Saturday 30 January 2016

Riwayat Nabi Musa Dan Nabi Harun (014&015)...^^..


Riwayat Nabi Musa Dan Nabi Harun (014&015)...^^..

Nabi Musa A.S. adalah seorang bayi yang dilahirkan dikalangan
Bani Isra'il yang pada ketika itu dikuasai oleh Raja Fir'aun
yang bersikap kejam dan zalim. Nabi Musa bin Imron bin Qahat
bin Lawi bin Ya'qub adalah beribukan Yukabad. Setelah
meningkat dewasa Nabi Musa telah beristerikan dengan puteri
Nabi Syu'aib iaitu Shafura. Dalam perjalanan hidup Nabi Musa
untuk menegakkan Islam dalam penyebaran risalah yang telah
diutuskan oleh Allah kepadanya ia telah diketemukan beberapa
orang nabi diantaranya ialah bapa mertuanya Nabi Syu'aib, Nabi
Harun dan Nabi Khidhir. Dalam bak ini juga ada diceritakan
tentang perlibatan beberapa orang nabi yang lain di antaranya
Nabi Somu'il serta Nabi Daud.

Catatan, para ahli tafsir berselisih pendapat tentang Syu'aib,
mentua Nabi Musa. Sebahagia besar berpendapat bahwa ia adalah
Nabi Syu'aib A.S. yang diutuskan sebagai rasul kepada kaum
Madyan, sedang yang lain berpendapat bahwa ia adalah orang
lain iaitu yang dianggap adalah satu kebetulan namanya Syu'aib
juga. Wallahu A'lam bisshawab


*** Beberapa Kisah Kehidupan Nabi Musa.

Raja Fir'aun yang memerintah Mesir sekitar kelahirannya Nabi
Musa, adalah seorang raja yang zalim, kejam dan tidak
berperikemanusiaan. Ia memerintah negaranya dengan kekerasan,
penindasan dan melakukan sesuatu dengan sewenang-wenangnya.
Rakyatnya hidup dalam ketakutan dan rasa tidak aman tentang
jiwa dan harta benda mereka, terutama Bani Isra'il yang
menjadi hamba kekejaman, kezaliman dan bertindak sewenang-
wenangnya dari raja dan orang-orangnya. Mereka merasa tidak
tenteram dan selalu dalam keadaan gelisah, walaupun berada
dalam rumah mereka sendiri. Mereka tidak berani mengangkat
kepala bila berhadapan dengan seorang hamba raja dan berdebar
hati mereka karena ketakutan bila kedengaran suara pegawai-
pegawai kerajaan lalu di sekitar rumah mereka, apalagi bunyi
kasut mereka sudah terdengar di depan pintu.

Raja Fir'aun yang sedang mabuk kuasa yang tidak terbatas itu,
bergelimpangan dalam kenikmatan dan kesenangan duniawi yang
tiada taranya, bahkan mengumumkan dirinya sebagai tuhan yang
harus disembah oleh rakyatnya. Pada suatu hari beliau telah
terkejut oleh ramalan oleh seorang ahli nujum kerajaan yang
dengan tiba-tiba datang menghadap raja dan memberitahu bahwa
menurut firasatnya falaknya, seorang bayi lelaki akan
dilahirkan dari kalangan Bani Isra'il yang kelak akan menjadi
musuh kerajaan dan bahkan akan membinasakannya.

Raja Fir'aun segera mengeluarkan perintah agar semua bayi
lelaki yang dilahirkan di dalam lingkungan kerajaan Mesir
dibunuh dan agar diadakan pengusutan yang teliti sehingga
tiada seorang pun dari bayi lelaki, tanpa terkecuali,
terhindar dari tindakan itu. Maka dilaksanakanlah perintah
raja oleh para pengawal dan tenteranya. Setiap rumah dimasuki
dan diselidiki dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian
mereka pada saat melahirkan bayinya.

Raja Fir'aun menjadi tenang kembali dan merasa aman tentang
kekebalan kerajaannya setelah mendengar para anggota
kerajaannya, bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih
dan tidak seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup. Ia
tidak mengetahui bahwa kehendak Allah tidak dapat dibendung
dan bahwa takdirnya bila sudah difirman "Kun" pasti akan wujud
dan menjadi kenyataan "Fayakun". Tidak sesuatu kekuasaan
bagaimana pun besarnya dan kekuatan bagaimana hebatnya dapat
menghalangi atau mengagalkannya.

Raja Fir'aun sesekali tidak terlintas dalam fikirannya yang
kejam dan zalim itu bahwa kerajaannya yang megah, menurut apa
yang telah tersirat dalam Lauhul Mahfudz, akan ditumbangkan
oleh seorang bayi yang justeru diasuh dan dibesarkan di dalam
istananya sendiri akan diwarisi kelak oleh umat Bani Isra'il
yang dimusuhi, dihina, ditindas dan disekat kebebasannya. Bayi
asuhnya itu ialah laksana bunga mawar yang tumbuh di antara
duri-duri yang tajam atau laksana fajar yang timbul
menyingsing dari tengah kegelapan yang mencekam.

Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Ya'qub sedang
duduk seorang diri di salah satu sudut rumahnya menanti
datangnya seorang bidan yang akan memberi pertolongan
kepadanya melahirkan bayi dari dalam kandungannya itu.
Bidan datang dan lahirlah bayi yang telah dikandungnya selama
sembilan bulan dalam keadaan selamat, segar dan sihat afiat.
Dengan lahirnya bayi itu, maka hilanglah rasa sakit yang luar
biasa dirasai oleh setiap perempuan yang melahirkan namun
setelah diketahui oleh Yukabad bahwa bayinya adalah lelaki
maka ia merasa takut kembali. Ia merasa sedih dan khuatir
bahwa bayinya yang sangat disayangi itu akan dibunuh oleh
orang-orang Fir'aun. Ia mengharapkan agar bidan itu
merahsiakan kelahiran bayi itu dari sesiapa pun. Bidan yang
merasa simpati terhadap bayi yang lucu dan bagus itu serta
merasa betapa sedih hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi
yang baru dilahirkan memberi kesanggupan dan berjanji akan
merahsiakan kelahiran bayi itu.

Setelah bayi mencapai tiga bulan, Yukabad tidak merasa tenang
dan selalu berada dalam keadaan cemas dan khuatir terhadap
keselamatan bayinya. Allah memberi ilham kepadanya agar
menyembunyikan bayinya di dalam sebuah peti yang tertutup
rapat, kemudian membiarkan peti yang berisi bayinya itu
terapung di atas sungai Nil. Yukabad tidak boleh bersedih dan
cemas ke atas keselamatan bayinya karena Allah menjamin akan
mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya
sebagai salah seorang rasul.

Dengan bertawakkal kepada Allah dan kepercayaan penuh terhadap
jaminan Illahi, maka dilepaskannya peti bayi oleh Yukabad,
setelah ditutup rapat dan dicat dengan warna hitam, terapung
dipermukaan air sungai Nil. Kakak Musa diperintahkan oleh
ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti rahsia itu agar
diketahui di mana ia berlabuh dan ditangan siapa akan jatuh
peti yang mengandungi erti yang sangat besar bagi perjalanan
sejarah umat manusia.

Alangkah cemasnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh
bahwa peti yang diawasi itu, dijumpai oleh puteri raja yang
kebetulan berada di tepi sungai Nil bersantai bersama beberapa
dayangnya dan dibawanya masuk ke dalam istana dan diserahkan
kepada ibunya, isteri Fir'aun. Yukabad yang segera diberitahu
oleh anak perempuannya tentang nasib peti itu, menjadi
kosonglah hatinya karena sedih dan cepat serta hampir saja
membuka rahsia peti itu, andai kata Allah tidak meneguhkan
hatinya dan menguatkan hanya kepada jaminan Allah yang telah
diberikan kepadanya.

Raja Fir'aun ketika diberitahu oleh Asiah, isterinya, tentang
bayi laki-laki yang ditemui di dalam peti yang terapung
di atas permukaan sungai Nil, segera memerintahkan membunuh
bayi itu seraya berkata kepada isterinya, " Aku khuatir bahwa
inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan
penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami
yang besar ini." Akan tetapi isteri Fir'aun yang sudah
terlanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi yang lucu
dan manis itu, berkata kepada suaminya, " Janganlah bayi yang
tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik
kami ambil dia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna
dan bermanfaat bagi kami. Hatiku sangat tertarik kepadanya dan
ia akan menjadi kesayanganku dan kesayanganmu".

Demikianlah jika Allah Yang Maha Kuasa menghendaki sesuatu
maka dilincinkanlah jalan bagi terlaksananya takdir itu. Dan
selamatlah nyawa putera Yukabad yang telah ditakdirkan oleh
Allah untuk menjadi rasulNya, menyampaikan amanat wahyuNya
kepada hamba-hambaNya yang sudah sesat.

Nama Musa yang telah diberikan kepada bayi itu oleh keluarga
Fir'aun, bererti air dan pohon {Mu=air, Sa=pohon} sesuai
dengan tempat ditemukannya peti bayi itu. Didatangkanlah
kemudian ke istana beberapa inang untuk menjadi ibu susuan
Musa. Akan tetapi setiap inang yang mencuba dan memberi air
susunya ditolak oleh bayi yang enggan menyedut dari setiap
tetek yang diletakkan ke bibirnya. Dalam keadaan isteri
Fir'aun lagi bingung memikirkan bayi pungutnya yang enggan
menetek dari sekian banyak inang yang didatangkan ke istana,
datanglah kakak Musa menawarkan seorang inang lain yang
mungkin diterima oleh bayi itu.

Atas pertanyaan keluarga Fir'aun, kalau-kalau ia mengenal
keluarga bayi itu, berkatalah kakak Musa, " Aku tidak mengenal
siapakah keluarga dan ibu bayi ini. Hanya aku ingin
menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh
anak, kalau-kalau bayi itu dapat menerima air susu ibu
keluarga itu."

Anjuran kakak Musa diterima oleh isteri Fir'aun dan seketika
itu jugalah dijemput ibu kandung Musa sebagai inang bayaran.
Maka begitu bibir sang bayi menyentuh tetek ibunya, disedutlah
air susu ibu kandungnya itu dengan sangat lahapnya. Kemudian
diserahkan Musa kepada Yukabad ibunya, untuk diasuh selama
masa menetek dengan imbalan upah yang besar. Maka dengan
demikian terlaksanalah janji Allah kepada Yukabad bahwa ia
akan menerima kembali puteranya itu.

Setelah selesai masa meneteknya, dikembalikan Musa oleh ibunya
ke istana, di mana ia di asuh, dibesar dan dididik sebagaimana
anak-anak raja yang lain. Ia mengenderai kenderaan Fir'aun dan
berpakaian sesuai dengan cara-cara Fir'aun berpakaian sehingga
ia dikenal orang sebagai Musa bin Fir'aun.

Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam Al Quran dari ayat
4 hingga ayat 13 dalam surah " Al Qashash" sebagai berikut,

" 4@ Sesungguhnya Fir'aun telah berbuat sewenang-wenang
di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah dengan
menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak lelaki
mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka.
Sesungguhnya Fir'aun termasuk orang-orang yang berbuat
kerusakan.

5@ Dan Kami hendak memberi kurnia kepada orang-orang yang
tertindas di bumi {Mesir} itu dan hendak menjadi mereka
pemimpin dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi
{bumi}.

6@ Dan Kami akan teguhkan kedudukan mereka di muka bumi dan
akan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman berserta
tenteranya apa yang selalu mereka khuatirkan dari mereka itu.

7@ Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa, " susukanlah dia, dan
apabila kamu khuatir terhadapnya, maka jatuhkan dia ke dalam
sungai {Nil}. Dan janganlah kamu khuatir dan janganlah pula
bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya {salah seorang} dari para rasul.

8@ Maka pungutlah ia oleh keluarga Fir'aun yang akibatnya ia
menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Fir'aun
dan Haman berserta tenteranya adalah orang-orang yang
bersalah.

9@ Dan berkatalah isteri Fir'aun, " Ia {Musa} biji mata bagiku
dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia
bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak,"
sedang mereka tiada menyedari.

10@ Dan menjadi kekosongan hati ibu Musa, seandainya Kami
tidak teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang
percaya {kepada janji Allah}.

11@ Dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang
perempuan, " Ikutilah dia." Maka kelihatan olehnya Musa dari
jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya.

12@ Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempuan-
perempuan yang mahu menyusukannya sebelum itu, maka berkatalah
saudara Musa, " Mahukah kamu aku tunjukkan kepada kamu ahlul
bait yang akan memeliharakannya untukmu dan mereka dapat
berlaku baik kepadanya ?"

13@ Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang
hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa
janji Allah itu adalah benar, tetapi manusia kebanyakan tidak
mengetahuinya." {Surah Al Qashash: 4 ~ 13}


*** Musa Keluar Dari Mesir.

Sejak ia dikembali ke istana oleh ibunya setelah disusui, Musa
hidup sebagai salah seorang daripada keluarga kerajaan hingga
mencapai usia dewasanya, dimana ia memperolehi asuhan dan
pendidikan sesuai dengan tradisi istana. Allah mengurniakannya
hikmah dan pengetahuan sebagai persiapan tugas kenabian dan
risalah yang diwahyukan kepadanya. Di samping kesempurnaan dan
kekuatan rohani, ia dikurniai oleh Allah kesempurnaan tubuh
dan kekuatan jasmani.

Musa mengetahui dan sedar bahwa ia hanya seorang anak pungut
di istana dan tidak setitik darah Fir'aun pun mengalir
di dalam tubuhnya dan bahwa ia adalah keturunan Bani Isra'il
yang ditindas dan diperlakukan sewenang-wenangnya oleh kaum
Fir'aun. Karenanya ia berjanji kepada dirinya akan menjadi
pembela kepada kaumnya yang tertindas dan menjadi pelindung
bagi golongan yang lemah yang menjadi sasaran kezaliman dan
keganasan para penguasa. Demikianlah maka terdorong oleh rasa
setia kawannya kepada orang-orang yang madhlum dan teraniaya,
terjadilah suatu peristiwa yang menyebabkan ia terpaksa
meninggalkan istana dan keluar dari Mesir.

Peristiwa itu terjadi ketika Musa sedang berjalan-jalan
di sebuah lorong di waktu tengahari di mana keadaan kota sunyi
sepi ketika penduduknya sedang tidur siang, Ia melihat kedua
berkelahi, seorang dari golongan Bani Isra'il bernama Samiri
dan seorang lagi dari kaum Fir'aun bernama Fa'tun. Musa yang
mendengar teriakan Samiri mengharapkan akan pertolongannya
terhadap musuhnya yang lebih kuat dan lebih besar itu, segera
melontarkan pukulan dan tumbukannya kepada Fatun yang seketika
itu jatuh rebah dan menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Musa terkejut melihat Fatun, orang Fir'aun itu mati karena
tumbukannya yang tidak disengajakan dan tidak berharap
membunuhnya. Ia merasa berdosa dan beristighfar kepada Allah
memohon ampun diatas perbuatannya yang tidak sengaja, telah
melayang nyawa salah seorang daripada hamba-hambaNya.

Peristiwa matinya Fatun menjadi perbualan ramai dan menarik
para penguasa kerajaan yang menduga bahwa pasti orang-orang
Isra'illah yang melakukan perbunuhan itu. Mereka menuntut agar
pelakunya diberi hukuman yang berat, bila ia tertangkap.

Anggota dan pasukan keamanan negara di hantarkan ke seluruh
pelusuk kota mencari jejak orang yang telah membunuh Fatun,
yang sebenarnya hanya diketahui oleh Samiri dan Musa sahaja.
Akan tetapi, walaupun tiada orang ketiga yang menyaksikan
peristiwa itu, Musa merasa cemas dan takut dan berada dalam
keadaan bersedia menghadapi akibat perbuatannya itu bila
sampai tercium oleh pihak penguasa.

Alangkah malangnya nasib Musa yang sudah cukup berhati-hati
menghindari kemungkinan terbongkarnya rahsia pembunuhan yang
ia lakukan tatkala ia terjebat lagi tanpa disengajakan dalam
suatu perbuatan yang menyebabkan namanya disebut-sebut sebagai
pembunuh yang dicari. Musa bertemu lagi dengan Samiri yang
telah ditolongnya melawan Fatun, juga dalam keadaan berkelahi
untuk kali keduanya dengan salah seorang dari kaum Fir'aun.
Melihat Musa berteriaklah Samiri meminta pertolongannya. Musa
menghampiri mereka yang sedang berkelahi seraya berkata
menegur Samiri, " Sesungguhnya engkau adalah seorang yang
telah sesat."

Samiri menyangkal bahwa Musa akan membunuhnya ketika ia
mendekatinya, lalu berteriaklah Samiri berkata, " Apakah
engkau hendak membunuhku sebagaimana engkau telah membunuh
seorang kelmarin ? Rupanya engkau hendak menjadi seorang yang
sewenang-wenang di negeri ini dan bukan orang yang mengadilkan
kedamaian."

Kata-kata Samiri itu segera tertangkap orang-orang Fir'aun,
yang dengan cepat memberitahukannya kepada para penguasa yang
memang sedang mencari jejaknya. Maka berundinglah para
pembesar dan penguasa Mesir, yang akhirnya memutuskan untuk
menangkap Musa dan membunuhnya sebagai balasan terhadap
matinya seorang dari kalangan kaum Fir'aun.

Selagi orang-orang Fir'aun mengatur rancangan penangkapan
Musa, seorang lelaki salah satu daripada sahabatnya datang
dari hujung kota memberitahukan kepadanya dan menasihatkan
agar segera meninggalkan Mesir, karena para penguasa Mesir
telah memutuskan untuk membunuhnya apabila ia ditangkap. lalu
keluarlah Musa terburu-buru meninggalkan Mesir, sebelum
anggota polis sempat menutup serta menyekat pintu-pintu
gerbangnya.

Tentang isi cerita ini, ada terdapat dalam Al Quran yang boleh
di baca di dalam surah, " Al Qashshas." ayat 14 sehingga ayat
21 sebagaimana berikut,

" 14@ Dan setelah Musa cukup umur dan sempurna akalnya, Kami
berikannya hikmah dan pengetahuan. Dan demikianlah Kami
memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

15@ Dan Musa masuk ke kota {Memphis} ketika penduduknya sedang
tidur, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang lelaki
sedang bergaduh, yang seorangnya dari golongannya {Bani
Isra'il} dan seorang lagi dari musuhnya {Kaum Fir'aun}. Maka
orang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya untuk
mengalahkan orang dari musuhnya, lalu Musa menumbuknya dan
matilah musuhnya itu. Musa berkata, " Ini adalah perbuatan
syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang
menyesatkan lagi nyata {permusuhannya}.

16@ Musa berdoa, " Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku." Maka
Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang.

17@ Musa berkata, " Ya Tuhanku ! Demi nikmat Engkau
anugerahkan kepadaku, aku sesekali tiada akan menjadi penolong
bagi orang-orang yang berdosa."

18@ Karena itu jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu
dengan khuatir {akibat perbuatannya}, maka tiba-tiba orang
yang meminta pertolongannya kelmarin berteriak meminta
pertolongan kepadanya. Musa berkata kepadanya, " Sesungguhnya
kamu benar-benar orang yang sesat, yang nyata {kesesatannya}.

19@ Maka tatkala Musa hendak memegang dengan kuat orang yang
menjadi musuh keduanya, berkata {seorang daripada mereka},
" Hai Musa, apakah engkau bermaksud hendak membunuhku,
sebagaimana kamu kelmarin telah membunuh seorang manusia ?
Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang
berbuat sewenang-wenang di negeri {ini}, dan tiadalah kamu
bermaksud menjadi salah seorang dari orang yang mengadakan
perdamaian."

20@ Dan datanglah seorang laki-laki dari hujung kota bergegas-
gegas, seraya berkata, " Hai Musa, sesungguhnya pembesar
negeri sedang berunding tentangmu, untuk membunuhmu oleh itu
keluarlah {dari kota ini}. Sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang memberi nasihat kepadamu.

21@ Maka keluarlah Musa dari kota ini dengan rasa takut
menunggu-nunggu dengan khuatir. Dia berdoa, " Ya Tuhanku,
selamatkanlah aku dari orang-orang yang zalim itu."
{Surah Al Qashash: 14 ~ 21}


*** Musa Bertemu Jodoh di Kota Madyan.

Dengan berdoa kepada Allah, " Ya Tuhanku, selamatkanlah aku
dari segala tipu daya orang-orang yang zalim." Keluarlah Nabi
Musa dari kota Mesir seorang diri, tiada pembantu selain
inayahnya Allah, tiada kawan selain cahaya Allah dan tiada
bekal kecuali bekal iman dan takwa kepada Allah. Penghibur
satu-satunya bagi hatinya yang sedih karena meninggalkan
tanah airnya ialah bahwa ia telah diselamatkan oleh Allah dari
buruan kaum Fir'aun yang ganas dan kejam itu.

Setelah menjalani perjalanan selama lapan hari lapan malam
dengan berkaki ayam {tidak berkasut} sampai terkupas kedua
kulit tapak kakinya, tibalah Musa di kota Madyan iaitu kota
Nabi Syu'aib yang terletak di timur jazirah Sinai dan teluk
Aqabah di selatan Palestin. Nabi Musa beristirehat di bawah
sebuah pokok yang rendang bagi menghilangkan rasa letihnya
karena perjalanan yang jauh, berdiam seorang diri karena
nasibnya sebagai salah seorang bekas anggota istana kerajaan
yang menjadi seorang pelarian dan buruan. Ia tidak tahu
ke mana, ia harus pergi dan kepada siapa ia harus bertamu,
di tempat di mana ia tidak mengenal dan dikenal orang, tiada
sahabat dan saudara.

Dalam keadaan demikian terlihatlah olehnya sekumpulan
pengembala berdesak-desak mengelilingi sebuah sumber air bagi
memberi minum ternakannya masing-masing, sedang tidak jauh
dari tempat sumber air itu berdiri dua orang gadis yang
menantikan giliran untuk memberi minuman kepada ternakannya,
jika para penggembala lelaki itu sudah selesai dengan
tugasnya.

