian itu
akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang
yang sesat dari jalan Allah, akan beroleh azab yang berat pada
hari hitungan amal, disebabkan mereka melupakan (jalan Allah)
itu. {Surah Shad: 17 - 26}

163@ Dan bertanyalah kepada mereka (wahai Muhammad) mengenai
(penduduk) bandar yang letaknya di tepi laut, semasa mereka
melanggar larangan pada hari Sabtu, ketika datang kepada
mereka pada hari Sabtu itu ikan-ikan (yang menjadi cubaan
kepada) mereka, yang kelihatan timbul di muka air, sedang pada
hari-hari lain, ikan-ikan itu tidak pula datang kepada mereka.
Demikianlah kami menguji mereka (dengan cubaan itu) kerana
mereka sentiasa berlaku fasik.

164@ Dan (ingatlah) ketika segolongan di antara mereka
berkata, “ Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan
membinasakan mereka atau mengazabkan mereka dengan azab yang
amat berat ?” Orang-orang (yang memberi nasihat) itu menjawab,
“ (Nasihat itu ialah) untuk melepaskan diri dari bersalah
kepada Tuhan kamu, dan supaya mereka bertaqwa.”

165@ Maka ketika mereka melupakan (tidak menghiraukan) apa
yang telah diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-
orang yang melarang daripada perbuatan jahat itu, dan Kami
timpakan orang-orang yang zalim dengan azab seksa yang amat
berat, disebabkan mereka berlaku fasik (derhaka).
{Surah Al A'raaf: 163 - 165}

*** Beberapa Ibrah Dari Kisah Nabi Daud A.S.

Allah telah memberikan contoh bahwa seseorang yang bagaimana
pun besar dan perkasanya yang hanya menyandarkan diri kepada
kekuatan jasmaninya dapat dikalahkan oleh orang yang lebih
lemah dengan hanya sesuatu benda yang tidak bererti
sebagaimana Daud yang muda usia dan lemah fizikal mengalahkan
Jalout yang perkasa itu dengan bersenjatakan batu sahaja.

Seorang yang lemah dan miskin tidak patut berputus asa mencari
hasil dan memperoleh kejayaan dalam usaha dan perjuangannya
selama ia bersandarkan kepada takwa dan iman kepada Allah yang
akan melindunginya.

Kemenangan Daud atas Jalout tidak menjadikan dia berlaku
sombong dan takabbur, bahkan sebaliknya ia bersikap rendah
shati dan lemah-lembut terhadap kawan mahupun lawan.

No comments:

Post a Comment