Musa merasa kasihan melihat kepada dua orang gadis itu yang
sedang menanti lalu dihampirinya dan ditanya, " Gerangan
apakah yang kamu tunggu di sini ?" Kedua gadis itu menjawab,
" Kami hendak mengambil air dan memberi minum ternakan kami
namun kami tidak dapat berdesak dengan lelaki yang masih
berada di situ. Kami menunggu sehingga mereka selesai memberi
minum ternakan mereka. Kami harus lakukan sendiri pekerjaan
ini karena ayah kami sudah lanjut usianya dan tidak dapat
berdiri, jangan lagi datang ke mari".

Lalu tanpa mengucapkan sepatah kata duapun, diambilkannya
timba kedua gadis itu oleh Musa dan sejurus kemudian
dikembalikannya kepada mereka setelah terisi air penuh sedang
sekeliling sumber air itu masih padat di keliling para
pengembala.

Setibanya kedua gadis itu di rumah berceritalah keduanya
kepada ayah mereka tentang pengalamannya dengan Nabi Musa yang
karena pertolongannya yang tidak diminta itu, mereka dapat
lebih cepat kembali ke rumah daripada biasa. Ayah kedua gadis
yang bernama Syu'aib itu tertarik dengan cerita kedua
puterinya. Ia ingin berkenalan dengan orang yang baik hati itu
yang telah memberi pertolongan tanpa diminta kepada kedua
puterinya dan sekaligus menyatakan terima kasih kepadanya. Ia
menyuruh salah seorang dari puterinya itu pergi memanggilkan
Musa dan mengundangnya datang ke rumah.

Dengan malu-malu pergilah puteri Syu'aib menemui Musa yang
masih berada di bawah pohon yang masih melamun. Dalam keadaan
letih dan lapar Musa berdoa, " Ya Tuhanku, aku sangat
memerlukan belas kasihmu dan memerlukan kebaikan sedikit
barang makanan yang Engkau turunkan kepadaku."

Berkatalah gadis itu kepada Musa memotong lamunannya, " Ayahku
mengharapkan kedatanganmu ke rumah untuk berkenalan dengan
engkau serta memberi engkau sekadar upah atas jasamu menolong
kami mendapatkan air bagi kami dan ternakan kami."

Musa sebagai perantau yang masih asing di negeri itu, tiada
mengenal dan dikenali orang tanpa berfikir panjang menerima
undangan gadis itu dengan senang hati. Ia lalu mengikuti gadis
itu dari belakang menuju ke rumah ayahnya yang bersedia
menerimanya dengan penuh ramah-tamah, hormat dan mengucapkan
terima kasihnya.

Dalam berbincang-bincang dan bercakap-cakap dengan Syu'aib,
ayah kedua gadis yang sudah lanjut usianya itu Musa
mengisahkan kepadanya peristiwa yang terjadi pada dirinya
di Mesri sehingga terpaksa ia melarikan diri dan keluar
meninggalkan tanah airnya bagi mengelakkan hukuman
penyembelihan yang telah direncanakan oleh kaum Fir'aun
terhadap dirinya.

Berkata Syu'aib setelah mendengar kisah tamunya, " Engkau
telah lepas dari pengejaran dari orang-orang yang zalim dan
ganas itu adalah berkat rahmat Tuhan dan pertolonganNya. Dan
engkau sudah berada di sebuah tempat yang aman di rumah kami
ini, di mana engkau akan tinggallah dengan tenang dan tenteram
selama engkau suka."

Dalam pergaulan sehari-hari selama ia tinggal di rumah Syu'aib
sebagai tamu yang dihormati dan disegani Musa telah dapat
menawan hati keluarga tuan rumah yang merasa kagum akan
keberaniannya, kecerdasannya, kekuatan jasmaninya, perilakunya
yang lemah lembut, budi perkertinya yang halus serta akhlaknya
yang luhur. Hal mana telah menimbulkan idea di dalam hati
salah seorang dari kedua puteri Syu'aib untuk mempekerjakan
Musa sebagai pembantu mereka. Berkatalah gadis itu kepada
ayahnya, " wahai ayah ! Ajaklah Musa sebagai pembantu kami
menguruskan urusan rumahtangga dan penternakan kami. Ia adalah
seorang yang kuat badannya, luhur budi perkertinya, baik
hatinya dan boleh dipercayai."

Saranan gadis itu disepakati dan diterima baik oleh ayahnya
yang memang sudah menjadi pemikirannya sejak Musa tinggal
bersamanya di rumah, menunjukkan sikap bergaul yang manis
perilaku yang hormat dan sopan serta tangan yang ringan suka
bekerja, suka menolong tanpa diminta.

Diajaklah Musa berunding oleh Syu'aib dan berkatalah
kepadanya, " Wahai Musa ! Tertarik oleh sikapmu yang manis dan
cara pergaulanmu yang sopan serta akhlak dan budi perkertimu
yang luhur, selama engkau berada di rumah ini kami dan
mengingat akan usiaku yang makin hari makin lanjut, maka aku
ingin sekali mengambilmu sebagai menantu, mengahwinkan engkau
dengan salah seorang dari kedua gadisku ini. Jika engkau
dengan senang hati menerima tawaranku ini, maka sebagai
maskahwinnya, aku minta engkau bekerja sebagai pembantu kami
selama lapan tahun menguruskan penternakan kami dan soal-soal
rumahtangga yang memerlukan tenagamu. Dan aku sangat berterima
kasih kepada mu bila engkau secara suka rela mahu menambah dua
tahun di atas lapan tahun yang menjadi syarat mutlak itu."

Nabi Musa sebagai buruan yang lari dari tanah tumpah darahnya
dan berada di negeri orang sebagai perantau, tiada sanak
saudara, tiada sahabat, telah menerima tawaran Syu'aib itu
sebagai kurniaan dari Tuhan yang akan mengisi kekosongan
hidupnya selaku seorang bujang yang memerlukan teman hidup
untuk menyekutunya menanggung beban penghidupan dengan segala
suka dan dukanya. Ia segera tanpa berfikir panjang berkata
kepada Syu'aib, " Aku merasa sangat bahagia, bahwa pakcik
berkenan menerimaku sebagai menantu, semoga aku tidak
menghampakan harapan pakcik yang telah berjasa kepada diriku
sebagai tamu yang diterima dengan penuh hormat dan ramah
tamah, kemudian dijadikannya sebagai menantu, suami kepada
anak puterinya. Syarat kerja yang pakcik kemukakan sebagai
maskahwin, aku setujui dengan penuh tanggungjawab dan dengan
senang hati."

Setelah masa lapan tahun bekerja sebagai pembantu Syu'aib
ditambah dengan suka rela dilampaui oleh Musa, dikahwinkanlah
ia dengan puterinya yang bernama Shafura. Dan sebagai hadiah
perkahwinan diberinyalah pasangan pengantin baru itu oleh
Syu'aib beberapa ekor kambing untuk dijadikan modal pertama
bagi hidupnya yang baru sebagai suami-isteri. Pemberian
beberapa ekor kambing itu juga merupakan tanda terima kasih
Syu'aib kepada Musa yang selama ini di bawah pengurusannya,
penternakan Syu'aib menjadi berkembang biak dengan cepatnya
dan memberi hasil serta keuntungan yang berlipat ganda.

Bacalah tentang isi cerita yang terurai ini di dalam ayat 22
sehingga ayat 28, surah " Al Qashash." juz 20 yang berbunyi
sebagai berikut,

" 22@ Dan tatkala ia menghadap ke negeri Madyan, ia berdoa
{lagi}, " Mudah-mudahan Tuhanku menimpaiku ke jalan yang
benar."

23@ Dan tatkala ia sampai di sumber air di negeri Madyan, ia
menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang memberi minum
{ternakannya} dan ia menjumpai di belakang orang ramai itu,
dua orang wanita yang sedang menghambat ternakannya. Musa
berkata, " Apakah maksudmu {dengan berbuat begitu} ?" Kedua
wanita itu menjawab, " Kami tidak dapat meminumkan {ternakan
kami} sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan
{ternakkannya} sedang bapa kami orang tua yang telah lanjut
umurnya."

24@ Maka Musa memberi minum ternakan itu {untuk menolong}
keduanya, kemudian kembali ke tempat yang teduh, lalu berdoa,
" Ya Tuhanku ! Sesungguhnya aku memerlukan sesuatu kebaikan
yang Engkau turunkan kepadaku."

25@ Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang daripada
kedua wanita itu dengan malu-malu ia berkata, " Sesungguhnya
bapaku memanggilmu agar ia memberi pembalasan {kebaikanmu}
memberi minum {ternakan} kami." Maka tatkala Musa mendatangi
bapanya {Syu'aib} dan menceritakan kepadanya cerita {mengenai
dirinya}. Syu'aib berkata, " Janganlah kamu takut, kamu telah
selamat dari orang-orang yang zalim itu."

26@ Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, " Ya bapaku,
ambil ia sebagai orang yang bekerja {dengan kita}. Karena
sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk
bekerja {dengan kita} ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercayai."

27@ Berkatalah dia {Syu'aib}, " Sesungguhnya aku bermaksud
menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini,
atas dasar bahwa kamu bekerja denganku lapan tahun dan jika
kamu cukupkan sepuluh tahun itu adalah dari kemahuanmu, maka
aku tidak mahu memberati kamu. Dan kamu, in sya Allah kelak
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik."

28@ Dia berkata, " Itulah {perjanjian} antara aku dan kamu,
mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku
sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku
{lagi}. Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan."
{Surah Al Qashash: 22 ~ 28}


*** Musa A.S. Pulang ke Mesir Dan Menerima Wahyu.

Sepuluh tahun lebih, Musa meninggalkan Mesir tanah airnya,
sejak ia melarikan diri dari buruan kaum Fir'aun. Suatu waktu
yang cukup lama bagi seseorang dapat bertahan menyimpan rasa
rindunya kepada tanah air, tempat tumpah darahnya, walaupun ia
tidak pernah merasakan kebahagiaan hidup di dalam tanah airnya
sendiri. Apa lagi seorang seperti Musa yang mempunyai kenang-
kenangan hidup yang seronok dan indah selama ia berada
di tanah airnya sendiri, selaku seorang dari keluarga kerajaan
yang megah dan mewah, maka wajarlah bila ia merindukan Mesir
tanah tumpah darahnya dan ingin pulang kembali setelah ia
beristerikan Shafura, puteri Syu'aib.

Bergegas-gegaslah Musa berserta isterinya mengemaskan barang
dan menyediakan kenderaan lalu meminta diri dari orang tuanya
dan bertolaklah menuju ke selatan menghindari jalan umum
supaya tidak diketahui oleh orang-orang Fir'aun yang masih
mencarinya.

Setibanya di " Thur Sina" tersesatlah Musa kehilangan pedoman
dan bingung, manakah yang harus ia tempuh. Dalam keadaan
demikian terlihatlah oleh dia sinar api yang nyala-nyala
di atas lereng sebuah bukit. Ia berhenti lalu lari ke jurusan
api itu seraya berkata kepada isterinya, " Tinggallah kamu
disini menantiku. Aku pergi melihat api yang menyala di atas
bukit itu dan segera aku kembali. Mudah-mudahan aku dapat
membawa satu berita kepadamu dari tempat api itu atau setidak-
tidaknya membawa sesuluh api bagi menghangatkan badanmu yang
sedang menggigil kesejukan."

Tatkala Musa sampai ke tempat api itu terdengar oleh dia suara
seruan kepadanya datang dari sebatang pohon kayu di pinggir
lembah yang sebelah kanannya pada tempat yang diberkahi Allah.
Suara seruan yang didengar oleh Musa itu ialah, " Wahai Musa !
Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu.
Sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci Thuwa. Dan aku
telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan
kepadamu. Sesungguhnya aku ini adalah Allah tiada Tuhan selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingat
akan Aku."

Itulah wahyu yang pertama yang diterima langsung oleh Nabi
Musa sebagai tanda kenabiannya, di mana ia telah dinyatakan
oleh Allah sebagai rasul dan nabiNya yang dipilih Nabi Musa
dalam kesempatan bercakap langsung dengan Allah, di atas bukit
Thur Sina itu telah diberi bekal oleh Allah yang Maha Kuasa,
dua jenis mukjizat sebagai persiapan untuk menghadap kaum
Fir'aun yang sombong dan zalim itu.

Bertanyalah Allah kepada Musa, " Apakah itu yang engkau pegang
dengan tangan kananmu, hai Musa !" Suatu pertanyaan yang
mengandungi erti yang lebih dalam dari apa yang sepintas lalu
dapat ditangkap oleh Nabi Musa dengan jawapannya yang
sederhana. " Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya dan
aku pukul daun dengannya untuk makanan kambingku. Selain itu
aku dapat pula menggunakan tongkatku untuk keperluan-keperluan
lain yang penting bagiku."

Maksud dan erti dari pertanyaan Allah yang nampak sederhana
itu baru dimengertikan dan diselami oleh Musa setelah Allah
memerintahkan kepadanya agar meletakkan tongkat itu di atas
tanah, lalu menjelmalah menjadi seekor ular besar yang merayap
dengan cepat sehingga menjadikan Musa lari ketakutan. Allah
berseru kepadanya, " Peganglah ular itu dan jangan takut. Kami
akan mengembalikannya kepada keadaan asal." Maka begitu ular
yang sedang merayap itu ditangkap dan dipegang oleh Musa, ia
segera kembali menjadi tongkat yang ia terima dari Syu'aib,
mertuanya ketika ia bertolak dari Madyan.

Sebagai mukjizat yang kedua, Allah memerintahkan kepada Musa
agar mengepitkan tangannya ke ketiaknya yang nyata setelah
dilakukannya perintah itu, tangannya menjadi putih cemerlang
tanpa cacat atau penyakit.

Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah, " Thaahaa"
ayat 9 sehingga 23 juz 16 sebagai berikut,

" 9@ Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa ?

10@ Ketika itu melihat api, lalu berkatalah ia kepada
keluarganya, " Tinggallah kamu {di sini}, sesungguhnya aku
melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit
daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat
api itu."

11@ Maka ketika ia datang ke tempat api itu, ia dipanggil,
" Hai Musa,

12@ Sesungguhnya Aku ini adalah Tuhanmu, maka tanggalkanlah
kedua terompahmu, sesungguhnya kamu berada di lembah yang suci
Thuwa.

13@ Dan aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang
akan diwahyukan {kepadamu}.

14@ Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah solat untuk mengingati
Aku.

15@ Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang. Aku merahsiakan
{waktunya} agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa
yang diusahakannya.

16@ Maka sesekali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh
orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang
mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu menjadi
binasa."

17@ Apakah itu yang ditangan kananmu, hai Musa ?"

18@ Berkata Musa, " Ini adalah tongkatku, aku bertelekan
padanya dan aku memukul {daun} dengannya untuk kambingku dan
bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya."

19@ Allah berfirman, " Lemparkanlah ia, hai Musa !"

20@ Lalu dilemparkanlah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi
seekor ular yang merayap dengan cepat.

21@ Allah berfirman, " Peganglah ia dan jangan takut. Kami
akan mengembalikannya kepada keadaan asalnya."

22@ Dan kepitkanlah tanganmu di ketiakmu, nescaya ia keluar
menjadi putih cemerlang tanpa cacat, sebagai mukjizat yang
lain {pula}.

23@ Untuk Kami perlihatkan kepadamu sebahagian dari tanda-
tanda kekuasaan Kami yang sangat besar."
{Surah Thaahaa: 9 ~ 23}


*** Musa Diperintahkan Berdakwah Kepada Fir'aun.

Raja Fir'aun yang telah berkuasa di Mesir telah lama
menjalankan pemerintahan yang zalim, kejam dan ganas.
Rakyatnya yang terdiri dari bangsa Egypt yang merupakan
penduduk peribumi dan bangsa Isra'il yang merupakan golongan
pendatang, hidup dalam suasana penindasan, tidak merasa aman
bagi nyawa dan harta bendanya.

Tindakan sewenang-wenang dan pihak penguasa pemerintahan
terutamanya ditujukan kepada Bani Isra'il yang tidak diberinya
kesempatan hidup tenang dan tenteram. Mereka dikenakan kerja
paksa dan diharuskan membayar berbagai pungutan yang tidak
dikenakan terhadap penduduk bangsa Egypt, bangsa Fir'aun
sendiri.

Selain kezaliman, kekejaman, penindasan dan pemerasan yang
ditimpakan oleh Fir'aun atas rakyatnya, terutama kaum Bani
Isra'il. Ia menyatakan dirinya sebagai tuhan yang harus
disembah dan dipuja. Dan dengan demikian ia makin jauh membawa
rakyatnya ke jalan yang sesat tanpa pendoman tauhid dan iman,
sehingga makin dalamlah mereka terjerumus ke lembah
kemaksiatan dan kerusakan moral dan akhlak.

Maka dalam kesempatan bercakap-cakap langsung di bukit Thur
Sina itu diperintahkanlah Musa oleh Allah untuk pergi
kepada Fir'aun sebagai RasulNya, dan mengajaknya beriman
kepada Allah, menyedarkan dirinya bahwa ia adalah makhluk
Allah sebagaimana lain-lain rakyatnya, yang tidak sepatutnya
menuntut orang menyembahnya sebagai tuhan dan bahawa Tuhan
yang wajib disembah olehnya dan oleh semua manusia adalah
Tuhan Yang Maha Esa yang telah menciptakan alam semesta ini.

Nabi Musa dalam perjalanannya menuju kota Mesir setelah
meninggalkan Madyan, selalu dibayang oleh ketakutan kalau-
kalau peristiwa pembunuhan yang telah dilakukan sepuluh tahun
yang lalu itu, belum terlupakan dan masih belum hilang dari
ingatan para pembesar kerajaan Fir'aun. Ia tidak mengabaikan
kemungkinan bahwa mereka akan melakukan pembalasan terhadap
perbuatan yang ia tidak sengajakan itu dengan hukuman
pembunuhan atas dirinya bila ia sudah berada di tengah-tengah
mereka. Ia hanya terdorong rasa rindunya yang sangat kepada
tanah tumpah darahnya dengan memberanikan diri kembali
ke Mesir tanpa memperdulikan akibat yang mungkin akan
dihadapi.

Jika pada waktu bertolak dari Madyan dan selama perjalanannya
ke Thur Sina. Nabi Musa dibayangi dengan rasa takut akan
pembalasan Fir'aun, Maka dengan perintah Allah yang berfirman
maksudnya,

" Pergilah engkau kepada Fir'aun, sesungguhnya ia telah
melampaui batas", Segala bayangan itu dilempar jauh-jauh dari
fikirannya dan bertekad akan melaksanakan perintah Allah
menghadapi Fir'aun walau apa pun akan terjadi pada dirinya.
Hanya untuk menenteramkan hatinya berucaplah Musa kepada
Allah, " Aku telah membunuh seorang daripada mereka, maka aku
khuatir mereka akan membalas membunuhku, berikanlah seorang
pembantu dari keluargaku sendiri, iaitu saudaraku Harun untuk
menyertaiku dalam melakukan tugasku meneguhkan hatiku dan
menguatkan tekadku menghadapi orang-orang kafir itu apalagi
Harun saudaraku itu lebih petah {lancar} lidahnya dan lebih
cekap daripada diriku untuk berdebat dan bermujadalah."

Allah berkenan mengabulkan permohonan Musa, maka digerakkanlah
hati Harun yang ketika itu masih berada di Mesir untuk pergi
menemui Musa mendampinginya dan bersama-sama pergilah mereka
ke istana Fir'aun dengan diiringi firman Allah, " Janganlah
kamu berdua takut dan khuatir akan diseksa oleh Fir'aun. Aku
menyertai kamu berdua dan Aku mendengar serta melihat dan
mengetahui apa yang akan terjadi antara kamu dan Fir'aun.
Berdakwahlah kamu kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut
sedarkanlah ia dengan kesesatannya dan ajaklah ia beriman dan
bertauhid, meninggalkan kezalimannya dan kecongkakannya kalau-
kalau dengan sikap yang lemah lembut daripada kamu berdua ia
akan ingat pada kesesatan dirinya dan takut akan akibat
kesombongan dan kebongkakannya."

Bacalah tentang isi cerita di atas di dalam ayat 33 sehingga
ayat 35 surah, " Al Qashash" dan ayat 42 sehingga ayat 47
surah " Thaha" sebagai berikut,

" 33@ Musa berkata, " Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah
membunuh seseorang manusia dari golongan mereka, maka aku
takut mereka akan membunuhku,

34@ dan saudaraku Harun dia lebih petah lidahnya daripadaku,
maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantu untuk membenarkan
{perkataan} ku sesungguhnya aku khuatir mereka akan
mendustakan aku."

35@ Allah berfirman, " Kami akan membantumu dengan saudaramu
dan Kami berikan kepadamu kekuasaan yang besar, maka mereka
tidak dapat mencapaimu {berangkat kami berdua} dengan membawa
mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah
yang akan menang." {Surah AlQashash: 33 ~ 35}

" 42@ Pergilah kamu berserta saudara kamu dengan membawa ayat-
ayatKu dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingatKu.

43@ Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia
telah melewati batas.

44@ Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata
yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat atau takut"

45@ Berkatalah mereka berdua, " Ya Tuhan kami, sesungguhnya
kami khuatir bahwa ia segera menyeksa kami atau akan bertambah
melewati batas."

46@ Allah berfirman, " Janganlah kamu berdua khuatir,
sesungguhnya Aku berserta kamu berdua, Aku mendengar dan
melihat."

47@ Maka datanglah kamu berdua kepadanya {Fir'aun} dan
katakanlah, " Sesungguhnya kami berdua adalah utusan Tuhanmu,
maka lepaskanlah Bani Isra'il bersama kami dan janganlah kamu
menyeksa mereka. Sesungguhnya kami telah datang kepadamu
dengan membawa bukti {atas kerasulan kami} dari Tuhanmu. Dan
keselamatan itu dilimpahkan kepada orang yang mengikuti
petunjuk." {Surah Thaha: 42 ~ 47}


*** Mujadalah (dialog) antara Nabi Musa A.S. dengan Fir'aun.

Diperolehi kesempatan oleh Musa dan Harun, menemui raja
Fir'aun yang menyatakan dirinya sebagai tuhan itu, setelah
menempuh beberapa rintangan yang lazim dilampaui oleh orang
yang ingin bertemu dengan raja pada waktu itu. Pertemuan Musa
dan Harun dengan Fir'aun dihadiri pula oleh beberapa anggota
pemerintahan dan para penasihatnya. Bertanya Fir'aun kepada
mereka berdua, " Siapakah kamu berdua ini ?"

Musa menjawab, " Kami, Musa dan Harun adalah pesuruh Allah
kepadamu agar engkau membebaskan Bani Isra'il dari perhambaan
dan penindasanmu dan menyerahkan mereka kepada kami agar
menyembah kepada Allah dengan leluasa dan menghindari
seksaanmu."

Fir'aun yang segera mengenal Musa berkata kepadanya,
" Bukankah engkau adalah Musa yang telah kami mengasuhmu sejak
masa bayimu dan tinggal bersama kami dalam istana sampai
mencapai usia remajamu, mendapat pendidikan dan pengajaran
yang menjadikan engkau pandai ? Dan bukankah engkau yang
melakukan pembunuhan terhadap diri seorang daripada golongan
kami ? Sudahkah engkau lupa itu semuanya dan tidak ingat akan
kebaikan dan jasa kami kepada kamu ?"

Musa menjawab, " Bahwasanya engkau telah memeliharakan aku
sejak masa bayiku, itu bukanlah suatu jasa yang dapat engkau
banggakan. Karena jatuhnya aku ke dalam tanganmu adalah akibat
kekejaman dan kezalimanmu tatkala engkau memerintah agar
orang-orangmu menyembelih setiap bayi-bayi laki yang lahir,
sehingga ibu terpaksa membiarkan aku terapung di permukaan
sungai Nil di dalam sebuah peti yang kemudian dipungut oleh
isterimu dan selamatlah aku dari penyembelihan yang engkau
perintahkan. Sedang mengenai pembunuhan yang telah aku lakukan
itu adalah akibat godaan syaitan yang menyesatkan, namun
peristiwa itu akhirnya merupakan suatu rahmat dan barakah yang
terselubung bagiku. Sebab dalam perantauanku setelah aku
melarikan diri dari negerimu, Allah mengurniakan aku dengan
hikmah dan ilmu serta mengutuskan aku sebagai Rasul dan
pesuruhNya. Maka dalam rangka tugasku sebagai Rasul datanglah
aku kepadamu atas perintah Allah untuk mengajak engkau dan
kaummu menyembah Allah dan meninggalkan kezaliman dan
penindasanmu terhadap Bani Isra'il."

Fir'aun bertanya, " Siapakah Tuhan yang engkau sebut-sebut
itu, hai Musa ? Adakah tuhan di atas bumi ini selain aku yang
patut di sembah dan dipuja ?" Musa menjawab, " Ya, iaitu
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu serta Tuhan seru sekalian
alam." Tanya Fir'aun, " Siapakah Tuhan seru sekali alam itu ?"
Musa menjawab, " Ialah Tuhan langit dan bumi dan segala apa
yang ada antara langit dan bumi."

Berkata Fir'aun kepada para penasihatnya dan pembesar-pembesar
kerajaan yang berada disekitarnya. Sesungguhnya Rasul yang
diutuskan kepada kamu ini adalah seorang yang gila kemudian ia
balik bertanya kepada Musa dan Harun, " Siapakah Tuhan kamu
berdua ?" Musa menjawab, " Tuhan kami ialah Tuhan yang telah
memberikan kepada tiap-tiap makhluk sesuatu bentuk
kejadiannya, kemudian memberi petunjuk kepadanya."

Fir'aun bertanya, " Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang
dahulu yang tidak mempercayai apa yang engkau ajarkan ini dan
malahan menyembah berhala dan patung-patung ?" Musa menjawab,
" Pengetahuan tentang itu ada di sisi Tuhanku. Jika Dia telah
menurunkan azab dan seksanya di atas mereka maka itu adalah
karena kecongkakan dan kesombongan serta keengganan mereka
kembali ke jalan yang benar. Jika Dia menunda azab dan seksa
mereka hingga hari kiamat, maka itu adalah kehendakNya yang
hikmahnya kami belum mengetahuinya. Allah telah mewahyukan
kepada kami bahwa azab dan seksanya adalah jalan yang benar."

Fir'aun yang sudah tidak berdaya menolak dalil-dalil Nabi Musa
yang diucapkan secara tegas dan berani, merasa tersinggung
kehormatannya sebagai raja yang telah mempertuhankan dirinya
lalu menujukan amarahnya dan berkata kepada Musa secara
mengancam, " Hai Musa ! Jika engkau mengakui tuhan selain aku,
maka pasti engkau akan kumasukkan ke dalam penjara." Musa
menjawab, " Apakah engkau akan memenjarakan aku walaupun aku
dapat memberikan kepadamu tanda-tanda yang membuktikan
kebenaran dakwahku ?"

Fir'aun menentang dengan berkata, " Datanglah tanda-tanda dan
bukti-bukti yang nyata yang dapat membuktikan kebenaran kata-
katamu, jika engkau benar-benar tidak berdusta."

Dialog {mujadalah} antara Musa dan Fir'aun sebagaimana
dihuraikan di atas dapat dibaca dalam surah, " Asy-Syu'ara"
ayat 18 hingga ayat 31 juz 19 sebagimana berikut,

" 18@ Fir'aun berkata, " Bukankah kami telah mengasuhmu
diantara {keluarga} kami diwaktu kamu masih kanak-kanak dan
kamu tinggal diantara {keluarga} kami beberapa tahun dari
umurmu.

19@ Dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yang telah kamu
lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yang tidak
membalas jasa."

20@ Berkata Musa, " Aku telah melakukannya sedang aku diwaktu
itu termasuk orang-orang yang khilaf.

21@ Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepada
kamu, kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia
menjadikan aku salah seorang diantara rasul-rasul.

22@ Budi yang kamu limpahkan kepadaku ini adalah {disebabkan}
perhambaan darimu terhadap Bani Isra'il."

23@ Fir'aun bertanya, " Apa Tuhan semesta alam itu ?"

24@ Musa menjawab, " Tuhan pencipta langit dan bumi dan apa
yang diantara keduanya {itulah Tuhanmu}, jika kamu sekalian
{orang-orang} mempercayainya".

25@ Berkata Fir'aun kepada orang-orang sekelilingnya, " Apakah
kamu tidak mendengarkan ?".

26@ Musa berkata, " Tuhan kamu dan Tuhan nenek-nenek moyang
kamu yang dahulu."

27@ Fir'aun berkata, " Sesungguhnya Rasulmu yang diutuskan
kepada kamu sekalian benar-benar orang gila."

28@ Musa berkata, " Tuhan yang menguasai timur dan barat dan
apa yang ada di antara keduanya {itulah Tuhanmu}, jika kamu
mempergunakan akal."

29@ Fir'aun berkata, " Sungguh jika kamu menyembah Tuhan
selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang
yang dipenjarakan".

30@ Musa berkata, " Dan apakah kamu {akan melakukan itu},
walaupun aku tunjukkan kepadamu sesuatu {keterangan} yang
nyata jika kamu adalah termasuk orang-orang yang benar."
{Surah Asy Syura: 18 ~ 31}


*** Musa Mempertunjukkan Dua Mukjizatnya Kepada Fir'aun.

Menjawab tentangan Fir'aun yang menuntut bukti atas
kebenarannya, Musa dengan serta-merta meletakkan tongkat
mukjizatnya di atas yang segera menjelma menjadi seekor ular
besar yang melata menghala ke Fir'aun. Karena ketakutan
melompat lari dari singgahsananya melarikan diri seraya
berseru kepada Musa, " Hai Musa, demi asuhanku kepadamu selama
lapan belas tahun, panggillah kembali ularmu itu." Kemudian
dipeganglah ular itu oleh Musa dan kembali menjadi tongkat
biasa. Berkata Fir'aun kepada Musa setelah hilang dari rasa
hairan dan takutnya, " Adakah bukti yang dapat engkau
tunjukkan kepadaku ?"

" Ya, lihatlah." Musa menjawab serta memasukkan tangannya
ke dalam saku bajunya. Kemudian tatkala tangannya dikeluarkan
dari sakunya, bersinarlah tangan Musa itu menyilaukan mata
Fir'aun dan orang-orang yang sedang berada disekelilingnya.
Fir'aun sebagai raja yang menyatakan dirinya sebagai tuhan
tentu tidak akan mudah begitu saja menyerah kepada Musa, bekas
anak pungutnya walaupun kepadanya telah diperlihatkan dengan
mukjizat. Ia bahkan berkata kepada kaumnya yang ia khuatir
akan terpengaruh oleh kedua mukjizat Musa itu bahwa itu
semuanya adalah perbuatan sihir dan bahwa Musa dan Harun
adalah ahli sihir yang mahir yang datang dengan maksud
menguasai Mesir dan para penduduknya akan kekuatan dengan
sihirnya itu.

Fir'aun dianjurkan oleh penasihatnya yang dikepalai oleh Haman
agar mematahkan sihir Musa dan Harun itu dengan mengumpulkan
ahli-ahli sihir yang terkenal dari seluruh daerah kerajaan
untuk bertanding melawan Musa dan Harun. Anjuran mana
disetujui oleh Fir'aun yang merasa itu adalah fikiran yang
tepat dan jalan yang terbaik untuk melumpuhkan kedua mukjizat
Allah yang oleh mereka dianggapnya sebagai sihir. Anjuran itu
lalu ditawarkan kepada Musa yang seketika tanpa ragu-ragu
sedikit pun menerima tentangan Fir'aun untuk beradu dan
bertanding melawan ahli-ahli sihir. Musa berkeyakinan penuh
bahwa dengan perlindungan Allah, ia akan keluar sebagai
pemenang dalam pertarungan itu, pertandingan antara perbuatan
sihir yang diilham oleh syaitan melawan mukjizat yang
dikurniakan oleh Allah.

Pada suatu hari raya, kerajaan telah bersetuju untuk
mengadakan hari pertandingan sihir maka berduyun-duyunlah
penduduk kota menuju ke tempat yang telah ditentukan untuk
menyaksikan perlumbaan kepandaian menyihir yang buat pertama
kalinya diadakan di kota Mesir. Juga sudah berada di tempat
ahli-ahli sihir yang terpandai yang telah dikumpulkan dari
seluruh wilayah kerajaan masing-masing membawa tongkat, tali
dan lain-lain alat sihirnya. Mereka cukup bersemangat dan akan
berusaha sepenuh kepandaian mereka untuk memenangi
pertandingan. Mereka telah memperolehi janji dari Fir'aun akan
diberi hadiah dan wang dalam jumlah yang besar bila berhasil
mengalahkan Musa dengan mematahkan daya sihirnya.

Setelah segala sesuatu selesai disiapkan dan masing-masing
pembesar negeri sudah mengambil tempatnya mengelilingi raja
Fir'aun yang telah duduk di atas kerusi singgahsananya maka
dinyatakanlah pertandingan dimulai. Kemudian atas persetujuan
Musa dipersilakan para lawannya beraksi lebih dahulu
mempertujukan kepandaian sihirnya.

Segeralah ahli-ahli sihir Fir'aun menunjukkan aksinya
melemparkan tongkat dan tali-temali mereka ke tengah-tengah
lapangan. Musa merasa takut ketika terbayang kepadanya bahwa
tongkat-tongkat dan tali-tali itu seakan-akan ular-ular yang
merayap cepat. Namun Allah tidak membiarkan hamba utusanNya
berkecil hati menghadapi tipu daya orang-orang kafir itu.
Allah berfirman kepada Musa disaat ia merasa cemas itu,

" Janganlah engkau merasa takut dan cemas hai Musa ! engkau
adalah yang lebih unggul dan akan menang dalam pertandingan
ini. Lemparkanlah yang ada ditanganmu segera."

Para ahli-ahli sihir yang pandai dalam bidangnya itu
tercengang ketika melihat ular besar yang menjelma dari
tongkat Nabi Musa dan menelan ular-ular dan segala apa yang
terbayang sebagai hasil tipu sihir mereka. Mereka segera
menyerah kalah bertunduk dan bersujud {kepada Allah} dihadapan
Musa seraya berkata, " Itu bukanlah perbuatan sihir yang kami
kenal yang diilhamkan oleh syaitan tetapi sesuatu yang
digerakkan oleh kekuatan ghaib yang mengatakan kebenaran kata-
kata Musa dan Harun, maka tidak ada alasan bagi kami untuk
tidak mempercayai risalah mereka dan beriman kepada Tuhan
mereka sesudah apa yang kami lihat dan saksikan dengan mata
kepala kami sendiri."

Fir'aun raja yang congkak dan sombong yang menuntut
persembahan dari rakyatnya sebagai tuhan segera membelalakkan
matanya tanda marah dan jengkel melihat ahli-ahli sihirnya
begitu cepat menyerah kalah kepada Musa bahkan menyatakan
beriman kepada Tuhannya dan kepada kenabiannya serta menjadi
pengikut-pengikutnya. Tindakan mereka itu dianggapnya sebagai
pelanggaran terhadap kekuasaannya, penentangan terhadap
ketuhanannya dan merupakan suatu tamparan bagi kewibawaan
serta prestasinya. Ia berkata kepada mereka,

" Adakah kamu berani beriman kepada Musa dan menyerah kepada
keputusannya sebelum aku izinkan kepada kamu ?" Bukankah ini
suatu persekongkolan daripada kamu terhadapku ? Musa dapat
mengalahkan kamu sebab ia mungkin guru dan pembesar yang telah
mengajarkan seni sihir kepadamu dan kamu telah mengatur
bersama-samanya, tindakan yang kamu sandiwarakan di depanku
hari ini. Aku tidak akan tinggal diam menghadapi tindakan
khianatmu ini. Akanku potong tangan-tangan dan kaki-kakimu
serta akanku salibkan kamu semua pada pangkal pohon kurma
sebagai hukuman dan balasan bagi tindakan khianatmu ini."

Ancaman Fir'aun itu disambut mereka dengan sikap dingin dan
acuh tak acuh. Karena Allah telah membuka mata hati mereka
dengan cahaya iman sehingga tidak akan terpengaruh dengan
kata-kata kebathilan yang menyesatkan atau ancaman Fir'aun
yang menakutkan. Mereka sebagai-orang-orang yang ahli dalam
ilmu dan seni sihir dapat membedakan yang mana satu sihir dan
yang mana bukan. Maka sekali mereka diyakinkan dengan mukjizat
Nabi Musa yang membuktikan kebenaran kenabiannya tidaklah
keyakinan itu akan dapat digoyahkan oleh ancaman apapun.

Berkata mereka kepada Fir'aun menanggapi ancamannya, " Kami
telah mendapat bukti-bukti yang nyata dan kami tidak akan
mengabaikan kenyataan itu sekadar memenuhi kehendak dan
keinginanmu. Kami akan berjalan terus megikut jejak dan
tuntutan Musa dan Harun sebagai pesuruh oleh yang benar. Maka
terserah kepadamu untuk memutuskan apa yang engkau hendak
putuskan terhadap diri kami. Keputusan kamu hanya berlaku
di dunia ini sedang kami mengharapkan pahala Allah di akhirat
yang kekal dan abadi."

Melihat tukang sihirnya telah beriman kepada Nabi Musa a.s.
diikuti pula isterinya (Siti Asiah, ibu angkat Musa). Firaun
terus berasa marah, isterinya diseksa sehingga mati, begitu
juga orang-orang lain yang beriman, dihukum dengan seksaan
yang amat berat.

Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah, " Asy Syu'ara"
ayat 32 sehingga ayat 51 juz 19 sebagai berikut,

" 32@ Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat
itu {menjadi ular}.

33@ Dan ia menarik tangannya {dari dalam saku bajunya} maka
tiba-tiba tangan itu menjadi putih {bersinar} bagi orang-orang
yang melihatnya.

34@ Fir'aun berkata pembesar-pembesar yang berada
di sekelilingnya, " Sesungguhnya Musa itu benar-benar seorang
ahli sihir yang pandai,

35@ Ia hendak mengusir kamu dari negeri kamu sendiri dengan
sihirnya maka karena itu apakah yang kamu anjurkan ?"

36@ Mereka menjawab, " Tundalah {urusan} dia dan saudaranya
dan kirimlah ke seluruh negeri orang-orang yang akan
mengumpulkan {ahli sihir},

37@ Nescaya mereka akan mendatangkan semua ahli sihir yang
pandai kepadamu".

38@ Lalu dikumpulkanlah ahli-ahli sihir pada waktu yang
ditetapkan di hari yang maklum,

39@ Dan dikatakan kepada orang ramai, " Berkumpullah kamu
sekalian,

40@ Semoga kita mengikuti ahli-ahli sihir, jika mereka adalah
orang-orang yang menang."

41@ Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, mereka pun bertanya
kepada Fir'aun, " Apakah kami sungguh-sungguh mendapat upah
yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang ?"

42@ Fir'aun menjawab, " Ya, kalu demikian, sesungguhnya kamu
sekalian benar-benar akan menjadi orang yang didekatkan
{kepadaku}."

43@ Berkatalah Musa kepada mereka, " Jatuhkanlah apa yang kamu
hendak jatuhkan."

44@ Lalu mereka menjatuhkan tali-temali dan tongkat-tongkat
mereka lalu berkata, " Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya
kami akan benar-benar akan menang."

45@ Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya, maka tiba-tiba ia
menelan benda-benda palsu yang mereka ada-adakan itu.

46@ Maka tersungkurlah ahli-ahli sihir sambil bersujud {kepada
Allah},

47@ Mereka berkata, " Kami beriman kepada Tuhan semesta alam,

48@ Iaitu Tuhan Musa dan Harun."

49@ Fir'aun berkata, " Apakah kamu sekalian beriman kepada
Musa sebelum aku memberi izin kepadamu ? Sesungguhnya dia
benar-benar pemimpinmu yang mengajar sihir kepadamu, maka kamu
nanti pasti benar-benar akan mengetahui {akibat perbuatanmu},
sesungguhnya aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan
bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya."

50@ Mereka berkata, " Tidak ada kemudharatan {kepada kami},
sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami,

51@ Sesungguhnya kami amat menginginkan bahwa Tuhan kami akan
mengampuni kesalahan kami, karena kami adalah orang-orang yang
pertama sekali beriman." {Surah Asy Syu'ara: 32 ~ 51}


*** Fir'aun Tetap Berkeras Kepala dan Semakin Bingung.

Nabi Musa yang telah mengalahkan ahli-ahli sihir dengan kedua
mukjizatnya makin meluas pengaruhnya, sedang Fir'aun dengan
kekalahan ahli sihirnya merasa kewibawaannya merosot dan
kehormatannya menurun. Ia khuatir jika gerakan Musa tidak
segera dipatahkan akan mengancam keselamatan kerajaannya serta
kekekalan mahkotanya. Para penasihat dan pembantu-pembantu
terdekatnya tidak berusaha menghilangkan rasa kecemasan dan
kekhuatirannya, tetapi mereka sebaliknya makin membakar
dadanya dan makin menakut-nakutinya. Mereka berkata
kepadanya,

" Apakah engkau akan terus membiarkan Musa dan kaumnya
bergerak secara bebas dan meracuni rakyat dengan macam-macam
kepercayaan dan ajaran-ajaran yang menyimpang dari apa yang
telah kita warisi dari nenek moyang kita ? Tidakkah engkau
sedar bahwa rakyat kita makin lama makin terpengaruh oleh
hasutan-hasutan Musa. Sehingga lama-kelamaan nescaya kita dan
tuhan-tuhan kita akan ditinggalkan oleh rakyat kita dan pada
akhirnya akan hancur binasalah negara dan kerajaanmu yang
megah ini."

Fir'aun menjawab, " Apa yang kamu huraikan itu sudah menjadi
perhatianku sejak dikalahkannya ahli-ahli sihir kita oleh
Musa. Dan memang kalau kita membiarkan Musa terus melebarkan
sayapnya dan meluaskan pengaruhnya di kalangan pengikut-
pengikutnya yang makin lama makin bertambah jumlahnya, pasti
pada akhirnya akan merusakkan adab hidup masyarakat negara
kita serta membawa kehancuran dan kebinasaan bagi kerajaan
kita yang megah ini. karenanya aku telah merancang akan
bertindak terhadap Bani Isra'il dengan membunuh setiap orang
lelaki dan hanya wanita sahaja akanku biarkan hidup."

Rancangan jahat Fir'aun diterapkan oleh pegawai dan kaki
tangan kerajaannya. Aneka ragam gangguan dan macam-macam
tindakan kejam ditimpakan atas Bani Isra'il yang memang
menurut anggapan masyarakat, mereka itu adalah rakyat kelas
kambing dalam kerajaan Fir'aun yang zalim itu. Dengan makin
meningkatnya kezaliman dan penindasan yang mereka terima dari
alat-alat kerajaan Fir'aun, datanglah Bani Isra'il kepada Nabi
Musa, mengharapkan pertolongan dan perlindungannya. Nabi Musa
tidak dapat berbuat banyak pada masa itu bagi Bani Isra'il
yang tertindas dan teraniaya. Ia hanya menenteramkan hati
mereka, bahwa akan tiba saatnya kelak, di mana mereka akan
dibebaskan oleh Allah dari segala penderitaan yang mereka
alami.

Dianjurkan oleh Nabi Musa agar mereka bersabar dan bertawakkal
seraya memohon kepada Allah agar Allah memberikan pertolongan
dan perlindunganNya, karena Allah telah menjanjikan akan
mewariskan bumiNya kepada hamba-hambaNya yang soleh, sabar dan
bertakwa !

Fir'aun bertujuan melemahkan kedudukan Nabi Musa dengan
tindakan kejamnya terhadap Bani Isra'il yang merupakan
kaumnya, bahkan tulang belakang Nabi Musa. Akan tetapi gerak
dakwah Nabi Musa tidak sedikit pun terhambat oleh tindakan
Fir'aun itu. Demikian pula tidak seorang pun daripada
pengikut-pengikutnya yang terpengaruh dengan tindakan Fir'aun
itu. Sehingga tidak menjadi luntur iman dan keyakinan mereka
yang sudah bulat terhadap risalah Musa.

Karena sasaran yang dituju dengan tindakan kekejaman yang
tidak berperikamanusiaan itu tidak tercapai dan tidak dapat
menerima dakwah Nabi Musa dan para pengikutnya, yang
dilihatnya bahkan semakin bersemangat menyiarkan ajaran iman
dan tauhid, maka Fir'aun tidak mempunyai pilihan selain harus
menyingkirkan orang yang menjadi pengikutnya, iaitu dengan
membunuh Nabi Musa.

Fir'aun memanggil para penasihat dan pembesar-pembesar
kerajaannya untuk bermesyuarat dan merancang pembunuhan Musa.
Di antara mereka yang di undang itu terdapat seorang mukmin
dari Keluarga Fir'aun yang merahsiakan imannya. Di tengah-
tengah perdebatan dan perundingan yang berlangsung dalam
pertemuan yang diadakan oleh Fir'aun untuk membincangkan cara
pembunuhan Nabi Musa itu, bangkitlah berdiri mukmin itu
mengucapkan pembelaannya terhadap Nabi Musa dan nasihat serta
tuntunan bagi mereka yang hadir.

Ia berkata, " Apakah kamu akan membunuh seseorang lelaki yang
tidak berdosa, hanya berkata bahwa Allah adalah Tuhannya ?
Padahal ia menyatakan iman dan kepercayaannya itu kepada kamu
bukan tanpa dalil dan hujjah. Ia telah mempertunjukkan kepada
kamu bukti-bukti yang nyata untuk menyakinkan kamu akan
kebenaran ajarannya. Jika andainya dia seorang pendusta, maka
dia sendirilah yang akan menanggung dosa akibat dustanya.
Namun jika ia adalah benar dalam kata-katanya, maka nescaya
akan menimpa kepada kamu bencana azab yang telah dijanjikan
olehnya. Dan dalam keadaan yang demikian siapakah yang akan
menolong kamu dari azab Allah yang telah dijanjikan itu ?"

Fir'aun memotong pidato orang mukmin itu dengan berkata,
" Rancanganku harus terlaksana dan Musa harus dibunuh. Aku
tidak mengemukan kepadamu melainkan apa yang aku pandang baik
dan aku tidak menunjukkan kepadamu melainkan jalan yang benar,
jalan yang akan menyelamatkan kerajaan dan negara."

Berucap orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu melanjutkan,
" Sesungguhnya aku khuatir, jika kamu tetap berkeras kepala
dan enggan menempuh jalan yang benar yang dibawa oleh para
nabi-nabi, bahwa kamu akan ditimpa azab dan seksa yang
membinasakan, sebagaimana telah dialami oleh kaum Nuh, kaum
Aad, kaum Tsamud dan umat-umat yang datang sesudah mereka. Apa
yang telah dialami oleh kaum-kaum itu adalah akibat
kecongkakan dan kesombongan mereka karena Allah tidak
menghendaki berbuat kezaliman terhadap hamba-hambaNya."

Mukmin itu meneruskan nasihatnya, " Wahai kaumku !
Sesungguhnya aku khuatir kamu akan menerima seksa dan azab
Tuhan di hari qiamat kelak, di mana kamu akan berpaling
kebelakang, tidak seorang pun akan dapat menyelamatkan kamu
itu dari seksa Allah. Hai kaum, ikutilah nasihatku, aku hanya
ingin kebaikan bagimu dan mengajak kamu ke jalan yang benar.
Ketahuilah bahwa kehidupan di dunia ini hanya merupakan
kesenangan sementara, sedangkan kesenangan dan kebahagiaan
yang kekal adalah di akhirat kelak."

Orang mukmin dari keluarga Fir'aun itu tidak dapat mengubah
sikap Fir'aun dan pengikut-pemgikutnya, walaupun ia telah
berusaha dengan menggunakan kecekapan berpidatonya dan susunan
kata-katanya yang rapi, lengkap dengan contoh-contoh dari
sejarah umat-umat yang terdahulu yang telah dibinasakan oleh
Allah karena perbuatan dan pembangkangan mereka sendiri.
Fir'aun dan pengikut-pengikutnya bahkan menganjurkan kepada
orang mukmin itu, agar meninggalkan sikapnya yang membela Musa
dan menyetujui rancangan jahat mereka. Ia dinasihat untuk
melepaskan pendiriannya yang pro Musa dan mengabungkan diri
dalam barisan mereka menentang Musa dan segala ajarannya. Ia
diancam dengan dikenakan tindakan kekerasan bila ia tidak mahu
mengubah sikap pro kepada Musa secara suka rela.

Berkata orang mukmin itu menanggapi anjuran Fir'aun, " Wahai
kaumku, sangat aneh sekali sikap dan pendirianmu, aku berseru
kepada kamu untuk kebaikan dan keselamatanmu, kamu berseru
kepadaku untuk berkufur kepada Allah dan mempersekutukanNya
dengan apa yang aku tidak ketahui, sedang aku berseru kepadamu
untuk beriman kepada Allah, Tuhan YAng Maha Esa, Maha Perkasa,
lagi Maha Pengampun. Sudah pasti dan tidak dapat diragukan
lagi, bahwa apa yang kamu serukan kepadaku itu tidak akan
menolongku dari murka dan seksa Allah di dunia mahupun
di akhirat. Dan sesungguhnya kamu sekalian akan kembali kepada
Allah yang akan memberi pahala syurga bagi orang-orang yang
soleh, bertakwa dan beriman, sedang orang-orang kafir yang
telah melampaui batas akan diberi ganjaran dengan api neraka.

Hai kaumku, perhatikanlah nasihat dan peringatanku ini. Kamu
akan menyedari kebenaran kata-kataku ini kelak bila sudah
tidak berguna lagi orang menyesal atau merasa susah karena
perbuatan yang telah dilakukan. Aku hanya menyerahkan urusanku
dan nasibku kepada Allah. Dialah Yang Maha Mengetahui dan Maha
Melihat perbuatan dan kelakuan hamba-hambaNya."

Bacalah tentang isi cerita di atas dalam surah, "Al A'raaf"
ayat 127 sehingga ayat 129 juz 9 dan surah, " Al Mukmin" ayat
28 sehingga ayat 33 dan ayat 38 sehingga ayat 45 juz 24
sebagai berikut,

" 127@ Berkata pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun {kepada
Fir'aun}, " Apakah kamu akan membiarkan Musa dan kaumnya untuk
membuat kerusakkan di negeri ini {Mesir} dan meninggalkan kamu
serta tuhan-tuhanmu ?" Fir'aun menjawab, " Akan kita bunuh
anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup perempuan-
perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh ke atas
mereka."

128@ Musa berkata kepada kaumnya, " Mohonlah pertolongan
kepada Allah dan bersabarlah sesungguhnya bumi {ini} kepunyaan
Allah dipusakakannya kepada siapa yang dikehendakiNya dari
hamba-hambaNya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-
orang yang bertakwa."

129@ Kaum Musa berkata, " Kami telah ditindas {oleh Fir'aun}
sebelum kamu datang kepada kami dan sesudah kamu datang." Musa
menjawab, " Mudah-mudahan Allah membinasakan musuh-musuh kamu
dan menjadikan kamu khalifah di bumi{Nya} maka Allah akan
melihat bagaimana perbuatanmu." {Surah Al A'raaf: 127 ~ 129}

" 28@ Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-
pengikut Fir'aun yang menyembunyikan imannya berkata, " Apakah
kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan
" Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu
dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika
dia seorang pendusta, maka dialah yang menanggung {dosa}
dustanya itu dan jika dia seorang yang benar, nescaya
sebahagian {bencana} yang diancamkannya kepadamu akan
menimpamu." Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang
yang melampaui batas lagi pendusta.

29@ " Hai kaumku, untukmulah kerajaan pada hari ini dengan
berkuasa di muka bumi. Siapakah yang akan menolong kita dari
azab Allah jika azab itu menimpa kita ?" Fir'aun berkata,
" Aku tidak mengemukakan kepadamu melainkan apa yang aku
pandang baik dan aku tidak menunjukkan kepadamu selain jalan
yang benar."

30@ Dan orang yang beriman itu berkata, " Hai kaumku,
sesungguhnya aku khuatir kamu akan ditimpa {bencana} seperti
peristiwa {kehancuran} golongan yang bersekutu,

31@ {yakni} Seperti keadaan kaum Nuh, Aad, Tsamud dan orang-
orang yang datang sesudah mereka. Dan Allah tidak menghendaki
berbuat kezaliman terhadap hamba-hambaNya.

32@ Hai kaumku, sesungguhnya aku khuatir terhadapmu akan
seksaan hari panggil-memanggil.

33@ {iaitu} Hari {ketika} kamu {lari} berpaling kebelakang,
tidak ada bagimu seseorang pun yang menyelamatkan kamu dari
{azab} Allah dan siapa yang disesatkan Allah nescaya tidak ada
baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk."
{Surah Al Mukmin: 28 ~ 33}

" 38@ Orang yang beriman itu berkata, " Hai kaumku, ikutilah
aku, akan menunjukkan kepadamu jalan yang benar.

39@ Hai kaumku ! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah
kesenangan {sementara} dan sesungguhnya akhirat itulah negeri
yang kekal.

40@ Barang siapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak
akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan
barang siapa yang mengerja amal yang soleh baik laki-laki
mahupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman, maka mereka
akan masuk syurga, mereka diberi rezeki didalamnya tanpa
hisab.

41@ Hai kaumku ! Bagaimana kamu ini, aku menyeru kamu kepada
keselamatan tetapi kamu menyeru aku ke neraka ?

42@ {Kenapa} kamu menyerukan supaya kufur kepada Allah dan
mempersekutukanNya dengan apa yang tidakku ketahui padahal aku
menyeru kamu {beriman} kepada Yang Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun ?"

43@ Sudah pasti bahwa apa yang kamu seru supaya aku {beriman}
kepadanya tidak dapat memperkenankan seruan apa pun, baik
di dunia mahu pun di akhirat. Dan sesungguhnya kembali kita
adalah kepada Allah dan sesungguhnya orang-orang yang
melampaui batas, mereka itulah penghuni neraka.

44@ Kelak kamu akan ingat kepada apa yang aku katakan kepada
kamu. Dan aku menyerahkan urusan aku kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hambaNya.

45@ Maka Allah memeliharanya dari kejahatan tipu daya mereka
dan Fir'aun berserta kaumnya dikepung oleh azab yang amat
buruk." {Surah Al Mukmin: 38 ~ 45}


*** Fir'aun Menghina dan Mengejek Musa.

Selain tindakan kekerasan yang ditimpakan ke atas Bani Isra'il
kaumnya Nabi Musa, Fir'aun melontarkan penghinaan dan kata-
kata ejekan terhadap Nabi Musa dalam usahanya memerangi dan
membendung pengaruh Nabi Musa yang semakin bertambah semenjak
ia keluar sebagai pemenang dalam pertandingan melawan tukang-
tukang sihir kaum Fir'aun.

Berkata Fir'aun kepada pembesar-pembesar kerajaannya,
" Biarkanlah aku membunuh Musa dan biarlah ia memohon dari
Tuhannya untuk melindunginya. Aku ingin tahu sampai sejauh
mana ia dapat melepaskan diri dari kekuasaanku dan biarlah ia
membuktikan kebenaran kata-kata, bahwa Tuhannya akan
melindunginya dari segala tipu daya musuh-musuhnya."

Dalam lain kesempatan Fir'aun berkata kepada rakyatnya yang
sudah diperhambakan jiwanya, terbiasa memuja-mujanya,
mengiakan kata-katanya dan mengaminkan segala perintahnya,
" Hai rakyatku ! Tidakkah kamu melihat bahwa aku memiliki
kerajaan Mesir yang megah dan besar ini di mana sungai-sungai
mengalir dibawah telapak kakiku, sungai-sungai yang memberi
kemakmuran hidup dan kebahagiaan hidup bagi rakyatku ? Dan
tidakkah kamu melihat kekuasaanku yang luas dan ketaatan
rakyatku yang bulat kepadaku ? Bukankah aku lebih baik dan
lebih agung dari Musa yang hina-dina itu yang tidak cekap
menguraikan isi hatinya dan menerangkan maksud tujuannya.
Megapa Tuhannya tidak memakaikan gelang emas, sebagaimana
lazimnya orang-orang yang diangkat menjadi raja, pemimpin atau
pembesar ? Atau mengapa ia tidak diiringi oleh malaikat-
malaikat sebagai tanda kebesarannya dan bukti kebenarannya
bahwa ia adalah pesuruh Tuhannya ?"

Kelompok orang yang mendengar kata-kata Fir'aun itu dengan
serta-merta mengiyakan dan membenarkan kata-kata rajanya serta
menyatakan kepatuhan yang bulat kepada segala titah dan
perintahnya sebagai warga yang setia kepada rajanya, namun
zalim dan fasiq terhadap Tuhannya.

Dalam pada itu kesabaran Nabi Musa sampai pada puncaknya,
melihat Fir'aun dan pembantu-pambantunya tetap berkeras kepala
menentang dakwahnya, mendustakan risalahnya dan makin
memperhebatkan tindakan kejamnya terhadap kaum Bani Isra'il
terutama para pengikutnya yang menyembunyikan imannya karena
ketakutan daripada kejaran Fir'aun dan pembalasannya yang
kejam dan tidak berperikemanusiaan. Maka disampaikan oleh Nabi
Musa kepada mereka bahwa Allah tidak akan membiarkan mereka
terus-menerus melakukan kekejaman, kezaliman dan penindasan
terhadap hamba-hambaNya dan kufur kepada Allah dan RasulNya.
Akan ditimpakan oleh Allah kepada mereka bila tetap tidak mahu
sedar dan beriman kepadaNya, bermacam azab dan seksa di dunia
semasa hidup mereka sebagai pembalasan yang nyata !

Berdoalah Nabi Musa, memohon kepada Allah, " Ya Tuhan kami,
engkau telah memberi kepada Fir'aun dan kaum kerabatnya
kemewahan hidup, harta kekayaan yang meluap-luap dan
kenikmatan duniawi, yang kesemua itu mengakibatkan mereka
menyesatkan manusia, hamba-hambaMu, dari jalan yang Engkau
redhai dan tuntunan yang Engkau berikan. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka.
Mereka tidak akan beriman dan kembali kepada jalan yang benar
sebelum melihat seksaanMu yang pedih."

Berkat doa Nabi Musa dan permohonannya yang diperkenankan oleh
Allah, maka dilandakanlah kerajaan Fir'aun oleh krisis
kewangan dan makanan, yang disebabkan mengeringnya sungai Nil
sehingga tidak dapat mengairi sawah-sawah dan ladang-ladang
disamping serangan hama yang ganas yang telah menghabiskan
padi dan gandum yang sudah menguning dan siap untuk diketam.
Belum lagi krisis kewangan dan makanan teratasi datang
menyusul bala banjir yang besar disebabkan oleh hujan yang
turun dengan derasnya, sehingga menghanyutkan rumah-rumah,
gedung-gedung dan membinasakan binatang-binatang ternak. Dan
sebagai akibat dari banjir itu berjangkitlah bermacam-macam
wabak dan penyakit yang merisaukan masyarakat seperti hidung
berdarah dan lain-lain. Kemudian datanglah barisan kutu-kutu
busuk dan katak-katak yang menyerbu ke dalam rumah-rumah
sehingga mengganggu ketenteraman hidup mereka, menghilangkan
kenikmatan makan, minum dan tidur, disebabkan menyusupnya
binatang-binatang itu ke dalam tempat-tempat tidur, hidangan
makanan dan di antara sela-sela pakaian mereka.

Pada waktu azab menimpa dan bencana-bencana itu sedang melanda
berdatanglah mereka kepada Nabi Musa minta pertolongannya demi
kenabiannya, agar memohonkan kepada Allah mengangkat bala itu
dari atas mereka dengan perjanjian bahwa mereka akan beriman
dan menyerahkan Bani Isra'il kepada Nabi Musa sekiranya mereka
dapat ditolong dan terhindar dari azab bala itu.

Akan tetapi begitu bala-bala itu tercabut dari atas mereka dan
hilanglah gangguan yang diakibatkan olehnya, mereka
mengingkari janji mereka dan kembali bersikap memusuhi dan
menentang Nabi Musa, seolah-olah apa yang terjadi bukanlah
karena doa dan permohonan Musa kepada Allah tetapi karena
hasil usaha mereka sendiri.

Bacalah tentang isi cerita di atas ayat 26 dari surah,
" Al Mukmin", ayat 51 sehingga ayat 54 surah, "Az Zukhruf",
ayat 88 dan 89 surah, "Yunus" dan ayat 130 sehingga ayat 135
surah, "Al A'raaf" sebagimana berikut,

" Dan berkata Fir'aun {kepada pembesar-pembesarnya} " Biarlah
aku membunuh Musa, dan hendaklah ia memohon kepada Tuhannya,
karena sesungguhnya aku khuatir dia akan menukar agama atau
menimbulkan kerusakan di muka bumi." {Surah Al Mukmin : 26}

" Dan Fir'aun berseru kepada kaumnya {seraya} berkata, " Hai
kaumku ! Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan
{bukankah} sungai-sungai ini mengalir dibawahku, apakah yang
kamu tidak melihatnya ?

52@ Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang
hampir tidak dapat menjelaskan {perkataannya} ?

53@ Mengapa tidak dipakaikan kepadanya gelang emas, atau
malaikat datang bersama-sama dia untuk mengiringkannya."

54@ Maka Fir'aun mempengaruhi kaumnya {dengan perkataan itu},
lalu mereka patuh kepadanya kerana sesungguhnya mereka itu
adalah kaum yang fasiq." {Surah Az Zukhruf: 51 ~ 54}

" 88@ Musa berkata, " Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau telah
memberi kepada Fir'aun dan pemuka-pemuka kaumnya perhiasan dan
harta kekayaan dalam kehidupan dunia, Ya Tuhan kami, akibatnya
mereka menyesatkan {manusia} dari jalan Engkau. Ya Tuhan kami,
binasakanlah harta benda mereka dan kunci matilah hati mereka,
maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat seksaan yang
pedih."

89@ Allah berfirman, " Sesungguhnya telah diperkenankan
permohonan kamu berdua, sebab itu tetaplah kamu berdua pada
jalan yang lurus dan janganlah sesekali kamu mengikuti jalan
orang-orang yang tidak mengetahui." {Surah Yunus: 88 - 89}

" 130@ Dan sesungguhnya Kami telah menghukum {Fir'aun dan}
kaumnya dengan mendatangkan musim kemarau yang panjang dan
kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pengajaran.

131@ Kemudian apabila datang kepada mereka kemakmuran mereka
berkata, " Ini adalah kerana {usaha} kami." Dan jika mereka
ditimpa kesusahan mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada
Musa dan orang-orang yang berserta dengannya. Ketahuilah
sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah,
akan tetapi kebanyakkan mereka tidak mengetahui.

132@ Mereka berkata kepada Musa, " Bagaimana kamu mendatangkan
keterangan kepada kami untuk menyihir kami dengan keterangan
itu, maka sesekali kami tidak akan beriman kepadamu."

133@ Maka Kami {Allah} kirimkan kepada mereka taufan,
belalang, kutu, katak dan darah sebagai bukti yang jelas
tetapi mereka tetap menyombong diri dan mereka adalah kaum
yang berdosa.

134@ Dan ketika mereka ditimpa azab {yang telah diterangkan
itu} mereka pun berkata, " Hai Musa, mohonkanlah untuk kami
kepada Tuhanmu dengan {perantaraan} kenabian yang diketahui
oleh Allah ada pada sisimu. Sesungguhnya jika kamu dapat
menghilangkan azab itu daripada kami pasti kami akan beriman
kepadamu dan akan kami biarkan Bani Isra'il pergi bersamamu."

135@ Maka setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga
batas waktu yang mereka sampai kepadanya, tiba-tiba mereka
mengingkarinya." {Surah Al A'raaf: 130 ~ 135}


*** Bani Isra'il Keluar Dari Mesir.

Bani Isra'il yang cukup menderita akibat tindakan Fir'aun dan
kaumnya cukup merasakan penganiayaan dan hidup dalam ketakutan
di bawah pemerintahan Fir'aun yang kejam dan bengis itu, pada
akhirnya sedar bahwa Musalah yang benar-benar dikirimkan oleh
Allah untuk membebaskan mereka dari cengkaman Fir'aun dan
kaumnya. Maka berduyun-duyunlah mereka datang kepada Nabi Musa
memohon pertolongannya agar mengeluarkan mereka dari Mesir.
Kemudian bertolaklah rombongan kaum Bani Isra'il di bawah
pimpinan Nabi Musa meninggalkan Mesir menuju Baitul Maqdis.
Dengan berjalan kaki dengan cepat karena takut tertangkap oleh
Fir'aun dan bala tenteranya yang mengejar mereka dari belakang
akhirnya tibalah mereka pada waktu fajar di tepi lautan merah
setelah selama semalam suntuk dapat melewati padang pasir yang
luas.

Rasa cemas dan takut makin mencekam hati para pengikut Nabi
Musa dan Bani Isra'il ketika melihat laut terbentang di depan
mereka sedang dari belakang mereka dikejar oleh Fir'aun dan
bala tenteranya yang akan berusaha mengembalikan mereka
ke Mesir. Mereka tidak meragukan lagi bahwa bila mereka
tertangkap, maka hukuman matilah yang akan mereka terima dari
Fir'aun yang zalim itu.

Berkatalah salah seorang dari sahabat Nabi Musa, bernama
Yusha' bin Nun, " Wahai Musa, ke mana kami harus pergi ?"
Musuh berada di belakang kami sedang mengejar dan laut berada
di depan kami yang tidak dapat dilintasi tanpa sampan. Apa
yang harus kami perbuat untuk menyelamatkan diri dari kejaran
Fir'aun dan kaumnya ?"

Nabi Musa menjawab, " Janganlah kamu khuatir dan cemas,
perjalanan kami telah diperintahkan oleh Allah kepadaku, dan
Dialah yang akan memberi jalan keluar serta menyelamatkan kami
dari cengkaman musuh yang zalim itu."

Pada saat yang kritis itu, di mana para pengikut Nabi Musa
berdebar-debar ketakutan, seraya menanti tindakan Nabi Musa
yang kelihatan tenang sahaja, turunlah wahyu Allah kepada
NabiNya dengan perintah agar memukulkan air laut dengan
tongkatnya. Maka dengan izin Allah terbelah laut itu, tiap-
tiap belahan merupakan seperti gunung yang besar. Di antara
kedua belahan air laut itu terbentang dasar laut yang sudah
mengering yang segera di bawah pimpinan Nabi Musa dilewatilah
oleh kaum Bani Isra'il menuju ke tepi timurnya.

Setelah mereka sudah berada di bahagian tepi timur dalam
keadaan selamat terlihatlah oleh mereka Fir'aun dan bala
tenteranya menyusuri jalan yang sudah terbuka di antara dua
belah gunung air itu. Kembali rasa cemas dan takut mengganggu
hati mereka seraya memandang kepada Nabi Musa seolah-olah
bertanya apa yang hendak dia lakukan selanjutnya. Dalam pada
itu Nabi Musa telah diilhamkan oleh Allah agar bertenang
menanti Fir'aun dan bala tenteranya turun semua ke dasar laut.
Karena takdir Allah telah mendahului bahwa mereka akan menjadi
bala tentera yang tenggelam.

Berkatalah Fir'aun kepada kaumnya tatkala melihat jalan
terbuka bagi mereka di antara dua belah gunung air itu,
" Lihat bagaimana lautan terbelah menjadi dua, memberi jalan
kepada kami untuk mengejar orang-orang yang melarikan diri
itu. Mereka mengira bahwa mereka akan dapat melepaskan diri
dari kejaran dan hukumanku. Mereka tidak mengetahui bahwa
perintahku berlaku dan ditaati oleh laut, jangan lagi oleh
manusia. Tidakkah ini semuanya membuktikan bahwa aku adalah
yang berkuasa yang harus disembah olehmu ?"

Maka dengan rasa bangga dan sikap sombongnya turunlah Fir'aun
dan bala tenteranya ke dasar laut yang sudah mengering itu
melakukan gerak cepatnya untuk menyusul Musa dan Bani Isra'il
yang sudah berada di tepi bahagian timur sambil menanti
hukuman Allah yang telah ditakdirkan terhamba-hambaNya yang
kafir itu.

Demikianlah maka setelah Fir'aun dan bala tenteranya berada
di tengah-tengah lautan yang membelah itu, jauh dari kedua
tepinya, tibalah perintah Allah dan kembalilah air yang
menggunung itu menutupi jalur jalan yang terbuka di mana
Fir'aun dengan sombongnya sedang memimpin barisan tenteranya
mengejar Musa dan Bani Isra'il. Terpendamlah mereka hidup-
hidup di dalam perut laut dan berakhirlah riwayat hidup
Fir'aun dan kaumnya untuk menjadi kenangan sejarah dan ibrah
bagi generasi akan datang.

Pada detik-detik akhir hayatnya, seraya berjuang untuk
menyelamatkan diri dari maut yang sudah berada di depan
matanya, berkatalah Fir'aun, " Aku percaya bahwa tiada tuhan
selain Tuhan Musa dan Tuhan Bani Isra'il. Aku beriman pada
Tuhan mereka dan berserah diri kepadaNya sebagai salah seorang
muslim."

Berfirmanlah Allah kepada Fir'aun yang sedang menghadapi
sakaratul maut, " Baru sekarangkah engkau berkata beriman
kepada Musa dan berserah diri kepadaKu ? Tidakkah kekuasaan
ketuhananmu dapat menyelamatkan engkau dari maut ? Baru
sekarangkah engkau sedar dan percaya setelah sepanjang hidupmu
bermaksiat, melakukan penindasan dan kezaliman terhadap hamba-
hambaKu dan berbuat-sewenang-wenang, merusak akhlak dan aqidah
manusia-manusia yang berada di bawah kekuasaanmu. Terimalah
sekarang pembalasanKu yang akan menjadi pengajaran bagi orang-
orang yang akan datang sesudahmu. Akan Aku apungkan tubuh
kasarmu untuk menjadi peringatan bagi orang-orang yang
meragukan akan kekuasaanKu."

Bani Isra'il pengikut-pengikut Nabi Musa masih meragukan
kematian Fir'aun. Mereka masih terpengaruh dengan kenyataan
yang ditanamkan oleh Fir'aun semasa ia berkuasa sebagai raja
bahwa dia adalah manusia luar biasa lain daripada yang lain
dan bahwa dia akan hidup kekal sebagai tuhan dan tidak akan
mati. Khayalan yang masih melekat pada fikiran mereka
menjadikan mereka tidak mahu percaya bahwa dengan
tenggelamnya, Fir'aun sudah mati. Mereka menyatakan kepada
Musa bahwa Fir'aun mungkin masih hidup namun di alam lain.

Nabi Musa berusaha menyakinkan kaumnya bahwa apa yang terfikir
oleh mereka tentang Fir'aun adalah suatu khayalan belaka dan
bahwa Fir'aun sebagai orang biasa telah mati tenggelam akibat
pembalasan Allah atas perbuatannya, menentang kekuasaan Allah
mendustakan Nabi Musa dan menindaskan serta memperhambakan
Bani Isra'il. Dan setelah melihat dengan mata kepala sendiri,
tubuh-tubuh Firaun dan orang-orangnya terapung-apung
di permukaan air, hilanglah segala tahayul mereka tentang
Fir'aun dan kesaktiannya.

Menurut catatan sejarah, bahwa mayat Fir'aun yang terdampar
di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir, lalu diawet
hingga utuh sampai sekarang, sebagaimana dapat dilihat
di muzium Mesir.

Tentang isi cerita yang terurai di atas dapat di baca dalam
surah, " Thaha" ayat 77 sehingga 79, surah, "Asy Syua'ra" ayat
60 sehingga 68, surah "Yunus" ayat 90 sehingga 92 sebagaimana
berikut,

" 77@ Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa,
" Pergilah kamu dengan hamba-hambaKu {Bani Isra'il} di malam
hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu,
kamu tidak usah khuatir akan tersusul dan tidak usah takut
{akan tenggelam}."

78@ Maka Fir'aun dengan bala tenteranya mengejar mereka, lalu
mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka.

79@ Dan Fir'aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi
petunjuk." {Surah Thaha: 77 ~ 79}

" 60@  Maka Fir'aun dan bala tenteranya dapat menyusuli mereka
di waktu matahari terbit.

61@ Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah
pengikut-pengikut Musa, " Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul, sesungguhnya Tuhanku bersertaku, kelak Dia akan
memberi petunjuk kepadaku."

63@ Lalu Kami wahyukan kepada Musa, " Pukullah lautan itu
dengan tongkatmu." Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap
belahan itu adalah seperti golongan yang lain.

65@ Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang bersertanya
semuanya.

66@ Dan Kami tenggelamkan golongan yang lain itu.

67@ Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar merupakan
suatu tanda yang besar {mukjizat} dan kebanyakkan mereka tidak
beriman.

68@ Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Mulia
Perkasa lagi Maha Penyayang." {Surah Asy Syu'ara: 60 ~ 68}

" 90@ Dan Kami memungkinkan Bani Isra'il melintasi laut, lalu
mereka diikuti oleh Fir'aun dan bala tenteranya, karena hendak
menganiaya dan menindas {mereka}, hingga bila Fir'aun itu
telah hampir tenggelam berkatalah dia, " Saya percaya bahwa
tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani
Isra'il dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri
{kepada Allah}."

91@ Apakah sekarang {baru kamu percaya} padahal sesungguhnya
kamu telah durhaka sejak dahulu dan kamu termasuk orang-orang
yang berbuat kerusakkan.

92@ Maka pada hari ini Kami akan selamatkan badanmu supaya
kamu dapat menjadi pengajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakkan dari manusia lengah
dari tanda-tanda kekuasaan Kami." {Surah Yunus: 90 ~ 92}


*** Nabi Musa A.S. dan Bani Isra'il setelah Keluar dari Mesir.

Dalam perjalanan menuju Thur Sina setelah melintasi lautan
di bahagian utara dari Laut Merah dan setelah mereka merasa
aman dari kejaran Fir'aun dan kaumnya. Bani Isra'il yang
dipimpin oleh Nabi Musa itu melihat sekelompok orang-orang
yang sedang menyembah berhala dengan tekunnya. Berkatalah
mereka kepada Nabi Musa,

" Wahai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan berhala
sebagaimana mereka mempunyai berhala-berhala yang disembah
sebagai tuhan." Musa menjawab, " Sesungguhnya kamu ini adalah
orang-orang yang bodoh dan tidak berfikiran sihat. Persembahan
mereka itu kepada berhala adalah perbuatan yang sesat dan
bathil serta pasti akan dihancurkan oleh Allah. Patutkah aku
mencari tuhan untuk kamu selain Allah yang telah memberikan
kurnia kepada kamu, dengan menyelamatkan kamu dari Fir'aun,
melepaskan kamu dari perhambaannya dan penindasannya serta
memberikan kamu kelebihan di atas umat-umat yang lain.
Sesungguhnya suatu permintaan yang aneh daripada kamu, bahwa
kamu akan mencari tuhan selain Allah yang demikian besar
nikmatnya atas kamu, Allah pencipta langit dan bumi serta alam
semesta. Allah yang baru saja kamu saksikan kekuasaanNya
dengan ditenggelamkannya Fir'aun berserta bala tenteranya
untuk keselamatan dan kelangsungan hidupmu."

Perjalanan Nabi Musa dan Bani Isra'il dilanjutkan ke Gurun
Sinai di mana panas matahari sangat teriknya dan sunyi dari
pohon-pohon atau bangunan di mana orang dapat berteduh
di bawahnya. Atas permohonan Nabi Musa yang didesak oleh
kaumnya yang sedang kepanasan diturunkan oleh Allah di atas
mereka awan yang tebal untuk mereka bernaung dan berteduh
di bawahnya dari panas teriknya matahari. Di samping itu
tatkala bekalan makanan dan minuman mereka sudah berkurangan
dan tidak mencukupi keperluan. Allah menurunkan hidangan
makanan "manna", sejenis makanan yang manis sebagai madu dan
"salwa", burung sebangsa puyuh dengan diiringi firmanNya,
" Makanlah Kamu dari makanan-makanan yang baik yang Kami telah
turunkan bagimu."

Demikian pula tatkala pengikut-pengikut Nabi Musa mengeluh
kehabisan air untuk minum dan mandi di tempat yang tandus dan
kering itu, Allah mewahyukan kepada Musa agar memukul batu
dengan tongkatnya. Lalu memancarlah dari batu yang dipukul itu
dua belas mata air, untuk dua belas suku bangsa Isra'il yang
mengikuti Nabi Musa, masing-masing suku mengetahui sendiri
dari mata air mana mereka mengambil keperluan airnya. Bani
Isra'il pengikut Nabi Musa yang sangat manja itu, merasa masih
belum cukup atas apa yang telah Allah berikan kepada mereka
yang telah menyelamatkan mereka dari perhambaan dan penindasan
Fir'aun, memberikan mereka hidangan makanan dan minuman yang
lazat dan segar di tempat yang kering dan tandus, mereka
menuntut lagi dari Nabi Musa agar memohon kepada Allah
menurunkan bagi mereka, apa yang ditumbuhkan oleh bumi dari
rupa-rupa sayur-mayur, seperti ketimun, bawang putih, kacang
adas dan bawang merah karena mereka tidak puas dengan satu
macam makanan.

Terhadap tuntutan mereka yang aneh-aneh itu berkatalah Nabi
Musa, " Mahukah kamu memperoleh sesuatu yang rendah nilai dan
harganya sebagai pengganti dari apa yang lebih baik yang telah
Allah kurniakan kepada kamu ? Pergilah kamu ke suatu kota
di mana pasti kamu akan dapat apa yang telah kamu inginkan dan
kamu minta."

Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al Quran dalam
surah "Al A'raaf ayat 138 sehingga 140 dan 160, serta surah
"Al Baqarah" ayat 61 yang berbunyi sebagai berikut,

" 138@ Dan Kami seberangkan Bani Isra'il ke seberang lautan
itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap
menyembah berhala, mereka {Bani Isra'il} berkata, " Hai Musa,
buatlah untuk kami sebuah tuhan {berhala} sebagaimana mereka
mempunyai beberapa tuhan {berhala}." Musa menjawab,
" Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
{sifat-sifat Tuhan}."

139@ Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang
dianutnya dan akan batal yang selalu mereka kerjakan.

140@ Musa berkata, " Patutkah aku mencari tuhan untuk kamu
yang selain dari Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan
kamu atas segala umat." {Surah Al A'raaf: 138 ~ 140}

" 160@ Dan mereka, Kami bagi menjadi dua belas suku yang
masing-masingnya berjumlah besar dan Kami wahyukan kepada Musa
ketika kaumnya meminta air kepadanya, " Pukullah batu itu
dengan tongkatmu." Maka memancarlah daripadanya dua belas mata
air. Sesungguhnya tiap-tiap suku mengetahui tempat minum
masing-masing. Dan Kami naungkan Awan di atas mereka dan Kami
turunkan kepada mereka manna dan salwa. {Kami berfirman},
" Makanlah baik-baik dari apa yang Kami telah rezekikan
kepadamu." Mereka tidak menganiaya Kami, tetapi merekalah
yang selalu menganiaya dirinya sendiri."
{Surah Al A'raaf: 160}

" 61@ Dan ingatlah ketika kamu berkata, " Hai Musa, kami tidak
boleh sabar {tahan} dengan satu macam makanan saja. Sebab itu
mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, Agar Dia mengeluarkan
bagi kami dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi, iaitu sayur-
mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan
bawang merahnya." Musa berkata, " Mahukah kamu mengambil
sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik ?
Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperolehi apa yang
kamu minta." {Surah Al Baqarah: 61}


*** Musa Bermunajat Dengan Allah.

Menurut riwayat sementara ahli tafsir, bahawasanya tatkala
Nabi Musa berada di Mesir, ia telah berjanji kepada kaumnya
akan memberi mereka sebuah kitab suci yang dapat digunakan
sebagai pedoman hidup yang akan memberi bimbingan dan sebagai
tuntunan bagaimana cara mereka bergaul dan bermuamalah dengan
sesama manusia dan bagaimana mereka harus melakukan
persembahan dan ibadah mereka kepada Allah. Di dalam kitab
suci itu mereka akan dapat petunjuk akan hal-hal yang halal
dan haram, perbuatan yang baik yang diredhai oleh Allah
di samping perbuatan-perbuatan yang mungkar yang dapat
mengakibatkan dosa dan murkanya Tuhan.

Maka setelah perjuangan menghadapi Fir'aun dan kaumnya yang
telah tenggelam binasa di laut, selesai, Nabi Musa memohon
kepada Allah agar diberinya sebuah kitab suci untuk menjadi
pedoman dakwah dan risalahnya kepada kaumnya. Lalu Allah
memerintahkan kepadanya agar untuk itu ia berpuasa selama tiga
puluh hari penuh, iaitu semasa bulan Zulkaedah. Kemudian pergi
ke Bukit Thur Sina di mana ia akan diberi kesempatan
bermunajat dengan Tuhan serta menerima kitab penuntun yang
diminta.

Setelah berpuasa selama tiga puluh hari penuh dan tiba saat ia
harus menghadap kepada Allah di atas bukit Thur Sina. Nabi
Musa merasa segan akan bermunajat dengan Tuhannya dalam
keadaan mulutnya berbau kurang sedap akibat puasanya. Maka ia
menggosokkan giginya dan mengunyah daun-daunan dalam usahanya
menghilangkan bau mulutnya. Ia ditegur oleh malaikat yang
datang kepadanya atas perintah Allah. Berkatalah malaikat itu
kepadanya, " Hai Musa, mengapakah engkau harus menggosokkan
gigimu untuk menghilangkan bau mulutmu yang menurut anggapanmu
kurang sedap, padahal bau mulutmu dan mulut orang-orang yang
berpuasa bagi kami adalah lebih sedap dan lebih wangi dari
baunya kasturi. Maka akibat tindakanmu itu, Allah
memerintahkan kepadamu berpuasa lagi selama sepuluh hari
sehingga menjadi lengkaplah masa puasamu sepanjang empat puluh
hari."

Nabi Musa mengajak tujuh puluh orang yang telah dipilih
diantara pengikutnya untuk menyertainya ke bukit Thur Sina dan
mengangkat Nabi Harun sebagai wakilnya mengurus serta memimpin
kaum yang ditinggalkan selama kepergiannya ke tempat
bermunajat itu.

Pada saat yang telah ditentukan tibalah Nabi Musa seorang diri
di bukit Thur Sina mendahului tujuh puluh orang yang diajaknya
turut serta. Dan ketika ia ditanya oleh Allah, " Mengapa
engkau datang seorang diri mendahului kaummu, hai Musa ?" Ia
menjawab, " Mereka sedang menyusul di belakangku, wahai
Tuhanku. Aku cepat-cepat datang lebih dahulu untuk mencapai
redhaMu."

Berkatalah Musa dalam munajatnya dengan Allah, " Wahai
Tuhanku, nampakkanlah zatMu kepadaku, agar aku dapat
melihatMu"

Allah berfirman, " Engkau tidak akan sanggup melihatKu, tetapi
cubalah lihat bukit itu, jika ia tetap berdiri tegak
di tempatnya sebagaimana sedia kala, maka nescaya engkau akan
dapat melihatKu." Lalu menolehlah Nabi Musa mengarahkan
pandangannya kejurusan bukit yang dimaksudkan itu yang
seketika itu juga dilihatnya hancur luluh masuk ke dalam perut
bumi tanpa menghilangkan bekas. Maka terperanjatlah Nabi Musa,
gementarlah seluruh tubuhnya dan jatuh pengsan.

Setelah ia sedar kembali dari pengsannya, bertasbih dan
bertahmidlah, ia seraya memohon ampun kepada Allah atas
kelancangannya itu dan berkata, " Maha Besarlah Engkau wahai
Tuhanku, ampunilah aku dan terimalah taubatku dan aku akan
menjadi orang yang pertama beriman kepadaMu."

Dalam kesempatan bermunajat itu, Allah menerimakan kepada Nabi
Musa kitab suci " Taurat" berupa kepingan-kepingan batu-batu
atau kepingan kayu menurut sementara ahli tafsir yang
di dalamnya tertulis segala sesuatu secara terperinci dan
jelas mengenai pedoman hidup dan penuntun kepada jalan yang
diredhai oleh Allah.

Allah mengiring pemberian "Taurat" kepada Musa dengan
firmanNya, " Wahai Musa, sesungguhnya Aku telah memilih engkau
lebih dari manusia-manusia yang lain di masamu, untuk membawa
risalahKu dan menyampaikan kepada hamba-hambaKu. Aku telah
memberikan kepadamu keistimewaan dengan dapat bercakap-cakap
langsung dengan Aku, maka bersyukurlah atas segala kurniaKu
kepadamu dan berpegang teguhlah pada apa yang Aku tuturkan
kepadamu. Dalam kitab yang Aku berikan kepadamu terhimpun
tuntunan dan pengajaran yang akan membawa Bani Isra'il
ke jalan yang benar, ke jalan yang akan membawa kebahagiaan
dunia dan akhirat bagi mereka. Anjurkanlah kaummu Bani Isra'il
agar mematuhi perintah-perintahKu jika mereka tidak ingin Aku
tempatkan mereka di tempat-tempat orang-orang yang fasiq."

Bacalah tentang kisah munajat Nabi Musa ini, surah "Thaha"
ayat 83 dan 84 dan surah "Al A'raaf" ayat 142 sehingga ayat
145 sebagaimana berikut,

" 83@ Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, hai
Musa ?"

84@ Berkata Musa, " Itulah mereka sedang menyusuli aku dan aku
bersegera kepadamu ya Tuhanku, agar supaya Engkau redha
kepadaku." {Surah Thaha: 83 ~ 84}

" 142@ Dan Kami telah janjikan kepada Musa {memberikan Taurat}
sesudah berlalu waktu tiga puluh malam dan Kami sempurnakan
jumlah malam itu dengan sepuluh {malam lagi}, maka sempurnalah
waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan
berkata Musa kepada saudaranya, iaitu Harun, " Gantilah aku
dalam {memimpin} kaumku dan perbaikilah dan janganlah kamu
mengikuti jalan orang-orang yang membuat kerusakkan."

143@ Dan tatkala Musa datang untuk {munajat} dengan {Kami}
pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman
{langsung} kepadanya, berkatalah Musa, " Ya Tuhanku,
nampakkanlah {Zat Engkau} kepadaku agar aku dapat melihat
kepada Engkau." Tuhan berfirman, " Kamu sesekali tidak sanggup
melihatKu, tetapi melihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap
di tempatnya {sebagai sediakala} nescaya kamu dapat
melihatKu." Tatkala Tuhannya nampak bagi gunung itu, kejadian
itu menjadikan gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh
pengsan. Maka setelah Musa sedar kembali, dia berkata, " Maha
Suci Engkau, aku bertaubat kepadaMu dan aku orang yang pertama
beriman."

144@ Allah berfirman, " Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih
kamu lebih dari manusia yang lain {di masamu} untuk membawa
risalahKu dan untuk berbicara langsung denganKu sebab itu
berpegang teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan
hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur."

145@ Dan Kami telah tuliskan untuk Musa luluh {Taurat} segala
sesuatu sebagai pengajaran bagi sesuatu. Maka Kami berfirman,
" Berpeganglah kepadanya dengan teguh dan suruhlah kaummu
berpegang kepada {perintah-perintahnya} yang sebaik-baiknya,
nanti Aku akan memperlihatkan kepadamu negeri orang-orang yang
fasiq." {Surah Al A'raaf: 142 ~ 145}


*** Bani Isra'il Kembali Menyembah Patung Anak Lembu.

Nabi Musa berjanji kepada Bani Isra'il yang ditinggalkan
di bawah pimpinan Nabi Harun bahwa ia tidak akan meninggalkan
mereka lebih lama dari tiga puluh hari, dalam perjalanannya
ke Thur Sina untuk berminajat dengan Tuhan. Akan tetapi
berhubung dengan adanya perintah Allah kepada Musa untuk
melengkapi jumlah hari puasanya menjadi empat puluh hari, maka
janjinya itu tidak dapat ditepati dan kedatangannya kembali
ke tengah-tengah mereka tertunda menjadi sepuluh hari lebih
lama daripada yang telah dijanjikan.

Bani Isra'il merasa kecewa dan menyesalkan kelambatan
kedatangan Nabi Musa kembali ke tengah-tengah mereka. Mereka
menggerutu dan mengomel dengan melontarkan kata-kata kepada
Nabi Musa seolah-olah ia telah meninggalkan mereka dalam
kegelapan dan dalam keadaan yang tidak menentu. Mereka merasa
seakan-akan telah kehilangan pimpinan yang biasanya memberi
bimbingan dan petunjuk-petunjuk kepada mereka.

Keadaan yang tidak puas dan bingung yang sedang meliputi
kelompok Bani Isra'il itu, digunakan oleh seorang munafiq,
bernama Samiri yang telah berhasil menyusup ke tengah-tengah
mereka, sebagai kesempatan yang baik untuk menyebarkan benih
syiriknya dan merusakkan akidah para pengikut Nabi Musa yang
baru saja menerima ajaran tauhid dan iman kepada Allah. Samiri
yang munafiq itu menghasut mereka dengan kata-kata bahwa Musa
telah tersesat dalam tugasnya mencari Tuhan bagi mereka dan
bahawa dia tidak dapat diharapkan kembali dan karena itu
dianjurkan oleh Samiri agar mereka mencari tuhan lain sebagai
ganti dari Tuhan Musa.

Samiri melihat bahwa hasutan itu dapat menggoyahkan iman dan
akidah pengikut-pengikut Musa yang memang belum meresapi benar
ajaran tauhidnya segera membuat patung bagi mereka untuk
disembah sebagai tuhan pengganti Tuhannya Nabi Musa. Patung
itu berbentuk anak lembu yang dibuatnya dari emas yang
dikumpulkan dari perhiasan-perhiasan para wanita. Dengan
kepandaian tekniknya patung itu dibuat begitu rupa sehingga
dapat mengeluarkan suara menguap seakan-akan anak lembu sejati
yang hidup. Maka diterimalah anak patung lembu itu oleh Bani
Isra'il, pengikut Nabi Musa yang masih lemah iman dan
akidahnya itu sebagai tuhan persembahan mereka.

Ditegurlah mereka oleh Nabi Harun yang berkata, " Alangkah
bodohnya kamu ini ! Tidakkah kamu melihat anak lembu yang kamu
sembah ini tidak dapat bercakap-cakap dengan kamu dan tidak
pula dapat menuntun kamu ke jalan yang benar. Kamu telah
menganiaya diri kamu sendiri dengan menyembah pada sesuatu
selain Allah."

Teguran Nabi Harun itu dijawab oleh mereka yang telah termakan
hasutan Samiri itu dengan kata-kata, " Kami akan tetap
berpegang pada anak lembu ini sebagai tuhan persembahan kami
sampai Musa kembali ke tengah-tengah kami."

Nabi Harun tidak dapat berbuat banyak menghadapi kaumnya yang
telah berbalik menjadi murtad itu, karena ia khuatir kalau
mereka dihadapi dengan sikap yang keras, akan terjadi
perpecahan di antara mereka dan akan menjadi keadaan yang
lebih rumit dan gawat sehingga dapat menyulitkan baginya dan
bagi Nabi Musa kelak bila ia datang untuk mencarikan jalan
keluar dari krisis iman yang melanda kaumnya itu. Ia hanya
memberi peringatan dan nasihat kepada mereka sambil menanti
kedatanagan Musa kembali dari Thur Sina.

Dalam pada itu, Nabi Musa setelah selesai bermunajat dengan
Tuhan dan dalam perjalanannya kembali ke tempat di mana
kaumnya sedang menunggu memperolehi isyarat tentang apa yang
telah terjadi dan dialami oleh Nabi Harun selama ketiadaannya.
Nabi Musa sangat marah dan sedih hati tatkala ia tiba
di tempat dan melihat kaumnya sedang berpesta mengelilingi
anak patung lembu emas, menyembahnya dan memuji-mujinya. Dan
karena sangat marah dan sedihnya ia tidak dapat menguasai
dirinya, kepingan-kepingan Taurat dilemparkan berantakan.

Harun saudaranya dipegang rambut kepalanya ditarik kepadanya
seraya berkata menegur, " Apa yang engkau buat tatkala engkau
melihat mereka tersesat dan terkena oleh hasutan dan fitnahan
Samiri ? Tidakkah engkau mematuhi perintahku dan pesanku
ketika aku menyerahkan mereka kepadamu untuk engkau pimpin ?
Tidakkah engkau berdaya melawan hasutan Samiri dengan memberi
petunjuk dan penerangan kepada mereka dan mengapa engkau tidak
cepat memadamkan api kemurtadan ini sebelum menjadi besar
begini ?"

Harun berkata menanggapi teguran Musa, " Hai anak ibuku,
janganlah engkau memegang jangut dan rambut kepalaku, menarik-
narikku. Aku telah berusaha memberi nasihat dan teguran kepada
mereka, namun mereka tidak mengindahkan kata-kataku. Mereka
menganggapkan aku lemah dan mengancam akan membunuhku. Aku
khuatir jika aku menggunakan sikap dan tindakan yang keras,
akan terjadi perpecahan dan permusuhan di antara sesama kita,
hal mana akan menjadikan engkau lebih marah dan sedih.
Lepaskanlah aku dan janganlah membuatkan musuh-musuhku
bergembira melihat perlakuanmu terhadap diriku. Janganlah
disamakan aku dengan orang-orang yang zalim."

Setelah mereda rasa jengkel dan sedihnya dan memperoleh
kembali ketenangannya, berkatalah Nabi Musa kepada Samiri,
orang munafiq yang menjadi biang keladi dari kekacauan dan
kesesatan itu, " Hai Samiri, apakah yang mendorongmu menghasut
dan menyesatkan kaumku, sehingga mereka kembali menjadi
murtad, menyembah patung yang engkau buatkan dari emas itu ?"

Samiri menjawab, " Aku telah melihat sesuatu yang mereka tidak
melihatnya. Aku telah melihat kuda malaikat Jibril. Aku
mengambil segenggam tanah bekas jejak telapak kakinya itu,
lalu aku lemparkannya ke dalam emas yang mencair di atas api
dan terjadilah patung anak lembu yang dapat menguak,
mengeluarkan suara sebagaimana anak lembu biasa. Demikianlah
hawa nafsuku membujukku untuk berbuat itu."

Berkata Nabi Musa kepada Samiri, " Pergilah engkau dan
jauhilah pergaulan manusia sebab karena perbuatan kamu itu
engkau harus dipencilkan dan menjadi tabu {sesuatu yang
terlarang}, jika disentuh atau menyentuh seseorang ia akan
menderita sakit demam panas. Ini adalah ganjaranmu di dunia,
sedang di akhirat nerakalah akan menjadi tempatmu. Dan tuhanmu
yang engkau buat dan sembah ini kami akan bakar dan
campakkannya ke dalam laut."

Kemudian berpalinglah Nabi Musa kepada kaumnya berkata, " Hai
kaumku, alangkah buruknya perbuatan yang kamu telah kerjakan
setelah kepergianku ! Apakah engkau hendak mendahului janji
Tuhanmu ? Bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu janji
yang baik, berupa kitab suci ? Ataukah engkau menghendaki
kemurkaan Tuhan menimpa atas dirimu, karena perbuatanmu yang
buruk itu dan perlanggaranmu terhadap perintah-perintah dan
ajaran-ajaranku."

Kaum Musa menjawab, " Kami tidak sesekali melanggar
perjanjianmu dengan kemahuan kami sendiri, akan tetapi kami
disuruh membawa beban-beban perhiasan yang berat kepunyaan
orang Mesir, yang atas anjuran Samiri kami lemparkan ke dalam
api yang sedang menyala. Kemudian perhiasan-perhiasan yang
kami lemparkan itu menjelma menjadi patung anak lembu yang
bersuara, sehingga dapat menyilaukan mata kepala kami dan
menggoyahkan iman yang sudah tertanam di dalam dada kami."

Berkata Musa kepada mereka, " Sesungguhnya kamu telah berbuat
dosa besar dan menyia-nyiakan dirimu sendiri dengan menjadikan
patung anak lembu itu sebagai persembahanmu, maka bertaubatlah
kamu kepada Tuhan, Penciptamu dan Pencipta alam semesta dan
mohonlah ampun daripadanya agar Dia menunjukkan kembali kepada
jalan yang benar."

Akhirnya kaum Musa itu sedar atas kesalahannya dan mengakui
bahwa mereka telah disesatkan oleh syaitan dan memohon ampun
dan rahmat Allah agar selanjutnya melindungi mereka dari
godaan syaitan dan iblis yang akan merugikan mereka di dunia
dan akhirat. Demikian pula Nabi Musa beristighfar memohon
ampun baginya dan bagi Harun saudaranya setelah ternyata bahwa
ia tidak melalaikan tugasnya sebagai wakil Musa dalam
menghadapi krisis iman yang dialami oleh kaumnya. Berdoa Musa
kepada Tuhannya, " Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan
masukkanlah kami berdua ke dalam lingkaran rahmatMu,
sesungguhnya Engkaulah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Setelah suasana yang meliputi hubungan Musa dengan Harun
di satu pihak dan hubungan mereka berdua dengan kaumnya
di lain pihak menjadi tenang kembali, kepingan-kepingan Taurat
yang bertaburan sudah dihimpun dan disusun sebagaimana
asalnya, maka Allah memerintahkan kepada Musa agar membawa
sekelompok dari kaumnya menghadap untuk meminta ampun atas
dosa mereka menyembah patung anak lembu.

Tujuh puluh orang dipilih oleh Nabi Musa di antara kaumnya
untuk diajak pergi bersama ke Thur Sina memenuhi perintah
Allah meminta ampun atas dosa kaumnya. Mereka diperintahkan
untuk keperluan itu agar berpuasa, mensucikan diri, pakaian
mereka dan pada waktu yang telah ditentukan berangkatlah Nabi
Musa bersama tujuh puluh orang itu menuju ke bukit Thur Sina.

Setiba mereka di Thur Sina turunlah awan yang tebal meliputi
seluruh bukit, kemudian masuklah Nabi Musa diikuti para
pengikutnya ke dalam awan gelap itu dan segera mereka
bersujud. Dan sementara bersujud terdengarlah oleh kelompok
tujuh puluh itu percakapan Nabi Musa dengan Tuhannya. Pada
saat itu timbullah dalam hati mereka keinginan untuk melihat
Zat Allah dengan mata kepala mereka setelah mendengar
percakapanNya dengan telinga. Maka setelah selesai Nabi Musa
bercakap-cakap dengan Allah berkatalah mereka kepadanya,
" Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah
dengan terang." Dan sebagai jawapan atas keinginan mereka yang
menunjukkan keingkaran dan ketakburan itu, Allah seketika itu
juga mengirimkan halilintar yang menyambar dan merenggut nyawa
mereka sekaligus.

Nabi Musa merasa sedih melihat nasib fatal yang menimpa
kelompok tujuh puluh orang yang merupakan orang-orang yang
terbaik di antara kaumnya. Ia berseru memohon kepada Allah
agar diampuni dosa mereka seraya berkata, " Wahai Tuhanku, aku
telah pergi ke Thur Sina dengan tujuh puluh orang yang terbaik
di antara kaumku, kemudian aku akan kembali seorang diri,
pasti kaumku tidak akan mempercayaiku. Ampunilah dosa mereka,
wahai Tuhanku dan kembalilah kepada mereka nikmat hidup yang
Engkau telah cabut sebagai pembalasan atas keinginan dan
permintaan mereka yang durhaka itu."

Alah memperkenankan doa Musa dan permohonannya dengan
dihidupkan kembali kelompok tujuh puluh orang itu, maka
bangunlah mereka seakan-akan orang yang baru sedar dari
pengsannya. Kemudian pada kesempatan itu Nabi Musa mengambil
janji dari mereka bahwa mereka akan berpegangan teguh kepada
kitab Taurat sebagai pedoman hidup mereka melaksanakan
perinta-perintahnya dan menjauhi segala apa yang dilarangnya.

Pokok cerita yang dihuraikan di atas, dikisahkan oleh Al Quran
dalam banyak tempat, di antaranya surah, "Thaha" ayat 85
sehingga 98, surah "Al A'raaf" ayat 149, 151, 154, 155 dan
surah "Al Baqarah" ayat 55, 56, 63 dan 64 sebagai berikut,

" 85@ Allah berfirman, " Maka sesungguhnya Kami telah menguji
kaummu sesudah kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan
oleh Samiri."

86@ Kemudian Musa kembali kepada kaumnya, " Bukankah Tuhanmu
telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik ? Maka apakah
terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu melanggar
perjanjian dengan aku ?"

87@ Mereka berkata, " Kami sesekali tidak melanggar perjanjian
kamu dengan kemahuan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa
beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah
melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya."

88@ Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka anak lembu yang
bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata, " Inilah tuhanmu
dan tuhan Musa tetapi Musa telah lupa."

89@ Maka apakah mereka tidak memperhatikan bahawa patung anak
lembu itu tidak dapat memberi jawapan kepada mereka dan tidak
dapat memberi kemudharatan kepada mereka dan tidak pula
kemanfaatan ?

90@ Dan sesungguhnya Harun telah berkata kepada mereka
sebelumnya, " Hai kaumku, sesungguhnya kamu itu hanya diberi
cubaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya Tuhanmu ialah
Tuhan Yang Maha Pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah
perintahku."

91@ Mereka menjawab, " Kami akan tetap menyambah patung anak
lembu ini, hingga Musa kembali kepada kami."

92@ Berkata Musa, " Hai Harun, apa yang menghalangi kamu
ketika kamu melihat telah tersesat,

93@ {sehingga} Kamu tidak mengikuti aku ? Maka apakah kamu
telah sengaja mendurhakai perintahku ?"

94@ Harun menjawab, " Hai putera ibuku, janganlah kamu pegang
janggutku dan jangan pula kepalaku, sesungguhnya aku khuatir
bahawa kamu akan berkata {kepadaku}, " Kamu telah memecah
antara Bani Isra'il dan kamu tidak memelihara amanatku."

95@ Berkatalah Musa, " Apakah yang mendorongmu {berbuat
demikian} hai Samiri ?"

96@ Samiri menjawab, " Aku mengetahui sesuatu yang mereka
tidak mengetahuinya maka aku ambil segenggam dari jejak rasul,
lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku."

97@ Berkata Musa, " Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagi kamu
di dalam kehidupan di dunia ini hanya dapat menyatakan,
" Janganlah menyentuh {aku}." Dan sesungguhnya bagimu hukuman
{di akhirat} yang kamu sesekali tidak dapat menghindarinya dan
lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya.
Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sesungguhnya
akan menghamburkannya ke dalam laut {berupa abu yang
berserakan}.

98@ Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada Tuhan
selain Dia. PengetahuanNya meliputi segala sesuatu."
{Surah Thaha: 85 ~ 98}

" 149@ Dan setelah mereka sangat menyesali perbuatannya dari
mengetahui bahwa mereka telah sesat, mereka pun berkata,
" Sesungguhnya jika Tuhan kami tidak memberi rahmat kepada
kami dan tidak mengampuni kami pastilah kami menjadi orang-
orang yang rugi." {Surah Al A'raaf: 149}

" 151@ Musa berdoa, " Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku
dan masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau dan Engkau adalah
Maha Penyayang di antara para Penyayang."
{Surah Al A'raaf: 151}

" 154@ Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya
kembali luh-luh {Taurat} itu, dan dalam tulisannya terdapat
petunjuk dan rahmat buat orang-orang yang takut kepada
Tuhannya.

155@ Dan Musa memilih tujuh puluh orang dari kaumnya untuk
{memohonkan taubat kepada Kami} pada waktu yang telah Kami
tentukan. Maka ketika mereka digoncang gempa bumi. Musa
berkata, " Ya Tuhanku ! Kalau Engkau kehendaki tentulah Engkau
telah membinasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Engkau
akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang
kurang akal di antara kami ? Itu hanyalah cubaan dari Engkau,
Engkau sesatkan dengan cubaan itu siapa yang Engkau kehendaki
dan Engkau beri petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki.
Engkaulah yang memimpin kami maka ampunilah kami dan
berikanlah kepada kami rahmat dan Engkaulah Pemberi ampun
sebaik-baiknya." {Surah Al A'raaf: 154 ~ 155}

" 55@ Dan {ingatlah} ketika kamu berkata, " Hai Musa, kami
tidak akan beriman kepadamu, sebelum kami melihat Allah dengan
terang." Karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu
menyaksikannya."

56@ Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya
kamu bersyukur." {Surah Al Baqarah: 55 ~ 56}

" 63@ Dan {ingatlah} ketika Kami mengambil janji dari kamu dan
Kami angkatkan gunung { Thur Sina } di atas {seraya Kami
berfirman}, " Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan
kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar
kamu bertakwa. Kemudian kamu berpaling setelah {adanya
perjanjian} itu, maka kalau tidak ada kurnia Allah dan
rahmatNya atasmu, nescaya kamu tergolong orang yang rugi."
{Surah Al Baqarah: 63 ~ 64}


*** Bani Isra'il Mengembara Tidak Berketentuan Tempat
Tinggalnya.

Tidak kurang-kurang kurniaan Allah yang diberikan kepada kaum
Bani Isra'il. Mereka telah dibebaskan dari kekuasaan Fir'aun
yang kejam yang telah menindas dan memperhambakan mereka
berabad-abad lamanya. Telah diperlihatkan kepada mereka
bagaimana Allah telah membinasakan Fir'aun , musuh mereka
tenggelam di laut. Kemudian tatkala mereka berada di tengah-
tengah padang pasir yang kering dan tandus, Allah telah
memancarkan air dari sebuah batu dan menurunkan hidangan
makanan "Manna dan Salwa" bagi keperluan mereka.

Di samping itu Allah mengutuskan beberapa orang rasul dan nabi
dari kalangan mererka sendiri untuk memberi petunjuk dan
bimbingan kepada mereka. Akan tetapi kurnia dan nikmat Allah
yang susul-menyusul yang diberikan kepada mereka, tidaklah
mengubah sifat-sifat mereka yang tidak mengenal syukur,
berkeras kepala dan selalu membangkang terhadap perintah Allah
yang diwahyukan kepada rasulNya.

Demikianlah tatkala Allah mewahyukan perintahNya kepada Nabi
Musa untuk memimpin kaumnya pergi ke Palestin, tempat suci
yang telah dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim untuk
menjadi tempat tinggal anak cucunya, mereka membangkang dan
enggan melaksanankan perintah itu. Alasan penolakan mereka
ialah karena mereka harus menghadapi suku "Kan'aan" yang
menurut anggapan mereka adalah orang-orang yang kuat dan
perkasa yang tidak dapat dikalahkan dan diusir dengan aduan
kekuatan. Mereka tidak mempercayai janji Allah melalui Musa,
bahwa dengan pertolonganNya mereka akan dapat mengusir suku
Kan'aan dari kota Ariha untuk dijadikan tempat pemukiman
mereka selama-lamanya.

Berkata mereka tanpa malu, menunjuk sifat pengejutnya kepada
Musa, " Hai Musa, kami tidak akan memasuki Ariha sebelum
orang-orang suku Kan'aan itu keluar. Kami tidak berdaya
menghadapi mereka dengan kekuatan fizikal kerana mereka telah
terkenal sebagai orang-orang yang kuat dan perkasa. Pergilah
engkau berserta Tuhanmu memerangi dan mengusir orang-orang
suku Kan'aan itu dan tinggalkanlah kami di sini sambil menanti
hasil perjuanganmu."

Naik pitamlah Nabi Musa melihat sikap kaumnya yang pengecut
itu yang tidak mau berjuang dan memeras keringat untuk
mendapat tempat pemukiman tetapi ingin memperolehnya secara
hadiah atau melalui mukjizat sebagaimana mereka telah
mengalaminya dan banyak peristiwa. Dan yang menyedihkan hati
Musa ialah kata-kata mengejek mereka yang menandakan bahwa
dada mereka masih belum bersih dari benih kufur dan syirik
kepada Allah.

Dalam keadaan marah setelah mengetahui bahawa tiada seorang
daripada kaumnya yang akan mendampinginya melaksanakan
perintah Allah itu, berdoalah Nabi Musa kepada Allah, " Ya
Tuhanku, aku tidak menguasai selain diriku dan diri saudaraku
Harun, maka pisahkanlah kami dari orang-orang yang fasiq yang
mengingkari nikmat dan kurniaMu."

Sebagaimana hukuman bagi Bani Isra'il yang telah menolak
perintah Allah memasuki Palestin, Allah mengharamkan negeri
itu atas mereka selama empat puluh tahun dan selama itu mereka
akan mengembara berkeliaran di atas bumi Allah tanpa mempunyai
tempat mukim yang tetap. Mereka hidup dalam kebingungan sampai
musnahlah mereka semuanya dan datang menyusul generasi baru
yang akan mewarisi negeri yang suci itu sebagaimana yang telah
disanggupkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim a.s.

Pokok cerita tersebut di atas dikisahkan oleh Al Quran dalam
surah "Al Maidah" ayat 20 sehingga ayat 26 sebagaimana
berikut,

" 20@ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya, " Hai
kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia mengangkat
nabi-nabi di antaramu, dan dijadikannya kamu orang-orang
merdeka dan diberiNya kepadamu apa yang belum pernah diberiNya
kepada seorang pun di antara umat-umat yang lain."

21@ Hai kaumku, masuklah ke tanah suci {Palestin} yang telah
ditentukan oleh Allah bagimu dan janganlah kamu lari
kebelakang {karena takut kepada musuh} maka kamu akan menjadi
orang-orang yang rugi.

22@ Mereka berkata, " Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu
ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami tidak
sesekali akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya.
Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya."

23@ Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut
{kepada Allah} yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya,
" Serbulah mereka melalui pintu gerbang {kota} itu, maka bila
kamu memasukinya nescaya kamu akan menang. Dan hanya kepada
Allah hendaklah kamu bertawakkal, jika kamu orang-orang yang
beriman."

24@ Mereka berkata, " Hai Musa, kami sesekali tidak akan
memasuki selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya karena
itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu
berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja."

25@ Berkata Musa, " Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali
diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara
kami dengan orang-orang yang fasiq itu."

26@ Allah berfirman, " {Jika demikian} maka sesungguhnya
negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun,
{selama itu} mereka akan berpusing-pusing kebingungan di bumi
itu. Maka janganlah kamu bersedih hati {memikirkan nasib}
orang-orang yang fasiq itu." {Surah Al Maidah: 20 ~ 26}


*** Allah MenghidupKan Kembali Nabi Harun.

Nabi Musa diperintahkan Allah untuk pergi ke bukit Tursina
bersama Nabi Harun. Ketika berangkat pergi, Musa bersama-sama
ke tempat yang di tentukan itu, terdapat pohon yang amat
indah, dan rumah yang cukup sempurna.

Meraka berdua memasuki rumah tersebut, di dalamnya terdapat
tempat tidur yang indah, penuh hiasan dan wangi-wangian.
Ketika Harun memandang suasana tersebut jiwanya amat tertarik
dengan perkakasan rumahnya. Ia berkata kepada Musa, " Wahai
Musa ! Sesungguhnya aku tertarik sekali melihat rumah ini, aku
ingin tidur di atas kamar ini."

Musa menjawab, " Silakan tidur !" Harun berkata, " Tetapi aku
bimbang kalau-kalau pemiliknya datang memarahi aku !" Musa
berkata, " Jangan takut ! Aku yang bertanggungjawab."

Nabi Musa turut tidur bersama Nabi Harun. Dan takdir Allah
menentukan kewafatan Harun saat itu. Nabi Musa pulang seorang
diri, dan dituduh masayarakat bani Israil, membunuh adiknya."

Akhirnya Nabi Musa menunaikan solat dua rakaat dan berdoa
kepada Allah. Allah memakbulkan doa Nabi Musa, dengan
memperlihatkan kepada Bani Israil tempat tidur turun dari
langit dan terpancang di antara langit dan bumi. Barulah
mereka percaya bahawa Nabi Musa tidak membunuh Nabi Harun.
Permintaan mereka selalu dikabulkan Tuhan, tetapi mereka tetap
derhaka kepadaNya.


*** Kisah Sapi Bani Isra'il.

Salah satu dari beberapa mukjizat yang telah diberikan oleh
Allah kepada Nabi Musa ialah penyembelihan sapi yang terkenal
dengan sebutan sapi Bani Isra'il.

Dikisahkan bahwa ada seorang anak laki-laki putera tunggal
dari seorang kaya-raya memperolehi warisan harta peninggalan
yang besar dari ayahnya yang telah wafat tanpa meninggalkan
seorang pewaris selain putera tunggalnya itu.

Saudara-saudara sepupu dari putera tunggal itu iri hati dan
ingin menguasai harta peninggalan yang besar itu atau setidak-
tidaknya sebahagian daripadanya. Dan kerana menurut hukum yang
berlaku pada waktu itu yang tidak memberikan hak kepada mereka
untuk memperoleh walau sebahagian dari peninggalan bapa
saudara mereka, mereka bersekongkol untuk membunuh saudara
sepupu pewaris itu, sehingga bila ia sudah mati, hak atau
warisan yang besar itu akan jatuh kepada mereka.

Pembunuh atas pewaris sah itu dilaksanakan menurut rencana
yang tersusun rapi, kemudian datanglah mereka kepada Nabi Musa
melaporkan, bahwa mereka telah menemukan saudara sepupunya
mati terbunuh oleh seorang yang tidak dikenal identitinya
mahupun tempat di mana ia menyembunyikan diri. Mereka
mengharapkan Nabi Musa dapat menyingkap tabir yang menutupi
peristiwa pembunuhan itu serta siapakah gerangan pembunuhnya.
Untuk keperluan itu, Nabi Musa memohon pertolongan Allah yang
segera mewahyukan perintah kepadanya agar ia menyembelih
seekor sapi dan dengan lidah sapi yang disembelih itu
dipukullah mayat sang korban yang dengan izin Allah akan
bangun kembali memberitahukan siapakah sebenarnya yang telah
melakukan pembunuhan atas dirinya.

Tatkala Nabi Musa menyampaikan cara yang diwahyukan oleh Allah
itu kepada kaumnya, ia ditertawakan dan diejek karena akal
mereka tidak dapat menerima bahwa hal yang sedemikian itu
boleh terjadi. Mereka lupa bahwa Allah telah berkali-kali
menunjukkan kekuasaanNya melalui mukjizat yang diberikan
kepada Musa yang kadang kala bahkan lebih hebat dan lebih
sukar untuk diterima oleh akal manusia berbanding mukjizat
yang mereka hadapi dalam peristiwa pembunuhan pewaris itu.

Berkata mereka kepada Musa secara mengejek, " Apakah dengan
cara yang engkau usulkan itu, engkau bermaksud hendak
menjadikan kami bahan ejekan dan tertawaan orang ? Akan tetapi
kalau memang cara yang engkau usulkan itu adalah wahyu, maka
cubalah tanya kepada Tuhanmu, sapi betina atau jantankah yang
harus kami sembelih ? Dan apakah sifat-sifatnya serta warna
kulitnya agar kami tidak dapat salah memilih sapi yang harus
kami sembelih ?"

Musa menjawab, " Menurut petunjuk Allah, yang harus disembelih
itu ialah sapi betina berwarna kuning tua, belum pernah
dipakai untuk membajak tanah atau mengairi tanaman, tidak
cacat dan tidak pula ada belangnya."

Kemudian dikirimkanlah orang ke pelosok desa dan kampung-
kampung mencari sapi yang dimaksudkan itu yang akhirnya
diketemukannya pada seorang anak yatim piatu yang memiliki
sapi itu sebagai satu-satunya harta peninggalan ayahnya serta
menjadi satu-satunya sumber nafkah hidupnya. Ayah anak yatim
itu adalah seorang fakir miskin yang soleh, ahli ibadah yang
tekun yang pada saat mendekati waktu wafatnya, berdoalah
kepada Allah memohon perlindungan bagi putera tunggalnya yang
tidak dapat meninggalkan warisan apa-apa baginya selain seekor
sapi itu. Maka berkat doa ayah yang soleh itu terjuallah sapi
si anak yatim itu dengan harga yang berlipat ganda karena
memenuhi syarat dan sifat-sifat yang diisyaratkan oleh Musa
untuk disembelih.

Setelah disembelih sapi yang dibeli dari anak yatim itu,
diambillah lidahnya oleh Nabi Musa, lalu dipukulkannya pada
tubuh mayat, yang seketika bangunlah ia hidup kembali dengan
izin Allah, menceritakan kepada Nabi Musa dan para pengikutnya
bagaimana ia telah dibunuh oleh saudara-saudara sepupunya
sendiri.

Demikianlah mukjizat Allah yang kesekian kalinya diperlihatkan
kepada Bani Isra'il yang keras kepala dan keras hati itu namun
belum juga dapat menghilangkan sifat-sifat congkak dan
membangkang mereka atau mengikis habis bibit-bibit syirik dan
kufur yang masih melekat pada dada dan hati mereka.

Ayat-ayat Al Quran yang mengisahkan pokok cerita di atas,
terdapat dalam surah "Al Baqarah" ayat 67 sehingga 73
sebagaimana tersebut di bawah ini,

" 67@ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada kaumnya,
" Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih sapi betina."
Mereka berkata, " Apakah kamu hendak menjadikan kami buah
ejekan." Musa menjawab, " Aku berlindung kepada Allah daripada
menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil."

68@ Mereka menjawab, " Mohonlah kepada Tuhanmu untuk kami,
agar Dia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu ? Musa
menjawab, " Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda pertengahan
antara itu maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan
kepadamu."

69@ Mereka berkata, " Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami
agar Dia menerangkan kepada kami apakah warnanya." Musa
menjawab, " Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu
adalah sapi betina yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan
orang-orang yang memandangnya."

70@ Mereka berkata, " Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami
agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina
itu, karena sesungguhnya sapi itu {masih} samar bagi kami dan
sesungguhnya kami in sya Allah akan dapat petunjuk."

71@ Musa berkata, " Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi
betina adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk
membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak
cacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata, " Sekarang
barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenar."
Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak
melaksanakan perintah itu.

72@ Dan {ingatlah} ketika kamu membunuh seorang manusia lalu
kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak
menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.

73@ Lalu Kami berfirman, " Pukullah mayat itu dengan
sebahagian anggota sapi betina itu." Demikianlah Allah
menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati dan
memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu
mengerti." {Surah Al Baqarah: 67 ~ 73}


*** Nabi Musa dan Al Khidhir.

Pada suatu ketika berpidatolah Nabi Musa di depan kaumnya Bani
Isra'il. Ia berdakwah kepada mereka, memberi nasihat dengan
mengingatkan kepada mereka akan kurnia dan nikmat Allah yang
telah dicurahkan kepada mereka yang sepatutnya diimbangi
dengan syukur dan pelaksanaan ibadah yang tulus, melakukan
segala perintahNya dan meninggalkan segala laranganNya. Kepada
mereka yang beriman, bertaat dan bertakwa, Nabi Musa
menjanjikan pahala syurga dan bagi mereka yang mengingkari
nikmat Allah diancam dengan seksa api neraka.

Begitu Nabi Musa mengakhiri pidatonya, bangunlah di antara
para hadirin bertanya kepadanya, " Wahai Musa, siapakah
di atas bumi Allah ini paling pandai dan paling
berpengetahuan ?" " Aku", jawab Musa. Apakah tidak ada kiranya
orang yang lebih pandai dan lebih berpengetahuan daripadamu ?"
Tanya lagi si penanya itu. " Tidak ada.", ujar Musa seraya
berkata dalam hati kecilnya, " Bukankah aku Nabi terbesar
di antara Bani Isra'il ? Aku adalah penakluk Fir'aun, pemegang
berbagai mukjizat, yang telah dapat membelah laut dengan
tongkatku dan akulah yang memperoleh kesempatan bercakap-cakap
langsung dengan Tuhan. Maka kemuliaan apa lagi yang dapat
melebihi kemuliaan serta kebesaran yang aku capai itu, yang
belum pernah dialami dan dicapai oleh sesiapa pun sebelum
aku."

Rasa sombong dan keunggulan diri yang tercermin dalam kata-
kata Nabi Musa, dicela oleh Allah yang memperingatkan
kepadanya bahwa ilmu itu adalah lebih luas untuk dimiliki oleh
seseorang walaupun ia adalah seorang rasul dan bahwa bagaimana
luasnya ilmu dan pengetahuan seseorang, nescaya akan terdapat
orang lain yang lebih pandai dan lebih alim daripadanya.
Selanjutnya untuk melanjutkan kekurangan yang ada pada diri
Nabi Musa, Allah memerintahkan kepadanya agar menemui seorang
hambaNya di suatu tempat di mana dua lautan bertemu. Hamba
yang soleh yang telah diberinya rahmat dan ilmu oleh Allah itu
akan memberi tambahan pengetahuan dan ilmu kepada Nabi Musa
sehingga dapat menjadikan sedar bahwa tiada manusia yang dapat
membanggakan diri dengan mengatakan bahwa akulah orang yang
terpandai dan berpengetahuan luas di atas bumi ini.

Berkata Musa kepada Tuhan, " Wahai Tuhanku, aku akan pergi
mencari hambaMu yang soleh itu, bagi memperolehi bunga api
ilmunya dan mendapat titisan air pengetahuan dan ilham yang
Engkau telah berikan kepadanya."

Allah berfirman kepada Musa, " Bawalah seekor ikan didalam
sebuah keranjang dalam perjalananmu mencari dia dan ketahuilah
bahwa di tempat di mana engkau akan kehilangan ikan di dalam
keranjang itu, di situ engkau akan menemui hambaKu yang soleh
itu." Nabi Musa menyiapkan diri untuk perjalanan yang jauh,
didampingi oleh, "Yusya' bin Nun", seorang daripada para
pengikutnya yang setia. Ia membawa bekal makanan dan minuman
di antaranya sebuah keranjang yang terisi seekor ikan sesuai
dengan petunjuk Allah. Ia berkeras hati tidak akan kembali
sebelum ia dapat menemui hamba yang soleh itu walaupun ia
harus melakukan perjalanan yang berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun bila perlu. Ia berpesan kepada teman
seperjalanannya, Yusya' bin Nun agar segera memberitahu
kepadanya, bilamana ikan yang di dalam keranjang yang
dibawanya itu hilang.

Tatkala Nabi Musa berserta Yusya' bin Nun sampai di mana dua
lautan bertemu yang telah diisyaratkan dalam firman Allah
kepadanya, tertidurlah ia di atas sebuah batu yang besar yang
berada di tepi lautan. Pada saat ia lagi tidur nyenyak,
turunlah hujan rintik-rintik, membasahi seekor di dalam
keranjang itu dan tanpa mereka ketahui melompatlah ikan
tersebut itu masuk ke dalam laut.

Setelah Musa terjaga dari tidurnya, bangunlah mereka
meneruskan perjalanan yang tidak menentu arah mahupun tujuan.
Dan dalam perjalanan yang sudah agak jauh, berhentilah Musa
beristirehat sekadar untuk menghilangkan rasa penatnya seraya
meminta dari Yusya bin Nun agar menyiapkan santapannya karena
ia sudah sangat lapar. Ketika Yusya bin Nun membuka keranjang
untuk mengambil makanan teringatlah olehnya akan ikan yang
hilang dan melompat ke dalam laut. Maka berkatalah Yusya'
kepada Nabi Musa,

" Aku telah dilupakan oleh syaitan untuk memberitahu kepadamu
segera, bahwa tatkala engkau berada di atas batu karang sedang
tidur nyenyak, ikan kami yang berada di dalam keranjang tiba-
tiba hidup kembali setelah kejatuhan air hujan dan melompat
masuk ke dalam laut. Sepatutnya aku melapurkan kepadamu
segera, sesuai dengan pesananmu, namun aku dilupakan oleh
syaitan."

Wajah Nabi Musa berseri-seri menjadi kegirangan mendengar
berita itu dari Yusya' karena telah dapat mengetahui di mana
ia akan dapat bertemu dengan hamba Allah yang dicari itu.
Berkata Musa kepada Yusya, " Inilah tempat yang kami tuju dan
disini kami akan menemui orang yang kami cari. Marilah kami
kembali ke tempat batu karang itu yang menjadi tempat tujuan
terakhir dari perjalanan kami yang jauh ini."

Setiba mereka kembali di tempat di mana mereka kehilangan
ikan, mereka melihat seorang bertubuh kurus langsing yang pada
wajahnya tampak cahaya dan iman serta tanda-tanda orang soleh.
Ia sedang menutupi tubuhnya dan pakaiannya sendiri, yang
segera disingkapnya ketika mendengar kata-kata salam Nabi Musa
kepadanya.

" Siapakah engkau ?" Bertanya orang soleh itu. Musa menjawab,
" Aku adalah Musa." Bertanya kembali orang soleh itu, " Musa,
nabi Bani Isra'ilkah ?" " Betul", jawab Musa, seraya bertanya,
" Dari manakah engkau mengetahui bahawa aku adalah Nabi Bani
Isra'il ?" " Dari yang mengutusmu kepadaku ", jawab orang
soleh itu. " Inilah hamba Allah yang aku cari.", berkata Musa
dalam hatinya, seraya mendekatinya dan berkata kepadanya,
" Dapatkah engkau memperkenankan aku mengikutimu dan berjalan
bersamamu ke mana saja engkau pergi sebagai bayanganmu dan
sebagai muridmu ? Aku akan mematuhi segala petunjuk dan
perintahmu."

Hamba soleh atau menurut banyak pendapat ahli-ahli tafsir Nabi
Al Khidhir itu menjawab, " Engkau tidak akan sabar dan tidak
dapat menahan diri bila engkau mengikutiku dan berjalan
bersamaku. Engkau akan mengalami dan melihat hal-hal yang
ajaib yang sepintas lalu nampak seakan-akan perbuatan yang
salah dan mungkar, namun pada hakikatnya adalah perbuatan
benar dan wajar, dan engkau sebagai manusia tidak akan berdiam
diri melihatku melakukan perbuatan dan tingkah laku yang
ganjil menurut pandanganmu."

Musa menjawab dengan sikap seorang murid yang ingin belajar
dan menambah pengetahuan, " In sya Allah engkau akan mendapati
aku seorang yang sabar yang tidak akan melanggar sesuatu
perintah atau petunjuk daripadamu."

Berkata Al Khidhir kepada Musa, " Jika engkau benar-benar
ingin mengikutiku dan berjalan bersamaku maka engkau harus
berjanji tidak akan mendahului, bertanya tentang sesuatu
sebelum aku memberitahukan kepadamu. Engkau harus berjanji
bahwa engkau tidak akan menentang segala perbuatan dan
tindakan yang aku lakukan dihadapanmu walaupun menurut
pandanganmu itu salah dan mungkar. Aku dengan sendirinya
memberi alasan dan tafsiran bagi segala tindakan dan
perbuatanku kepadamu kelak pada akhir perjalanan kami berdua."

Dengan diterimanya pensyaratan Nabi Al Khidhir oleh Musa yang
berjanji akan mematuhinya bulat-bulat, maka diajaklah Nabi
Musa mengikutinya dalam perjalanan.

Pelanggaran pertama terhadap persyaratan Al Khidhir terjadi
tatkala mereka sampai di tepi pantai, di mana terdapat sebuah
perahu sedang berlabuh. Nabi Al Khidhir meminta pertolongan
pemilik perahu itu, agar menghantar mereka di suatu tempat
yang di tuju. Dengan senang hati diangkutlah mereka berdua
secara percuma tanpa bayaran bahkan dihormati dan diberi
layanan yang baik kerana dilihatnya oleh pemilik perahu bahwa
kedua orang itu memiliki sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak
terdapat pada orang biasa.

Tatkala mereka berada dalam perut perahu yang sedang meluncur
dengan lajunya di antara gelombang-gelombang, tiba-tiba Musa
melihat Al Khidhir melubangi perahu itu dengan mengambil dua
keping kayunya. Perbuatan mana yang dianggap oleh Musa suatu
gangguan dan kerusakan bagi milik seseorang yang telah berbuat
baik terhadap mereka.

Musa lupa akan janjinya sendiri dan ditegurlah Al Khidhir
dengan berkata, " Engkau telah melakukan perbuatan mungkar
dengan merusak dan melubangi perahu ini. Apakah dengan
perbuatan kamu ini engkau hendak menenggelamkan perahu ini
dengan semua penumpangnya ? Tidakkah engkau merasa kasihan
kepada pemilik perahu ini yang telah berjasa kepada kami dan
menghantarkan kami ke tempat yang kami tuju tanpa membayar
sesen pun ?"

Berkata Al Khidhir menjawab teguran Musa, " Bukankah aku telah
katakan kepadamu bahawa engkau tidak akan sabar menahan diri
melihat tindak-tandukku di dalam perjalanan menyertaiku."

Musa berkata, " Maafkanlah daku. Aku telah lupa akan janjiku
sendiri. Janganlah aku dipersalahkan dan dimarahi akan
kelupaanku."

Permintaan maaf Musa diterimalah oleh Al Khidhir dan tibalah
mereka berdua di tempat yang dituju di sebuah pantai. Kemudian
perjalanan dilanjutkan di darat dan bertemulah mereka dengan
seorang anak laki-laki yang sedang bermain-main dengan kawan-
kawannya. Tiba-tiba dipanggillah anak itu oleh Al Khidhir,
dibawanya ke tempat yang agak jauh, dibaringkannya dan
dibunuhnya seketika itu. Alangkah terperanjatnya Musa melihat
tindakan Al Khidhir yang dengan sewenang-wenangnya telah
membunuh seorang anak yang tidak berdosa, seorang yang mungkin
sekali dalam fikiran Musa adalah harapan satu-satunya bagi
kedua orang tuanya.

Musa sebagai Nabi yang diutus oleh Allah untuk memerangi
kemungkaran dan kejahatan tidak dapat berdiam diri melihat
Al Khidhir melakukan pembunuhan yang tiada beralasan itu, maka
ditegurlah ia seraya berkata, " Mengapa engkau telah membunuh
seorang anak yang tidak berdosa ? Sesungguhnya engkau telah
melakukan perbuatan yang mungkar dan keji."

Al Khidhir menjawab dengan sikap dinginnya, " Bukankah aku
telah berkata kepadamu, bahwa engkau tidak akan sabar menahan
diri berjalan dengan aku ?"

Dengan rasa malu mendengar teguran Al Khidhir itu, berucaplah
Musa, " Maafkanlah aku untuk kedua kalinya dan perkenankanlah
untuk aku meneruskan perjalanan bersamamu dengan pergertian
bahwa bila terjadi lagi perlanggaran dari pihakku untuk kali
ketiganya, maka janganlah aku diperbolehkan menyertaimu
seterusnya. Sesungguhnya telah cukup engkau memberi uzur dan
memberi maaf kepadaku."

Dengan janji terakhir yang diterima oleh Al Khidhir dari Musa
diteruskanlah perjalanan mereka berdua sampai tiba di suatu
desa di mana mereka ingin beristirehat untuk menghilangkan
lelah dan penat mereka akibat perjalanan jauh yang telah
ditempuh. Mereka berusaha untuk mendapat tempat penginapan
sementara dan sedikit bahan makanan untuk sekadar mengisi
perut kosong mereka, namun tidak seorang pun dari penduduk
desa yang memang terkenal bachil {pelit} itu yang mahu
menolong mereka memberi tempat beristirehat atau sesuap
makanan sehingga dengan rasa kecewa mereka segera meninggalkan
desa itu.

Dalam perjalanan Musa dan Al Khidhir hendak keluar dari desa
itu mereka melihat dinding salah satu rumah desa itu nyaris
roboh. Segera Al Khidhir menghampiri dinding itu dan
ditegakkannya kembali. Dan secara spontan, tanpa disedar,
berkata Musa kepada Al Khidhir, " Hairan bin ajaib, mengapa
engkau berbuat kebaikan bagi orang-orang yang jahat dan pelit
ini. Mereka telah menolak untuk memberi kepada kami tempat
istirehat dan sesuap makanan untuk perut kami yang lapar.
Sepatutnya engkau menuntut upah bagi usahamu menegakkan
dinding itu, agar dengan upah yang engkau perolehi itu dapat
kami menutupi keperluan makan minum kami."

Al Khidhir menjawab, " Wahai Musa, inilah saat untuk kami
berpisah sesuai dengan janjimu yang terakhir. Cukup sudah aku
memberimu kesempatan dan uzur. Akan tetapi sebelum kami
berpisah, akan aku berikan kepadamu tujuan serta alasan-alasan
perbuatan-perbuatanku yang engkau rasakan tidak wajar dan
kurang patut."

" Ketahuilah hai Musa", Al Khidhir melanjutkan huraiannya,
" Bahawa pengrusakan bahtera yang kami tumpangi itu adalah
dimaksudkan untuk menyelamatkannya dari pengambil alihan oleh
seorang raja yang zalim yang sedang mengejar di belakang
bahtera itu. Sedang bahtera itu adalah milik orang-orang
fakir miskin yang digunakan sebagai sarana mencari nafkah bagi
hidup mereka sehari-hari. Dengan melubangi yang aku lakukan
dalam bahtera itu, si raja yang zalim itu akan berfikir dua
kali untuk merampas bahtera itu yang dianggapnya rusak dan
berlubang itu. Maka perbuatanku yang pada lahirnya adalah
pengrusakan milik orang, namun tujuannya ialah
menyelamatkannya dari tindakan perampasan sewenang-wenangnya."

" Adapun tentang anak yang aku bunuh itu ialah bertujuan
menyelamatkan kedua orang tuanya dari gangguan anak yang
durhaka itu. Kedua orang tua anak itu adalah orang-orang yang
mukmin, soleh dan bertakwa yang aku khuatirkan akan menjadi
tersesat dan melakukan hal-hal yang buruk karena dorongan
anaknya yang durhaka itu. Aku harapkan dengan matinya anak itu
Allah akan mengurniai anak pengganti yang soleh dan berbakti
kepada mereka berdua."

" Sedang mengenai dinding rumah yang ku perbaiki dan ku
tegakkan kembali itu adalah karena dibawahnya terpendam harta
peninggalan milik dua orang anak yatim piatu. Ayah mereka
adalah orang yang soleh, ahli ibadah dan Allah menghendaki
bahwa warisan yang ditinggalkan untuk kedua anaknya itu sampai
ketangan mereka selamat dan utuh bila mereka sudah mencapai
dewasanya, sebagai rahmat dari Tuhan serta ganjaran bagi ayah
mereka yang soleh dan bertakwa itu."

" Demikianlah wahai Musa, apa yang ingin engkau ketahui
tentang tujuan tindakan-tindakanku yang sepintas lalu engkau
anggap buruk dan melanggar hukum. Semuanya itu telah kulakukan
bukan atas kehendakku sendiri tetapi atas tuntunan wahyu Allah
kepadaku."

Kisah Musa dan Al Khidir ini dapat dibaca dalam surah,
"Al Kahfi" ayat 60 sehingga ayat 82 yang bermaksud,

" 60@ Dan {ingatlah} ketika Musa berkata kepada muridnya,
" Aku tidak akan berhenti berjalan sebelum sampai ke pertemuan
dua buah lautan atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun."

61@ Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua laut itu,
mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil
jalannya ke laut itu.

62@ Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh berkatalah Musa
kepada muridnya, " Bawalah kemari makanan kita sesungguhnya
kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini."

63@ Muridnya menjawab, " Tahukah kamu tatkala kita mencari
tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa
menceritakan tentang ikan itu dan tidaklah yang melupakan aku
untuk menceritakannya kecuali syaitan dan ikan itu mengambil
jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali."

64@ Musa berkata, " Itulah tempat yang kita cari." Lalu
keduanya kembali, mengikuti jejak mereka sendiri.

65@ Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-
hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi
Kami dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi
Kami.

66@ Musa berkata kepada Al Khidhir, " Bolehkah aku mengikutimu
supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara
ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu ?"

67@ Dia menjawab, " Sesungguhnya kamu sesekali kamu tidak akan
sanggup sabar bersamaku,

68@ Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu
belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu ?"

69@ Musa berkata, " In sya Allah kamu akan mendapati aku
sebagai seorang yang sabar dan aku tidak akan menentangmu
dalam sesuatu urusan pun."

70@ Dia berkata, " Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu
menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku
sendiri menerangkannya kepadamu."

71@ Maka berjalanlah keduanya, hingga keduanya menaiki perahu,
lalu Al Khidhir melubanginya. Musa berkata, " Mengapa kamu
melubangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan
penumpangnya ? Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu
kesalahan yang besar."

72@ Dia {Al Khidhir} berkata, " Bukankah aku telah katakan,
sesungguhnya kamu sesekali tidak akan sabar bersama dengan
aku."

73@ Musa berkata, " Janganlah kamu menghukum aku kerana
kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu
kesulitan dalam urusanku,"

74@ Maka berjalanlah keduanya hingga tatkala keduanya berjumpa
dengan seorang pemuda maka Al Khidhir membunuhnya. Musa
berkata, " Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan kerana
dia membunuh orang lain ? Sesungguhnya kamu telah melakukan
sesuatu yang mungkar."

75@ Al Khidhir berkata, " Bukankah sudah kukatakan kepadamu
bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku ?"

76@ MUsa berkata, " Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu
sesudah {kali ini}, maka janganlah kamu memperbolehkan aku
menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur
padaku."

77@ Maka keduanya berjalan hingga tatkala keduanya sampai
kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak
mahu menjamu mereka kemudian keduanya dapati dalam negeri itu
ada dinding rumah yang hampir roboh, maka Al Khidhir
menegakkan dinding itu. Musa berkata, " Jikalau kamu mahu
nescaya kamu akan mengambil upah untuk itu."

78@ Al Khidhir berkata, " Inilah perpisahan antara aku dengan
kamu, kelak akan ku beritahukan kepadamu tujuan perbuatan-
perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.

79@ Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin
yang bekerja di laut dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu
kerana di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-
tiap bahtera.

80@ Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang tuanya adalah
orang-orang mukmin dan kami khuatir dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.

81@ Dan kami menghendaki supaya Tuhan mereka mengganti bagi
mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari
anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya {kepada
ibubapanya}.

82@ Adapun dinding rumah itu kepunyaan dua orang anak muda
yang yatim di kota itu sedang ayahnya adalah seorang yang
soleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai
kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai
rahmat dari Tuhanmu dan bukanlah aku melakukannnya itu menurut
kemahuanku sendiri. Demikianlah itu adalah tujuan perbuatan-
perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya."
{Surah Al Kahfi: 60 ~ 82}


*** Nabi Musa dan Qarun si Kaya Raya.

Qarun adalah nama seorang daripada kaum Nabi Musa dan
keluarganya yang dekat. Ia dikurniai Allah kelapangan rezeki
dan kekayaan harta benda yang besar yang tidak ternilai
bilangannya. Ia hidup mewah, selalu mujur dalam usahanya
mengumpulkan kekayaan, sehingga menjadi padatlah khazanahnya
dengan harta benda dan benda-benda yang sangat berharga.
Sampai-sampai para juru kuncinya tidak berdaya membawa atau
memikul kunci-kunci peti khazanahnya karena sangat banyak dan
beratnya. Ia hidup secara mewah dan menonjol di antara kaum
dan penduduk kotanya. Segala-galanya adalah luar biasa dan
lain daripada yang lain. Gedung-gedung tempat tinggalnya,
pakaiannya sehari-hari, pelayan-pelayannya dan hamba-hamba
sahayanya yang bilangannya melebihi keperluan.

Dan walaupun ia tenggelam dalam lautan kenikmatan duniawi yang
tiada taranya pada masa itu, ia merasa masih belum puas dengan
tingkat kekayaan yang ia miliki dan terus berusaha mengisi
khazanahnya yang sudah padat itu, sifat manusia yang serakah
yang tidak akan pernah puas dengan apa yang sudah dicapai.
Jika ia sudah memiliki segantang emas, ia ingin memperolehi
segantang yang kedua dan demikian seterusnya.

Sebagaimana halnya dengan kebanyakan orang-orang kaya yang
telah dimabukkan oleh harta bendanya, maka Qarun tidak merasa
sedikit pun bahwa dia mempunyai kewajiban sosial dengan harta
kekayaannya itu. Ia dalam hidupnya hanya memikirkan kesenangan
dan kesejahteraan peribadinya, memikirkan bagaimana ia dapat
menambahkan kekayaannya yang sudah melimpah-limpah itu. Ia
telah dinasihati oleh pemuka-pemuka kaumnya agar ia
menyediakan sebahagian daripada kekayaannya bagi menolong para
fakir miskin, menolong orang-orang yang telanjang yang tidak
berpakaian dan lapar tidak dapat makanan. Ia diperingatkan
bahwa kekayaan yang ia perolehi itu adalah kurniaan dari Tuhan
yang harus disyukuri dengan beramal kebajikan terhadap sesama
manusia dan melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
meringankan penderitaan orang-orang yang ditimpa musibah atau
menderita cacat.

Diperingatkan bahwa Allah yang telah memberinya rezeki yang
luas itu, dapat sewaktu-waktu mencabutnya bila ia melalaikan
kewajiban sosialnya. Nasihat yang baik dan peringatan yang
jujur yang dikemukakan oleh pemuka-pemuka kaumnya itu tidak
diendahkan oleh Qarun dan tidak mendapat tempat didalam
hatinya. Ia bahkan merasa bahwa karena kekayaannya ialah yang
harus memberi nasihat dan bukan menerima nasihat. Orang harus
tunduk kepadanya, mematuhi perintahnya, mengiakan kata-katanya
dan membenarkan segala tindak tanduknya. Ia menyombongkan diri
dengan mengatakan kepada orang-orang yang memberikan nasihat
itu bahwa kekayaan yang ia miliki adalah semata-mata hasil
jerih payahnya dan hasil kecekapan dan kepandaiannya berusaha
dan bukan merupakan kurnia atau pemberian dari sesiapa pun.

Karenanya ia bebas menggunakan harta kekayaannya menurut
kehendak hatinya sendiri dan tidak merasa terikat oleh
kewajipan sosial berupa pertolongan dan bantuan kepada para
fakir miskin dan para penderita yang memerlukan bantuan dan
pertolongan. Sebagai tentangan bagi para orang yang
menasihatinya, Qarun makin meningkatkan cara hidup mewahnya
dan secara mempamerkan kekayaannya dengan berlebih-lebihan.
Bila ia keluar, Ia mengenakan pakaian dan perhiasan yang
bergemerlapan, membawa pengantar dan pembantu lebih banyak
daripada biasanya dan mengenderai kuda-kuda yang dihiasi
dengan indah dan cantik. Kemewahan yang ditonjolkan secara
menyolok itu, merasakan iri hati dikalangan penduduk terutama
mereka yang masih lemah imannya. Mereka berbisik-bisik
diantara sesama mereka mengeluh dengan berkata,

" Mengapa kami tidak diberi rezeki dan kenikmatan seperti yang
telah diberikan kepada Qarun ? Alangkah mujurnya nasib Qarun
dan alangkah bahagianya dia dalam hidupnya di dunia ini ! Dan
mengapa Tuhan melimpahkan kekayaan yang besar itu kepada Qarun
yang tidak mempunyai rasa belas kasihan terhadap orang-orang
yang melarat dan sengsara, orang-orang yang fakir dan miskin
yang memerlukan pertolongan berupa pakaian mahupun makanan.
Dimanakah letak keadilan Allah yang Maha Pemurah lagi Maha
Pengasih itu ?"

Qarun yang tidak mengabaikan anjuran orang, agar ia secara
sukarela menyediakan sebahagiaan harta kekayaannya untuk
disedekahkan kepada orang-orang yang memerlukannya, melarat
dan miskin, akhirnya didatangi oleh Nabi Musa menyampaikan
kepadanya bahwa Allah telah mewahyukan perintah berzakat bagi
tiap-tiap orang yang kaya dan berada. Diterangkan oleh Musa
kepadanya bahwa dalam harta kekayaan, tiap ada bahagian yang
telah ditentukan oleh Tuhan sebagai hak orang-orang yang
melarat dan fakir miskin yang wajib diserahkan kepada mereka.

Qarun merasa jengkel menerima perintah wajib berzakat itu dan
menyatakan keraguan dan kesangsian kepada Musa. Ia berkata,
" Hai MUsa, kami telah membantumu dan menyokongmu dalam
dakwahmu kepada agama barumu. Kami telah menuruti segala
perintahmu dan mendengarkan segala kata-katamu. Sikap kami
yang lunak itu terhadap dirimu telah memberanikan engkau
bertindak lebih jauh dari apa yang sepatutnya dan mulailah
engkau ingin meraih harta benda kami. Engkau rupanya ingin
juga menguasai harta kekayaan kami setelah kami serahkan
kepadamu hati dan fikiran kami sebulat-bulatnya. Dengan
perintah wajib zakatmu ini, engkau telah membuka topengmu dan
menunjukkan dustamu dan bahwa engkau hanya seorang pendusta
dan ahli sihir belaka."

Tuduhan Qarun yang ingin melepaskan dirinya dari wajib
berzakat itu ditolak oleh Nabi Musa yang menegaskan kembali
bahwa kewajiban berzakat itu tidak dapat ditawar-tawar dan
harus dilaksanakan karena ia adalah perintah Allah yang harus
ditaati dan dilaksanakan dengan semestinya. Qarun tidak
mendapat jalan untuk mengelakkan diri dan kewajiban zakat itu
setelah berbantah dan berdebat dengan Musa, maka ia menyerah
dan ditentukan berapa besar yang harus ia keluarkan zakat
harta kekayaannya.

Setelah tiba di rumah dan menghitung-hitung bahagian yang
harus dizakatkan dari harta miliknya, Qarun merasa terlampau
besar yang harus dizakatkan dan merasa sayang bahwa ia harus
mengeluarkan dari khazanahnya sejumlah wang tanpa meperolehi
imbalan sesuatu keuntungan dan laba. Fikir punya fikir dan
timbang punya timbang akhirnya Qarun mengambil keputusan untuk
tidak akan mengeluarkan zakat, walau apapun yang akan terjadi
akibat tindakannya itu.

Untuk menguatkan aksi pemboikotannya terhadap kewajiban
mengeluarkan zakat, Qarun menyebarkan fitnah kepada Nabi Musa
dengan maksud menarik orang, agar menjadikan penunjang aksinya
dan mengikutinya menolak kewajiban mengeluarkan zakat
sebagaimana diperintahkan oleh Nabi Musa. Ia menyebarkan
fitnah seolah-olah Nabi Musa dengan dakwahnya dan penyiaran
agama barunya bertujuan ingin memperkayakan diri dan bahwa
perintah zakatnya itu adalah merupakan cara perampasan yang
halus terhadap milik-milik para pengikutnya.

Lebih jahat lagi untuk menjatuhkan Nabi Musa dan
kewibawaannya, Qarun bersekongkol dengan seorang wanita yang
diajarinya agar mengaku didepan umum, bahwa ia telah melakukan
perbuatan zina dengan Musa. Akan tetapi Allah tidak rela nama
RasulNya tercemar oleh tuduhan palsu yang diaturkan oleh Qarun
itu. Maka digerakkanlah hati wanita sewaannya itu untuk
mengatakan keadaan yang sebenarnya dan bahwa apa yang ia
tuduhkan kepada Nabi Musa adalah fitnahan dan ajaran Qarun
semata-mata dan bahawasanya Musa adalah bersih dari perbuatan
yang dituduh itu.

Setelah ternyata bagi Nabi Musa bahwa Qarun tidak beriktikad
baik dan bahwa ia tidak dapat diharap menjadi pengikut yang
soleh yang mematuhi perintah-perintah Allah, terutama perintah
wajib zakat bahkan ia dapat merusakkan akhlak dan iman para
pengikut Musa dengan sikap dan cara hidupnya yang berlebih-
lebihan mewahnya, ditambahkan pula usahanya yang tidak henti-
henti merusakkan kewibawaan Nabi Musa dengan melontarkan
fitnahan dan berbagai hasutan maka habislah kesabaran Nabi
Musa, lalu berdoa ia kepada Allah agar menurunkan azabNya atas
diri Qarun yang sombong dan congkak itu, agar menjadi
pengajaran dan ibrah bagi kaumnya yang sudah mulai goyah
imannya melihat kenikmatan yang berlimpah-limpah yang telah
Allah kurniakan kepada Qarun yang membangkang itu.

Maka dengan izin Allah yang telah memperkenankan doa Nabi Musa
terjadilah tanah runtuh yang dahsyat di atas mana terletak
bangunan gedung-gedung yang mewah tempat tinggal Qarun dan
tempat penimbunan kekayaannya. Terbenamlah seketika itu Qarun
hidup-hidup berserta semua milik kekayaan yang menjadi
kebanggaannya.

Peristiwa yang menimpa Qarun dan harta kekayaannya itu menjadi
ibrah bagi pengikut-pengikut Nabi Musa serta ubat rohani bagi
mereka yang beriri hati dan mendambakan kenikmatan dan
kemewahan hidup sebagaimana yang telah dialami oleh Qarun.
Mereka berkata seraya bersyukur kepada Allah, " Sekiranya
Allah telah melimpahkan rahmat dan kurniaNya, nescaya kami
dibenamkan pula seperti Qarun yang selalu kami inginkan
kedudukan duniawinya. Sesungguhnya kami telah tersesat ketika
kami beriri hati dan mendambakan kekayaannya yang membawa
binasa baginya. Aduhai benar-benar tidaklah beruntung orang-
orang yang mengingkari nikmat Allah."

Isi cerita tersebut di atas dapat dibaca dalam surah,
"Qashash" ayat 76 sehingga 82 dan surah, "Al Ahzaab" ayat 69
sebagaimana berikut,

" 76@ Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa maka ia
berlaku aniaya terhadap mereka dan Kami telah menganugerahkan
kepadanya perbendaharaan harta yang kuncinya sungguh berat
dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. {Ingatlah ketika
kaumnya berkata kepadanya}, " Janganlah kamu terlalu bangga
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu
membanggakan diri."

77@ Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan kepadamu
{kebahagiaan} negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari {kenikmatan} duniawi dan berbuat baiklah
{kepada orang lain} sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakkan di {muka} bumi
ini. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
berbuat kerusakkan.

78@ Qarun berkata, " Sesungguhnya aku diberi harta itu karena
ilmu yang ada padaku." Dan apakah ia tidak mengetahui
bahwasannya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat
sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak
mengumpulkan harta ? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-
orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka.

79@ Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dengan kemegahannya.
Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia,
" Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah
diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
peruntungan yang besar."

80@ Berkatalah orang-orang yang telah dianugerahi ilmu,
" Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah
lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal soleh dan
tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang-orang yang
sabar."

81@ Maka Kami benamkan Qarun berserta rumahnya ke dalam bumi.
Maka tidak ada baginya suatu golongan pun yang menolongnya
terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang
{yang dapat} membela {dirinya}.

82@ Dan jadilah orang-orang yang kelmarin mencita-citakan
kedudukan Qarun itu berkata, " Aduhai, benarlah Allah
melapangkan rezeki bagi siapa yang dia kehendaki dari hamba-
hambaNya dan menyempitkannya. Kalau Allah tidak melimpahkan
kurniaNya atas kita, benar-benar Dia {Allah} telah membenamkan
kita {pula}. Aduhai benarlah, tidak beruntung orang-orang yang
mengingkari {nikmat} Allah." {Surah Al Qashash: 76 ~ 82}

" Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti
orang-orang yang menyakiti Musa maka Allah membersihkannya
dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia
seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah."
{Surah Al Ahzaab: 69}


*** Nabi Musa wafat pada usia 150 tahun di atas sebuah bukit
bernama "Nabu", di mana ia diperintahkan oleh Allah untuk
melihat tanah suci yang dijanjikan {Palestin} namun tidak
sampai memasukinya.

*** Nabi Harun wafat sebelum Nabi Musa sehingga ia masih
sempat dimakamkan oleh Nabi Musa di atas bukit "Hur" yang
terletak di gurun Sinai.

No comments:

Post a Comment